Dengan Metode Prahana, Fasih Aksara Jawa Hanya Perlu 15 Jam Belajar

Konten dari Pengguna
27 Mei 2020 14:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu pengajar Gembira Beraksara Jawa sedang mengenalkan metode Prahana. Foto: Dokumentasi Geber Jawa
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pengajar Gembira Beraksara Jawa sedang mengenalkan metode Prahana. Foto: Dokumentasi Geber Jawa
ADVERTISEMENT
Belajar aksara Jawa kerap menjadi momok menakutkan, bagi siswa bahkan guru sekalipun sehingga saat ini makin sedikit yang paham dan dapat mengaplikasikan aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin, jika situasi ini tidak segera diatasi aksara jawa akan punah dalam beberapa tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Syafaat Noor Rohman dari Lembaga Cahaya Nusantara (Yantra) yang juga salah satu inisiator gerakan Gembira Beraksara Jawa (Geber Jawa) sangat menyayangkan terkikirnya bahasa daerah, tidak hanya Jawa, di seluruh Indonesia. Tanpa penguasaan pada bahasa daerah kekayaan budaya masa lalu yang tersimpan dalam teks-teks kuno tak bisa lagi dimengerti oleh generasi selanjutnya.
“Akibatnya ya kurang percaya diri, karena tidak mengenal dirinya sendiri jadi akhirnya apapun yang datang dari luar negeri jadi tampak hebat,” katanya saat melayani perbincangan melalui telefon, awal pekan ini.
Pencapaian sebuah bangsa tersimpan dalam produk budaya dan teknologinya. Budaya, tak hanya sebatas tari, rupa, atau musik, tapi juga bagaimana berhubungan dengan alam sekitar. Teknologi mewujud dalam arsitektur, pertanian, ilmu perbintangan, ilmu tanah, dan sebagainya. Dan semuanya bisa dibaca dalam naskah-naskah kuno yang ditulis dalam aksara daerah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Aksara daerah menurut Syafaat juga sangat indah dan lebih lengkap ketimbang huruf-huruf latin yang biasa kita gunakan. Selain untuk menuliskan kata-kata dalam Bahasa Jawa, aksara Jawa juga bisa digunakan untuk menuliskan kalimat dalam Bahasa Indonesia, bahkan Bahasa Arab.
Dari keresahan itu, Syafaat dan sejumlah anggota Yantra lainnya mulai fokus untuk melestarikan lagi aksara Jawa di tengah masyarakat. Mereka menemukan sebuah metode belajar aksara Jawa dengan mudah dan menyenangkan, metode itu diberi nama prahana.
“Jadi kami menggunakan metode jembatan keledai, kami mengenalkan 11 aksara untuk memahami 20 aksara nglagena,” lanjutnya.
Aksara nglagena adalah aksara yang belum berpakaian atau memakai sandangan. Jumlahnya ada 20, yakni: Ha-Na-Ca-Ra-Ka-Da-Ta-Sa-Wa-La-Pa-Dha-Ja-Ya-Nya-Ma-Ga-Ba-Tha-Nga. Sementara 11 aksara yang dikenalkan pertama sebagai penjembatan adalah Ha-Pa-Ya-Sa-Ra-Na-Ma-Dha-Nga-Ja-Wa. “Kita pilih berdasarkan kesamaan bentuknya,” jelas Syafaat.
ADVERTISEMENT
5 Langkah Penting Belajar Aksara Jawa
Dokumentasi Geber Jawa
Siti Khuzaimah adalah alumni pertama kelas penulisan aksara Jawa yang diadakan oleh Yantra. Kini, dia menjadi salah seorang pengajar di Yantra dan mengisi kelas-kelas pelatihan yang diselenggarakan.
Zaim, sapaan akrab Siti Khuzaimah, menjelaskan metode yang dia terapkan dalam mengajarkan menulis aksara Jawa.
Dalam satu periode pelatihan sampai bisa, hanya cukup dilakukan lima kali tatap muka dengan durasi pertemuan antara 2,5 sampai 3 jam atau total 15 jam saja. Pada pertemuan pertama, peserta akan diajak untuk udar prasangka dan dipertemukan dengan beragam pengalaman belajar aksara Jawa.
“Setiap orang yang pernah belajar aksara Jawa punya pengetahuan yang berbeda-beda. Sehingga di sesi awal perlu disamakan dulu starting point belajar dengan metode prahana,” jelas Zaim ketika dihubungi, Kamis (21/5).
ADVERTISEMENT
Pada pertemuan kedua, peserta baru akan dikenalkan bentuk, nama, dan penuturan aksara nglagena. Memasuki pertemuan ketiga, peserta akan mulai dikenalkan pada fungsi sandhangan, angka, dan aksara vokal. Pertemuan keempat peserta akan dikenalkan 20 aksara pasangan dan aksara murda, dan pada pertemuan terakhir peserta akan diajak untuk mengulas semua materii dan mengaplikasikan dalam karya seni.
“Ada lima langkah penting saat pelatihan berlangsung, yaitu mengenal bentuk, belajar menulis, menghafal, latihan menulis dan membaca, dan mengaplikasikan dalam karya misalkan puisi, lagu, pantun, atau tari,” jelas Zaim.
Penyebab Belajar Aksara Jawa Sangat Sulit
Pelatihan metode Prahana kepada guru-guru bahasa Jawa se-Kabupaten Sleman pada November 2019. Foto: dokumen Geber Jawa
Zaim tidak memungkiri, jika tidak dilakukan dengan metode yang benar, belajar aksara Jawa memang sangat sulit. Dia bahkan tak pernah betul-betul hafal aksara Jawa meski sudah belajar dari SD sampai lulus SMP. Menghafal bentuk dan cara menulis adalah dua hal yang dirasa paling sulit dalam belajar aksara Jawa, sebab aksara Jawa lebih rumit ketimbang aksara latin yang setiap hari dipelajari dan digunakan untuk berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Zaim baru menemukan metode belajar aksara Jawa menyenangan setelah mengikuti kelas pelatihan yang diadakan oleh Yantra.
“Belajar aksara Jawa sangat membingungkan, selain itu guru kelas seringkali ahistoris. Kami hanya diajari menulis aksara tanpa dibekali pengetahuan tentang sejarah atau sisi menarik dari aksara Jawa sehingga menjadi tidak familiar bagi saya,” jelasnya.
Selain itu, metode mengajar guru yang seringkali kaku, monoton, dan tidak menyenangkan juga membuat materi yang dia sampaikan sulit untuk diterima siswa. Karena itu, setiap mengajar Zaim juga menggunakan berbagai gerakan untuk membantu peserta didiknya menghafal dan memahami aksara Jawa.
Total, ada 40 aksara jawa yang harus dihafalkan yang terdiri atas 20 aksara nglagena atau asli dan 20 aksara pasangan. Selain itu ada juga sandhangan, akhiran, konsonan, dan aksara vokal. “Agar bisa paham, saya mengenalkan bentuk, nama, dan penyebutannya. Setidaknya ada 15 bentuk dan penyebutan yang sering kita temui dan diaplikasikan dalam tarian atau salam aksara,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, jumlah peserta pelatihan aksara Jawa yang diadakan Yantra ada sekitar 40 sampai 50 orang dari usia 7 sampai 50 tahun. Peserta dibagi dalam 4 kelas, dan tiap kelas terdiri atas 10 sampai 12 orang. Zaim dan Yantra juga pernah diminta untuk memberikan pelatihan aksara Jawa kepada guru-guru SMP di SMPN 2 Sleman.
“Saya bersama Yantra ingin generasi muda milenial tidak buta aksara Jawa, jika bukan kita siapa lagi yang mau merawat khazanah pengetahuan di nusantara. Ini saat lebaran begini kan seru juga kalau coba-coba lagi mengenal aksara daerah kita masing-masing,” tegas Zaim. (Widi Erha Pradana / YK-1)