Derita Pelayan Warung di Jogja Melihat Mahasiswa Pacaran Berlebihan

Konten dari Pengguna
20 April 2018 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Derita Pelayan Warung di Jogja Melihat Mahasiswa Pacaran Berlebihan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bagi generasi milenial pacaran bukan lagi hal asing. Banyak remaja yang sudah menjalin hubungan pacaran dan tak sungkan lagi pamer kemesraan didepan umum. Tapi bermesraan di warung makan jangan berlebihan, karena para pelayan warung sangat menderita.
ADVERTISEMENT
Saat lulus SMA dua tahun lalu, saya langsung bekerja di sebuah restoran dan sudah satu setengah tahun ini bekerja di sebuah warung yang lumayan terkenal di Jogja. Saya sebut warung, meski warungnya seperti restoran, cukup besar dan memiliki interior menarik khas anak muda, tapi harganya sangat murah, khas warung kaki lima. Dan ini adalah curhatan saya tentang kelakuan para pelanggan.
Bekerja di warung makan, saya diajari oleh bos untuk mengutamakan pelanggan di atas segalanya. Setiap briefing oleh manajer area warung, selalu ditekankan, hal penting pertama adalah pelanggan, kedua pelanggan, dan ketiga adalah pelanggan. Tapi pak bos manajer tidak pernah tahu betapa pelanggan kadang juga sangat menyebalkan, terutama di akhir pekan !.
ADVERTISEMENT
Di malam minggu banyak pasangan mahasiswa yang makan dan betah berjam-jam di warung. Saya heran, saya yang pelayan warung saja pasti nggak mau kalau diajak pacar saya berlama-lama di warung. Mungkin kantong mahasiswa itu lebih tipis dari kantong saya yang seorang karyawan warung. (?).
Masalahnya, pasangan mahasiswa-mahasiswi ini tidak hanya bercakap-cakap atau sekadar pegangan tangan. Sering saya melihat si cewek justru yang nggak hanya cium-cium punggung tangan cowoknya, tapi sampai memeluk dan lendotan. Tau nggak sih, itu benar-benar bikin risih. Rasanya pingin saya ingatkan ini di tempat umum, ini di warung bukan di taman atau gunung tempat kalian bisa bermesraan seenaknya.
Itu banyak orang ngeliatin kalian tahu nggak sih? Masak nggak malu?. Ini kan di Jogja bukan di Jakarta yang apa-apa sudah bebas. Jogja menurut saya tetap berbeda, sebebas-bebasnya tetap musti tahu diri norma-norma masyarakat Jogja yang masih memegang kesantunan.
ADVERTISEMENT
Sejam, satu setengah jam saya masih tahan. Tapi, sebut saja Andi, teman saya tidak tahan lagi. Dia memang jomlo, tapi bukan itu alasannya, ini lebih karena kami nggak mau lihat film bokep di sini. Itu cewek-cowok mulai cium-ciuman. Ih, gila ini, dan sudah keterlaluan.
Terbayang di kepala saya pelanggan adalah yang utama. Tapi rasa mangkel sudah mengalahkan itu semua. Biarlah nanti kalau pelanggan ini komplain melalui layanan pelanggan warung, saya akan jelaskan pada Pak Bos Manajer Area.
Saya segera menganggukkan kepala saat Andi mendesak untuk segera ngerjain pelanggan tak tahu malu ini.
Andi mulai berpura pura menyapu di dekat meja pelanggan tersebut dan membuat suara suara tidak nyaman menggunakan meja dan kursi saat menyapu. Sedangkan saya mengepel lantai dan dengan sengaja menyemprotkan cairan pembersih lantai tepat disamping kaki cowok tersebut.
ADVERTISEMENT
E, mereka malah pindah meja !. Ggrrrhhhhhh.
Itu sudah setengah jam sebelum tutup. Tapi kami nggak akan tahan kalau nunggu sampai setengah jam. Pasangan ini pindah ke meja yang lebih pojok di belakang. Dan Ya Tuhan, mereka malah ciuman bibir !. Ini Jogja benar-benar telah rusak.
Saya langsung samperin mereka, nggak peduli lagi mau dipecat oleh manajer, saya jilbaban cewek itu juga jilbaban masak nggak malu sampai ciuman begitu di tempat umum.
“Mas, mbak, maaf, itu pelanggan lain risih lihat mas dan mbak pacarannya begitu,” kata saya halus.
Bukannya bagaimana, si cewek malah nyolot,”lah apa urusannya, kami kan di sini bayar, bukan gratis.” Mereka langsung menuju kasir, membayar, dan pergi meninggalkan warung dengan bersungut-sungut.
ADVERTISEMENT
Mas dan mbak pelanggan, terutama para mahasiswa, saya juga seumuran dengan kalian semua, tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Tapi tolong, jangan tunjukkan kemesraan berlebihan di warung. Mungkin bisa di losmen atau tempat remang-remang atau kost-kostan kalian. Kami penjaga warung juga manusia. Sebagian dari kami risih karena kami memegang aturan agama. Sebagian dari kami sudah menjalani pacaran berlebihan seperti kalian tapi juga risih melihat orang lain melakukannya di tempat umum.
Dan yang mungkin tidak kalian ketahui, sebagian dari kami belum pernah punya pacar. Hatinya selalu hancur melihat sepasang manusia begitu mesra. Kami kepingin, tapi kami harus bekerja banting tulang membantu keluarga sehingga tidak sempat nyari pacar. Sementara kalian tinggal telfon minta uang jajan pada orang tua. Uang jangan dihamburkan untuk pacaran, kuliah yang benar sehingga bisa membantu pemerintah menciptakan lapangan kerja. Dan orang-orang kayak kami tidak banyak menganggur lagi.
ADVERTISEMENT
Apakah perilaku tidak tahu malu, mengumbar kemesraan di depan umum adalah perilaku generasi milenial?. Saya tidak tahu, saya hanya waitress, pelayan warung. Biar para profesor di kampus yang menjawabnya.
Penulis : Septi Budi Pratiwi, 20 tahun, pelayan warung di Jogja
Editor : Hana S