Dilanda Corona, Bagaimana Keseharian Warga Tokyo di Akhir Maret 2020 Ini?

Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warga yang melintas di depan logo olimpiade Tokyo. Olimpiade Tokyo 2020 dipastikan ditunda. Foto : Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warga yang melintas di depan logo olimpiade Tokyo. Olimpiade Tokyo 2020 dipastikan ditunda. Foto : Istimewa.
ADVERTISEMENT
Banyak teman menanyakan bagaimana keadaan Tokyo, tentu saja dalam kaitan situasi sekarang ini yaitu meluasnya penyebaran virus corona. Jawaban saya adalah : Tokyo keadaannya "normal", dalam artian aktifitas masih seperti biasa hanya ada beberapa hal yang sedikit berubah.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Normal tapi Sedikit Berubah
Perubahan yang ada adalah berkurangnya wisatawan yang datang ke Jepang / Tokyo, tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi orang sementara ditutup, untuk yang bisa bekerja dari rumah diharapkan bekerja dari rumah, acara konser atau pentas yang sifatnya mengumpulkan orang banyak diminta untuk ditunda atau dibatalkan ( termasuk pertandingan olah raga dan beberapa acara tetap pertandingan liga beberapa cabang olah raga).
Toko-toko kebutuhan hidup sehari-hari masih buka dan berjualan seperti biasa. Hanya restaurant, karena sifatnya orang berkumpul, maka sebagian besar sudah tutup. Kegiatan keagamaan pun tidak lepas dari anjuran ini, maka kegiatan acara di gereja atau mesjid pun semua ditiadakan.
Transportasi umum seperti kereta, bis, taxi semua berjalan seperti biasa, tidak ada pengurangan frekuensi. Justru pengurangan frekuensi akan menimbulkan "kerumunan" atau "kepadatan" jumlah orang. Dengan sebagian warga diam di rumah atau kerja dari rumah, maka jumlah penumpang kereta pun berkurang, tetapi jumlah kereta yang jalan tetap sama. Dengan demikian untuk orang yang memang "harus" pergi tidak terganggu.
ADVERTISEMENT
Situasi Awal dan Sekarang
Sejak mulai menjangkitnya virus corona di Wuhan, maka kasus pertama yang menjadi perhatian di Jepang adalah kapal pesiar yang mendarat di pelabuhan Yokohama. Karena kapal ini singgah di salah satu pelabuhan di China, maka penumpang dan awak kapalnya tidak boleh turun (beberapa awak kapalnya ada yang warga negara Indonesia). Memang penanganan pemeriksaan penumpang di kapal ini dinilai agak lambat, karena baru selesai hampir 3 minggu. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) di Jepang tidak sebanyak atau semudah seperti di Korea.
Penyebaran virus corona selain dari penumpang kapal pesiar, dimulai dengan sopir bis wisata dan guide-nya. Diketahui bahwa sopir ini mengemudikan bis wisatawan dari China, beberapa orang berasal dari Wuhan.
ADVERTISEMENT
Jadi, di Jepang, setiap ada data yang terjangkit, semua diselidiki kemungkinan pulang dari luar Jepang atau pernah berinteraksi dengan siapa. Sebelum jauh merebak virusnya, terlebih dulu semua sekolah dari SD sampai SMA selama dua minggu diliburkan sejak tanggal 2 sampai 15 Maret beberapa waktu yang lalu. Dan sampai hari ini sekolah juga masih diliburkan.
Keputusan himbauan untuk tetap tinggal di rumah dan libur sekolah ini diambil pemerintah setelah mendengar pendapat dan nasehat dari para ahli. Para ahli memberikan masukan ke pemerintah tentang situasi yang ada dan perkiraannya.
Dalam debat di parlemen, juga dibicarakan tentang "situasi darurat". Penetapan situasi darurat, yang salah satunya bisa melakukan penutupan kota atau negara ( lockdown ) tidak bisa dilakukan begitu saja, ada syarat-syarat yang dipenuhi. Jepang, dalam hal ini pemerintahan Perdana Mentri Shintaro Abe, menempatkan keadaan darurat sebagai pilihan akhir. Diprioritaskan untuk usaha pencegahan dan penanganan dahulu.
ADVERTISEMENT
Situasi gawat darurat baru akan diambil jika kapasitas penyediaan tenaga dan perlengkapan medis sudah tidak mampu lagi atau melewati batas dan situasi kesehatan dan kehidupan rakyat sudah dalam bahaya.
Oleh karena itu meski semua diminta tinggal dirumah, tetapi semua roda ekonomi yang bekaitan dengan kebutuhan hidup utama tetap harus jalan, karena itu toko-toko dan supermarket yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari tetap buka seperti biasa. Jenis pekerjaan yang tetap harus pergi, mereka juga tetap pergi. Belum ada "aturan tidak boleh pergi sama sekali."
Apakah tidak ada kepanikan ?
Dengan beredarnya berita bahwa virus corona sudah mulai masuk Jepang, ada orang yang menyebarkan "isu yang kurang benar" lewat media sosial, yaitu persediaan toilet paper atau tissue pembersih sehabis buang air besar akan habis. Banyak orang termakan isu ini, sehingga banyak yang berebutan beli tisu toilet ini. Untung media TV menyiarkan bahwa berita itu tidak benar, meski demikian karena sudah diborong, maka terjadi "tenggang kurang stock". Sebagai jalan keluar maka pembelian tissue dibatasi yaitu satu orang hanya boleh beli satu bungkus saja, ini untuk menghindari borong semua yang ada.
ADVERTISEMENT
Masker juga menjadi "barang langka", karena banyak yang membeli. Sebelum wabah corona ini, orang jepang sudah terbiasa memakai masker. Memakai masker bukan berarti dia sakit, tetapi juga untuk menjaga diri supaya tidak tertular. Dengan kekurangan masker maka juga menjadi masalah di jepang. Untunglah di media TV dan media lain dijelaskan beberapa cara untuk "menghindari virus ini". Dijelaskan bahwa masker ini hanya salah satu cara, dan bukan "keharusan di setiap saat". Masker dianjurkan dipakai bila bepergian dan berada dalam tempat banyak orang. Hal yang tidak kalah penting adalah cuci tangan setiap habis keluar dari rumah. Meski dalam rumah juga tetap olah raga atau senam, sehingga badan tetap dalam keadaan sehat dan tidak mudah diserang virus.
ADVERTISEMENT
Tokyo, tanggal 25 maret yang lalu mengalami pelonjakan jumlah yang kena virus, dalam satu hari bertambah 41 orang. Oleh karena itu Gubernur Tokyo Metropolitan, Koike, meminta semua warga Tokyo pada hari Sabtu dan Minggu kalau tidak perlu dan tidak darurat untuk tidak keluar rumah. Data terakhir , 29 Maret 2020, jumlah orang yang kena virus corana di Tokyo 362 orang. Semua yang kena virus di isolasi. Secara keseluruhan di Jepang, seluruh daerah, yang terjangkit ada 1726 orang, yang meninggal 55 orang (sumber website NHK ).
Untuk membatasi pelonjakan jumlah orang terjangkit secara pesat, maka beberapa gubernur provinsi yang berdekatan dengan Tokyo, yaitu diantaranya provinsi Saitama, Kanagawa, Yamansi, Chiba, mereka sepakat untuk menghimbau pada masyarakat untuk mengurangi pergerakan ke arah Tokyo.
ADVERTISEMENT
Tiga Hal yang Perlu Dihindari
Beberapa media TV sudah menyiarkan tiga hal atau situasi yang perlu dihindari di masa pandemi corona ini :
1) Tempat yang sirkulasi pertukaran udaranya kurang baik
Jangan berada di ruangan yang tertutup baik ruang kecil ataupun ruangan besar. Virus akan terus berada dan melayang layang terus di ruangan yang tidak ada aliran udara. Oleh karena itu bioskop atau studio tertutup untuk pentas musik atau kesenian lainnya diminta untuk tutup. Ada data beberapa orang terjangkit virus setelah menonton pertunjukan musik di studio tertutup. Rumah atau tempat belanja yang masih terus beroperasi juga diminta memperhatikan sirkulasi pertukaran udaranya bahkan untuk mematikan ac dan membuka jendela.
ADVERTISEMENT
2) Tempat yang banyak kerumunan orang
Sangat dianjurkan untuk tidak bepergian ke tempat yang banyak kerumunan orang. Oleh karena itu, semua tempat wisata seperti arena bermain, kebun binatang, Tokyo Disneyland, dan sebagainya sementara tidak dibuka karena memungkinkan terjadi kerumunan banyak orang. Selain itu saat naik kereta atau bis, sedapat mungkin cari tempat yang kosong.
3) Jarak pertemuan dengan orang terlalu dekat dan tidak bisa menjauh
Dalam kegiatan tentunya ada pertemuan dan komunikasi dengan orang lain. Hindari keadaan yang "kita tidak bisa menjauh", kita tidak tahu keadaan kita atau pun orang lain yang mau bersin atau batuk misalnya. Oleh karena itu kalau kita sendiri mau batuk atau bersih, sedapat mungkin kita menjauhkan diri dulu. Sebaliknya kalau kita lihat orang lain mau bersin , kita menjauhkan diri. Ini yang disebut "jaga jarak fisik atau physical distancing".
ADVERTISEMENT
Hampir semua pelayan toko di supermarket mengenakan masker, mereka menjaga diri dan memberi rasa aman ke pembeli karena pada saat membayar tentu harus dekat dan berbicara.
Begitu sedikit cerita dari situasi yang saya ketahui sampai hari ini. Semoga bisa berguna.
Kita tetap hidup secara normal, tidak usah terlalu kawatir dan termakan isu yang tidak benar, tetapi juga tetap waspada dan menjaga diri serta ikuti apa yang dianjurkan oleh pemerintah yang ada.
Tokyo, 29 Maret 2020
Sapto Nugroho, Koresponden Pandangan Jogja @Kumparan (Sapto Nugroho telah tinggal di Jepang selama 30 tahun)