Doakan Korban Kanjuruhan, Rival Abadi Brajamusti-Pasoepati Deklarasikan Damai

Konten Media Partner
5 Oktober 2022 15:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Momen haru seorang suporter sedang mendoakan korban tragedi Kanjuruhan bersama dua anaknya di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Selasa (4/10). Foto: Arif UT
zoom-in-whitePerbesar
Momen haru seorang suporter sedang mendoakan korban tragedi Kanjuruhan bersama dua anaknya di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Selasa (4/10). Foto: Arif UT
ADVERTISEMENT
Di tengah gelap, sekitar 10.000 lilin dinyalakan. Halaman Stadion Mandala Krida Yogyakarta seketika dibuat terang dengan cahaya kekuningan dari lilin-lilin itu. Doa-doa terbaik dilantunkan untuk para korban yang tewas dalam tragedi Kanjuruhan, Malang.
ADVERTISEMENT
Mata-mata yang merah dan berkaca serta suara-suara amin yang parau menjadi pengantar doa-doa terbaik itu melangit, menuju Yang Maha Mendengar dan Mengabulkan.
Malam itu, ribuan suporter itu sejenak ‘menanggalkan’ benderanya masing-masing. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bicara rivalitas.
“Untuk apa rivalitas jika harus memakan korban? Tak ada sepak bola yang seharga nyawa manusia, apalagi sampai ratusan,” kata salah seorang perwakilan suporter yang sedang berdiri di panggung sederhana.
Ribuan suporter dari berbagai daerah menyalakan lilin sembari mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Selasa (4/10). Foto: Widi RH Pradana
Mereka memang berasal dari kelompok suporter klub yang berbeda-beda, dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, bahkan beberapa datang dari Jawa Timur seperti Aremania dan Bonek. Beberapa di antara mereka bahkan dikenal sebagai rival abadi, seperti Brajamusti (suporter PSIM Yogyakarta) dan Pasoepati (suporter Persis Solo).
ADVERTISEMENT
“Atas dasar kemanusiaan, kita berkumpul di sini, kita mencari keadilan bagi teman-teman kita semua yang ada di Malang,” kata seorang suporter lain.
“Sepak bola adalah hiburan bagi manusia, bukan ajang pembantaian bagi nyawa manusia,” lanjutnya dengan tangis yang tak bisa dia bendung.
Malam itu menjadi sejarah baru bagi ribuan suporter dari klub yang berbeda-beda. Apalagi selama puluhan tahun, suporter Persis Solo, Pasoepati tak pernah masuk ke Stadion Mandala Krida yang merupakan kandang PSIS Sleman karena rivalitas yang sangat panas di antara keduanya.
Diiringi dengan lagu Indonesia Pusaka, mereka sepakat dan berjanji untuk damai. Bulan sabit yang menerangi langit Yogya malam itu menjadi saksi ikrar damai mereka.
Sejumlah suporter di Stadion Mandala Krida Yogyakarta membentangkan spanduk yang berisi dukungan kepada para korban tragedi Kanjuruhan, Selasa (4/10). Foto: Arif UT
Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin, mengatakan bahwa momen bertemunya suporter dari berbagai klub itu menjadi momentum yang baik bagi mereka untuk melakukan rekonsiliasi. Pasalnya, rivalitas yang selama ini sangat kuat membuat mereka sangat sulit untuk duduk bersama dan menyepakati perdamaian.
ADVERTISEMENT
“Jangan sampai kematian ratusan saudara kita sia-sia, tragedi ini harus bisa membuat kita berubah menjadi lebih baik,” kata Muslich Burhanuddin.
Dia juga mengatakan bahwa setelah aksi doa bersama ini, Brajamusti dan kelompok suporter lain terutama suporter tim rival seperti suporter Persis Solo dan PSS Sleman akan melakukan komunikasi lebih lanjut demi rekonsiliasi.
“Ke depan dari gerakan ini akan kami komunikasikan lagi untuk rekonsiliasi. Karena menurut kami sudah saatnya suporter Indonesia untuk bersatu,” tegasnya.
Seorang suporter sedang memegang lilin di Stadion Mandala Krida Yogyakarta sembari mendoakan korban tragedi Kanjuruhan, Selasa (4/10). Foto: Arif UT
Sementara itu, Presiden Pasoepati, Maryadi ‘Gondrong’, mengatakan bahwa dia tidak menyangka jika suporter PSIM Yogyakarta mengundang mereka untuk datang ke Yogya. Selain untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan, pertemuan itu juga menjadi momentum yang baik bagi kedua pihak untuk menjalin hubungan yang lebih baik ke depan.
ADVERTISEMENT
“Intinya kami bersyukur, matur nuwun atas undangannya. Ini upaya ke depan untuk hal yang sangat baik,” kata Maryadi ‘Gondrong’.
Dia mengatakan, ada sekitar 500 orang suporter Persis Solo yang ikut datang ke Stadion Mandala Krida. Dia berharap, pertemuan itu akan menjadikan rivalitas antara Solo dan Yogyakarta mengarah ke hal-hal yang lebih positif, tidak lagi destruktif.
“Karena rivalitas yang cukup lama antara Solo dan Yogyakarta, akan kita bangun lagi untuk hal-hal yang positif,” kata dia.
Sejumlah suporter dari berbagai klub mendeklarasikan diri untuk berdamai dan menjalin hubungan yang lebih baik di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Selasa (4/10). Foto: Widi RH Pradana
Dirjen Pasopati, Agos Warsoep, berharap kesepakatan-kesepakatan baik antara suporter PSIM Yogyakarta dengan Persis Solo dan PSS Sleman akan menular ke kota-kota lain. Dengan begitu, atmosfer suporter sepak bola di Indonesia akan lebih sehat, dan yang paling penting tak ada lagi korban akibat sepak bola.
ADVERTISEMENT
“Kita jauh-jauh ke Yogya salah satunya untuk melakukan kesepakatan damai dengan teman-teman Brajamusti,” kata Agos Warsoep.
“Kita kan seduluran semua, apalagi kita masih satu trah Mataram. Sudah saatnya sekarang Mataram enggak lagi is red ataupun is blue, tapi Mataram is love,” tegasnya.
Jogja Solo kita saudara…
Jogja Solo kita saudara…
Hari ini dan selamanya…
(Chants perdamaian Brajamusti dan Pasoepati)
Tonton keharuan ribuan suporter di Stadion Mandala Krida Yogyakarta saat mendoakan korban tragedi Kanjuruhan di sini: