Ekonomi Belum Mapan tapi DIY Terbaik Atasi Stunting, Ini Kuncinya

Konten Media Partner
30 Juni 2022 14:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo di Peringatan Harganas di Jogja, Rabu (29/6). Dok Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo di Peringatan Harganas di Jogja, Rabu (29/6). Dok Pemda DIY
ADVERTISEMENT
Kendati belum mapan secara ekonomi, Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai termasuk yang terbaik dalam menjalankan program-program keluarga berencana, termasuk stunting.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (29/6).
“DIY banyak memiliki tatanan yang patut dicontoh dari sisi gotong - royong dan rukunnya. Meskipun kadang secara ekonomi masih belum mapan tetapi rasa handarbeni atau memiliki terhadap program itu besar sekali. Inilah kunci progam-program BKKBN seperti generasi berencana ini bisa berjalan dengan sangat baik di DIY,” ucap Hasto.
DIY bersama Bali dan DKI Jakarta menjadi tiga daerah dengan persentase stunting terkecil di Indonesia.
Hasto menyatakan, pencapaian DIY untuk pencegahan stunting memang tidak bisa dibilang kecil.
Upaya yang dilakukan mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Salah satu indikasi dari upaya pencegahan stunting di DIY adalah tingginya jumlah akseptor KB di DIY.
ADVERTISEMENT
Menurut Hasto, kekuatan finansial orang tua, kematangan emosi serta jarak lahir anak menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah stunting pada anak.
Program pemberian makanan atasi stunting Desa Sendangsari, Kulonprogo (Dok. Desa Sendangsari)
Salah satu yang hadir di acara peringatan Harganas di Kota Jogja adalah Slamet Supriyono, Dukuh Kroco, Sendangsari, Pengasih Kulonprogo. Ia adalah pegiat KB dan penanganan stunting di desa yang semula menjadi sentra stunting.
Namun dari tahun ke tahun jumlah balita yang mengalami kondisi kunter karena tak seimbangnya asupan gizi itu terus menurun. "Pada akhir tahun kemarin 40 sasaran yakni terdiri dari 33 sasaran balita stunting dan 7 risiko stunting. Untuk tahun ini ada 30 sasaran," tutur Slamet saat dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan.
Ia menjelaskan, salah satu langkah inisiatif mandiri warga di tengah keterbatasan dana penanganan stunting dari pemerintah adalah program Dashat alias Dapur Sehat Atasi Stunting.
ADVERTISEMENT
Warga secara bergiliran rela menjadikan rumahnya sebagai dapur umum untuk memasak makanan tambahan yang diberikan pada balita stunting. Bukan hanya sehat dan bergizi, menu pun dikreasi secara menarik agar anak-anak doyan dan terhindar dari stunting.
Langkah ini terbukti berkontribusi menurunkan stunting di desa tersebut, hingga berpengaruh dalam menekan angka stunting di tingkat Kulonprogo dan DIY. "Saat ini angka stunting di DIY 17,3 persen, sedangkan di Kulonprogo 14 persen," ujarnya.
Adapun BKKBN telah menargetkan angka penurunan stunting di Indonesia dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
Program Dashat itu pun dijadikan percontohan BKKBN. Tahun ini, Kalurahan Sendangsari meraih prestasi sebagai pemenang Kampung Keluarga Berkualitas Terbaik dan Kreasi Menu Dashat di tingkat nasional bersama 10 kampung lain.
ADVERTISEMENT
Sendangsari menjadi satu-satunya kampung yang menang di dua kompetisi Kampung KB itu dan satu-satunya pula wakil DIY. "Ini (upaya menekan stunting) sudah menjadi komitmen warga dan semua pihak di desa," ujarnya. (akh)