Forkom APIK BI: Penurunan Suku Bunga Acuan Sinyal Pemulihan Ekonomi Lebih Cepat

Konten dari Pengguna
20 November 2020 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Forum Komunikasi Akademisi Penulis Kebijakan Bank Indonesia (Forkom APIK BI) menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan (BI-7DRRR) merupakan usaha BI untuk menyebar “virus” optimis kepada masyarakat luas bahwa pemulihan ekonomi dapat berlangsung dengan lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Demikian salah satu pernyataan dalam rilis pers yang dikirimkan Forkom APIK BI pada Jum’at (20/11) petang. Organisasi tersebut beranggotakan akademisi PTN/PTS dari seluruh Indonesia yang fokus pada analisis kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan BI.
Seperti diketahui, Rapat Dewan Gubernur BI bulan November 2020 pada Kamis (19/11) memutuskan untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun menjadi 3% dan suku bunga Lending Facility sekarang di 4,5%.
Dalam rilis tersebut, Agus Hertha Sumarto (Dosen UMB Jakarta/Peneliti INDEF), menyatakan bahwa BI bersama pemerintah harus menyusun program bersama yang lebih fokus sehingga alokasi anggaran melalui program pemulihan ekonomi bisa menjadi lebih efektif.
ADVERTISEMENT
“Sehingga optimisme benar-benar dirasakan oleh UMKM, mereka akan lebih cepat pulih kalau dapat pendampingan,” jelasnya.
Haryo Kuncoro (Guru Besar FEB UNJ Jakarta), menambahkan, turunnya suku bunga acuan (BI-7DRRR) dapat meringankan beban fiskal pemerintah dan beban bunga yang ditanggung oleh BI dan hal tersebut merupakan ekses dari burden sharing”.
“Faktor eksternal yang menjadi pendorong utama pemangkasan suku bunga tersebut. Faktor eksternal tersebut adalah menguatnya nilai tukar dolar AS, IHSG berada di zona hijau dan portofolio investasi asing sudah mulai mengalir masuk ke dalam negeri,” jelasnya.
Sedangkan dosen FEB UGM, Amirullah Setya Hardi mengatakan bahwa perbankan dapat segera menurunkan suku bunga sehingga sektor riil dapat memanfaatkan turunnya suku bunga tersebut untuk berinvestasi atau menggerakkan usahanya kembali.
ADVERTISEMENT
“Kebijakan penurunan suku bunga acuan BI seyogyanya ditindaklanjuti oleh perbankan dan sektor riil,” harap Amirullah Setya Hardi.
Selanjutnya Jaka Sriyana (Guru Besar FBE UII) menyatakan, jika diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan maka kebijakan BI tersebut dapat meningkatkan peluang investasi. Menurutnya, dalam kondisi pandemi, penurunan suku bunga akan meningkatkan permintaan agregat dan tidak berpotensi meningkatkan inflasi. Penurunan BI-7DRRR juga dapat menjadi daya dorong pembiayaan sektor fiskal melalui penjualan obligasi pemerintah.
Senada, dosen FEB Undip, Nugroho SBM mengatakan bahwa penurunan BI-7DRRR merupakan langkah yang tepat untuk mendorong investasi yang lesu akibat pandemic.
“Namun, upaya peningkatkan investasi harus juga disertai dengan meningkatkan iklim dan kemudahan berinvestasi melalui deregulasi dan debirokratisasi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menandaskan pandangan Forkom APIK BI Dosen STIE YKPN, Rudy Badrudin, mengatakan bahwa dengan kebijakan menurunkan BI-7DRRR harapannya, suku bunga perbankan bisa segera turun sehingga dapat membantu percepatan pemulihan ekonomi, termasuk bagi UMKM, melalui invetasi baru atau ekspansi oleh sektor riil.
Mengakhiri rilis pers tersebut, coordinator Forum APIK BI, Y Susilo mengatakan bahwa Forkom APIK BI akan senantiasa memberi pandangan kritis pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
“Beranggotakan akademisi, ekonom, dari seluruh Indonesia, kita harapkan bisa memberi pandangan yang jernih,” katanya. (Rls / Ekonomi)