Foxconn Mau Buka Pabrik Senilai Rp 114 T di Jateng, Sarjana Teknik Siap Kaya?

Konten Media Partner
11 Februari 2022 19:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi saat meninjau kawasan industri Batang, Jateng. Foto: Biro Sekneg
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat meninjau kawasan industri Batang, Jateng. Foto: Biro Sekneg
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan besar asal Taiwan, Hon Hai Precision Industry atau foxconn, yang dikenal sebagai perakit berbagai produk smartphone Apple, tengah menyiapkan investasi sebesar USD 8 miliar atau setara Rp 114 triliun untuk pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rencana investasi itu disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia dalam acara Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2).
“Kemarin Presiden Joko Widodo meminta bagaimana caranya untuk mendatangkan Foxconn, sekarang mereka akan masuk. Realisasi investasi di kuartal III tahun ini,” kata Bahlil Lahadalia.
Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) yang aktif dalam kegiatan pengembangan mobil listrik, Jayan Sentanuhady, mengatakan ini akan jadi momentum yang menguntungkan terutama untuk para mahasiswa teknik yang akan jadi calon-calon engineer.
Tak hanya untuk mahasiswa teknik otomotif, tapi juga teknik mesin, elektro, informatika, teknik industri, teknik fisika, hingga teknik kimia.
Pasalnya, sebuah industri kendaraan listrik menurutnya akan sangat membutuhkan tenaga-tenaga kerja terampil di bidang-bidang tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya kira ke depan engineer-engineer itu pasti akan terpakai,” kata Jayan Sentanuhady ketika dihubungi, Jumat (11/2).
Ilustrasi mobil listrik produksi Foxconn
Teknik mesin misalnya, bisa fokus untuk membuat struktur kendaraan dan mesinnya, teknik elektro bisa bekerja di bidang kelistrikannya, teknik fisika bisa merancang bodi kendaraan yang memiliki sistem aerodinamis paling baik, atau teknik kimia bisa bekerja di industri baterainya yang merupakan bahan bakar kendaraan listrik.
Pembelajaran yang ada di perguruan tinggi menurut Jayan juga sudah cukup baik dalam mengakomodir keterampilan-keterampilan itu. Paling tidak, perguruan tinggi telah memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang bisa dikembangkan untuk diimplementasikan dalam produksi kendaraan listrik.
“Memang tidak hanya fokus untuk memproduksi kendaraan listrik, tapi pengetahuan-pengetahuan itu kan bisa dieksplorasi supaya bisa diimplementasikan dalam industri kendaraan listrik,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kucuran investasi ini menurutnya juga akan memberikan dampak positif di dunia industri mobil listrik Indonesia, terutama untuk percepatan teknologi dan memicu investor-investor lain untuk menanamkan modalnya juga di industri kendaraan listrik sehingga akan tercipta ekosistem yang lebih kuat dan besar. Selain itu, investasi ini tentunya juga akan bisa menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Sebab, selama ini mandeknya industri kendaraan listrik di Indonesia salah satunya disebabkan karena tidak adanya investasi yang cukup besar untuk mengembangkan industri tersebut.
“Karena kalau hanya level kampus tidak akan kuat, butuh proteksi, regulasi, dan ekosistem yang mendukung, jadi butuh investor besar untuk bisa meng-create ekosistem tersebut,” ujarnya.
Mobil listrik Tim Semar UGM. Foto: Dok. UGM
Namun, Jayan juga melihat adanya sisi negatif dari investasi ini. Karena investasi ini berasal dari luar negeri, membuat Indonesia tidak akan punya branding kendaraan listrik sendiri.
ADVERTISEMENT
Industri-industri lokal sebenarnya masih punya peluang untuk bersaing, terutama untuk segmen-segmen khusus. Misalnya seperti mobil listrik offroad garapan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, atau kendaraan listrik untuk mengangkut penumpang di Bandara yang dikembangkan oleh UGM. Namun untuk segmen kendaraan-kendaraan yang lebih umum seperti sedan yang bisa dibawa di jalan raya, menurut dia industri lokal akan sulit untuk bersaing.
“Karena kalau kendaraan-kendaraan yang segmennya umum, kan saingannya sangat besar, investor-investor raksasa semua,” kata Jayan Sentanuhady. (Widi Erha Pradana / YK-1)