GKR Mangkubumi: Pembangunan Infrastruktur Tak Boleh Rusak Situs Sejarah

Konten Media Partner
12 April 2021 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Kratonjogja.id
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Kratonjogja.id
ADVERTISEMENT
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, menyebut pembangunan infrastruktur di Yogyakarta yang semakin masif, tidak boleh merusak situs bersejarah. Salah satu infrastruktur yang akan dibangun di Yogyakarta adalah jalan tol dan jalur lintas Selatan Jawa.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut ayahandanya Sri Sultan Hamengku Buwono X memberi tugas untuk memperbaiki ruang-ruang kesejarahan di Yogyakarta, baik dikembalikan lagi seperti dulu atau diupayakan tidak mengalami kerusakan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan untuk menjaga situs sejarah adalah pembangunan pagar yang mengelilingi alun-alun Utara, Yogyakarta.
"Kami di Kraton menyimpan dokumen sketsanya yang dibuat Eyang Sinuwun Kaping l," kata GKR Mangkubumi, dalam diskusi perdana Jaringan Sejarawan Merah Putih (JAS MERAH) di kediamannya, Minggu (11/4).
Sementara itu, mengenai rencana pembangunan jalan tol dan jalur lintas Selatan Jawa, di Yogyakarta, GKR Mangkubumi, mengupayakan tidak ada situs sejarah yang terdampak pembangunan tersebut.
Selain memastikan situs sejarah di Yogyakarta, saat ini GKR Mangkubumi dan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, berusaha untuk mengembalikan kawasan alas bunder dan wanagama di Gunung Kidul sebagai hutan lindung. Pasalnya, di tempat itu terdapat banyak situs sejarah yang wajib dijaga kelestariannya. Pihaknya pun meminta semua pihak untuk tidak sembarangan meratakan kawasan kars pegunungan sewu, terutama untuk kawasan bisnis pariwisata.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pihak Keraton Yogyakarta juga berusaha untuk menjaga lingkungan di kawasan Gunung Merapi, tetap terjaga kelestariannya. Gunung Merapi memiliki banyak tempat bersejarah, terutama bangunan-bangunan peninggalan zaman kolonial.
Namun, aktivitas penambangan yang terjadi di kawasan Gunung Merapi, membuat banyak bangunan atau benda bersejarah terancam rusak, sehingga pihak Keraton berusaha untuk melakukan penertiban untuk aktivitas penambangan.
Jalannya dikusi Jas Merah. Foto: Widihasto Wasana Putra
Di kesempatan yang sama, Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, Inajati Adrisijanti mengungkapkan keprihatinannya tentang situs Kraton Kerto dan Plered. Kawasan Segoroyoso yang dulunya merupakan laut buatan kini telah berubah dan bahkan tanggul setinggi empat meter kini lenyap karena diambil untuk berbagai keperluan.
Kraton Plered menurutnya merupakan kraton yang secara arsitektural sangat luar biasa dan sulit dicari perbandingannya. Mulai dari tata pemukiman, tata air dan lain sebagainya. Menurutnya situs Plered sudah masuk dalam program perlindungan cagar budaya nasional sehingga kedepan diharapkan proses pelestarian situs dapat lebih cepat dilakukan.
Peserta diskusi berfoto seusai diskusi. Foto: Istimewa
Diskusi JAS MERAH juga dihadiri oleh Peneliti Bahasa dan Budaya Jawa Kuna dan Asia Selatan, Manu J. Widyaseputra, sejarawan Universitas Sanata Darma Yogyakarta, Baskara T. Wardaya, dosen Prodi Sejarah Peradaban Islam IAIN Surakarta Aan Ratmanto, dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma F. Galih Adi Utama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga Direktur Galangpress Yogyakarta Yulius F. Tualaka, pendiri museum Rumah Garuda yang juga dosen Jurusan Film dan Televisi Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta Nanang Rakhmad Hidayat, Pendiri Yayasan Rumah Studi Jawa "Makara Dhvāja Sura" Yogyakarta Radityo Krishartanto serta ketua Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra. (Permadi Suntama / YK-1)