Horor, Setahun Diganggu Hal Tak Masuk Akal di Kos Tusuk Sate, Tak Jauh dari UGM

Konten Media Partner
17 Juli 2021 14:51 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah tusuk sate. Foto: Rumah123.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah tusuk sate. Foto: Rumah123.com
ADVERTISEMENT
Jarum jam sudah menunjukkan angka 11 malam ketika Asma, 24 tahun, bersiap untuk tidur setelah menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, dia memastikan pintu kamar terkunci sebelum mengambil posisi tidur di kamarnya. Namun belum sempat tertidur, dia mendengar suara seperti batu yang diketuk-ketukkan ke dinding, tak jauh dari kamarnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengira itu adalah ulah teman kosnya, karena dia juga belum lama tinggal di kos yang berada di daerah Karanggayam, Caturtunggal, Sleman, tak jauh dari Kampus UGM. Dia tak menghiraukan lebih jauh suara-suara itu dan memilih untuk mengistirahatkan badannya yang sudah lelah beraktivitas seharian.
Malam berikutnya, di jam yang hampir bersamaan, suara yang sama kembali terdengar. Asma mulai curiga, ngapain sih malam-malam orang mainan batu? Keesokan harinya, dia membulatkan tekad untuk mendatangi semua penghuni kos, dia datang dari kamar ke kamar untuk menanyakan apakah ada yang punya batu atau sejenisnya dan mengetuk-ngetuknya ke dinding beberapa malam terakhir.
“Dan ternyata enggak ada yang punya dan enggak ada yang mainan batu juga,” kata Asma, Jumat (9/7).
ADVERTISEMENT
Dan suara-suara aneh itu terus terdengar hampir setiap malam di waktu yang hampir bersamaan selama Asma tinggal di sana. Tapi tugas-tugas kuliah yang menumpuk membuatnya enggan mengambil pusing suara-suara aneh itu.
Peristiwa itu terjadi beberapa tahun silam ketika Asma masih tinggal di kamar kos yang ternyata posisinya berada di ujung pertigaan selama setahun lebih antara 2017 sampai 2018. Posisi rumah seperti itu dikenal dengan istilah rumah tusuk sate. Ya, rumah tusuk sate yang banyak dimitoskan jauh dari keberuntungan.
Kejadian di Luar Nalar yang Terus Berlanjut
Ilustrasi hantu. Foto: Pixabay
Suatu malam, bertepatan dengan bulan Puasa, dia dan beberapa temannya sedang mengerjakan tugas di ruang tamu kosnya. Dia dan semua temannya sedang sibuk menyelesaikan tugas kecuali seorang temannya yang sedang meregangkan otot-ototnya dengan berbaring di ruang tamu.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba, teman yang sedang tiduran itu berdiri dengan muka yang panik. Dia kemudian keluar ruangan dan tampak langsung merapal doa-doa.
“Beberapa hari berikutnya tak tanyain kenapa, katanya dia dengar ada anak kecil yang manggil-manggil dia, terus dia lihat anak kecil itu di dekat kamar mandi,” ujarnya.
Kali ini, Asma baru mulai cemas. Apalagi temannya tampak sangat serius dan meyakinkan ketika menceritakan peristiwa yang dia alami, sulit mencari kemungkinan kalau dia berbohong. Dia mulai curiga dengan kamar kosnya.
Hal-hal di luar nalar yang terjadi tak hanya itu. Pernah sekitar pukul satu dini hari ketika dia sudah memejamkan mata dan berusaha tidur, tetiba dia mendengar suara marching band yang cukup dekat. Dia mengira, suara itu berasal dari asrama mahasiswa yang berada tak jauh dari tempat kosnya.
ADVERTISEMENT
“Tapi pas aku buka pintu, suaranya ilang,” lanjutnya.
Setelah pintu ditutup, suara itu terdengar lagi. Dia masih mencari-cari sumber suara itu, hingga dia menemukan suara itu berasal dari sudut kamar mandinya. Tapi ketika dia membuka pintu kamar mandinya, lagi-lagi suara itu lenyap.
Asma kembali ke kasurnya untuk mencoba tidur lagi, tapi suara itu kembali terdengar. Dia mencoba menutup telinganya, karena dia berpikir suara itu berasal dari otaknya yang sedang berhalusinasi, sebab saat itu dia memang sedang sangat banyak pikiran. Tapi suara itu tetap terdengar meski telinganya sudah dia tutup, artinya suara itu bukan berasal dari pikirannya yang sedang halusinasi.
Asma hanya bisa pasrah dan berusaha tidur lagi. Tapi sekuat tenaga mencoba tidur, hasilnya tetap nihil. Dia tetap terjaga dan suara marching band itu masih terus terdengar dari sudut kamar mandinya.
ADVERTISEMENT
“Jam tigaan itu baru ilang suaranya,” ceritanya.
Suatu hari, sehari sebelum Idul Adha, dia sudah membuat janji untuk menginap di kos temannya karena teman kosnya hampir semua pulang kampung. Dia membuat janji datang ke kos temannya pukul lima sore, tapi pukul tiga sore dia sudah sampai kos temannya yang berada di daerah Warungboto. Bukan tanpa alasan, siang itu ketika Asma sedang bersantai di dekat jendela, pintu kamar yang sebelumnya tertutup rapat tetiba terbuka begitu saja.
“Sebagai anak teknik, aku coba melogika kejadian itu. Mungkin aku kurang rapat nutup pintunya, tak coba ternyata kalau enggak rapat pintunya enggak bisa nutup, harus njeglek,” jelasnya.
Oh, mungkin karena angin, pikirnya tak mau terburu-buru menyimpulkan kalau hal itu terjadi karena hal ghaib. Dia mencoba menutup rapat pintunya, lalu mendorong sekuat tenaga pintu itu dari luar. Hasilnya, pintu itu tetap tidak bisa terbuka. Angin sekuat apa yang bisa membuka pintu kayu yang berat itu?
ADVERTISEMENT
Karena itu dia langsung berkemas dan bertolak ke kos temannya jauh lebih awal dari yang dijanjikan. Setelah bertemu temannya, hal yang pertama dilakukan Asma adalah menceritakan semua yang baru saja dia alami. Sesuai dugaan Asma, respons temannya santai saja sembari berkata ‘ah itu paling angin’.
Esok harinya, selepas salat Ied, Asma dan temannya pulang ke kos rumah tusuk sate itu. Sekitar pukul 11 siang, pintu yang tadinya tertutup rapat, lagi-lagi terbuka begitu saja dan langsung membentur dinding. Asma yang sedang duduk dan memainkan gawainya kembali terkejut. Tapi yang jauh lebih terkejut adalah temannya, yang semula sedang tiduran dan bermain gawai, dia langsung berdiri dan menghadap pintu seperti sedang memasang kuda-kuda untuk menghadapi musuh.
ADVERTISEMENT
“Tuh kan bener, kataku sama temenku. Terus dia langsung minta dianter pulang. Malemnya aku masih tidur di kosku,” kata Asma terkekeh.
Apakah Semua Rumah Tusuk Sate Bermasalah?
Ilustrasi posisi rumah tusuk sate. Foto: 99.co
Selama tinggal di kos rumah tusuk sate itu, Asma memang merasa kamar kosnya berbeda dengan kamar-kamar yang pernah dia tinggali. Meski dekat dengan jalan raya, tapi kamar kosnya sangat sepi. Meski di luar ramai, ketika masuk ke dalam kamarnya yang terdengar hanyalah suara jarum jam.
“Terus suasananya itu suram, aku sudah pasang lampu Philips 45 Watt kan harusnya udah terang banget, tapi ternyata masih suram,” kata dia.
Satu lagi yang menurut dia aneh adalah udara kamarnya yang dingin, meski saat Jogja sedang panas-panasnya. Dia hampir tidak pernah menggunakan kipas angin, padahal biasanya sampai saat ini, kipas angin menjadi barang yang wajib ada di kamarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah 13 bulan tinggal di kos itu, Asma akhirnya memilih pindah dari kos kamar tusuk sate itu. Tapi alasan dia pindah bukan karena gangguan-gangguan tak masuk akal itu.
“Aku pindah soalnya ada mbak kos yang sering bawa cowok, aku enggak nyaman,” kata Asma.
Jika Asma begitu sering mendapatkan gangguan-gangguan tak masuk akal, Akbar Farhatani, 23 tahun, tak pernah merasakan kejanggalan-kejanggalan tak masuk akal seperti yang dialami Asma. Akbar yang kini menjadi karyawan di sebuah startup di Jogja, sempat empat tahun tinggal di rumah tusuk sate yang disewa di daerah Karawang Jawa Barat.
“Kalau yang mistis-mistis enggak pernah,” kata dia.
Akbar dan keluarganya justru merasa lokasi rumah mereka yang berada di ujung pertigaan menguntungkan. Lokasi yang sering dilalui orang karena berada di persimpangan, membuat dagangan keluarganya lebih laris.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya yang mengganggu adalah masalah-masalah klasik dengan tetangga yang kerap membuat ketegangan-ketegangan kecil. Hingga puncaknya, tetangganya itu menilep uang sewa rumah.
“Dari situ ibuku langsung minta pindah karena udah ngerasa enggak nyaman,” kata Akbar.
Agar Rumah Tusuk Sate Tetap Nyaman Ditinggali
Ilustrasi rumah tua. Foto: Pixabay
Mitos-mitos seputar rumah tusuk sate memang sudah popular di tengah masyarakat. Tapi, apakah hal tersebut sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah?
Dalam bukunya yang berjudul ‘Rumah Hoki: Menurut Pandangan Feng Shui dan Arsitektur’, Gideon Slamet menyebutkan bahwa lokasi tusuk sate memang sebaiknya dihindari untuk dijadikan rumah atau tempat tinggal. Diyakini, rumah yang dibangun di lokasi tusuk sate, penghuninya akan sering mendapat berbagai masalah.
“Bangunan yang terletak di area tusuk sate, diyakini tidak membawa hoki dan penghuni akan menderita sakit,” tulis Slamet.
ADVERTISEMENT
Secara arsitektur, posisi rumah tusuk sate akan rentan tertabrak kendaraan yang melaju kencang dari arah depannya. Selain itu, debu dari kendaraan-kendaraan yang melintas di depan rumah juga akan mudah untuk masuk ke dalam rumah sehingga kurang baik untuk kesehatan penghuninya.
Tapi jika sudah telanjur membeli atau membangun rumah di lokasi tusuk sate, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari hal-hal negatif tersebut. Pertama, ubahlah arah pintu menjadi menghadap kanan atau kiri jika semula pintu rumah menghadap langsung ke jalan. Hal ini bisa mengurangi debu-debu dari jalanan yang masuk ke rumah.
Berikutnya, bisa gunakan cermin pada bagian depan yang langsung menghadap jalan sehingga pada malam hari semakin bisa terlihat oleh kendaraan yang melaju dari arah depan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan memperbanyak tanaman di halaman rumah. Selain membuat udara lebih segar, pohon-pohon yang ditanam di depan rumah juga bisa melindungi rumah jika sewaktu-waktu ada kendaraan yang menerobos ke arah rumah.
ADVERTISEMENT
Meski lokasi tusuk sate memiliki banyak kekurangan jika dijadikan rumah untuk tempat tinggal, tapi ternyata lokasi ini sangat strategis jika dijadikan tempat usaha. Sebab, lokasi tusuk sate memungkinkannya bisa terlihat dari semua arah.
“Maka tak heran jika rumah dengan posisi tusuk sate lazim digunakan untuk usaha,” tulis Gideon Slamet.