Ikan Pendatang dan Sampah Popok Bayi Musnahkan Ikan Lokal di Sungai Jogja

Konten dari Pengguna
24 Agustus 2020 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Embung di Sleman yang mengalurkan air dari Kali Bedog. Foto: Savita
zoom-in-whitePerbesar
Embung di Sleman yang mengalurkan air dari Kali Bedog. Foto: Savita
ADVERTISEMENT
Ikan asli atau ikan lokal di sungai-sungai Yogyakarta makin terancam keberadaannya. Yudi Wahyudiana, pengurus Komunitas Sungai Winongo Asri (KSWA) yang beberapa tahun terakhir fokus pada monitoring ikan lokal di sungai Yogyakarta mengatakan ada cukup banyak jenis ikan-ikan lokal yang ada di sungai Yogyakarta. Di sungai Winongo saja, dari hulu sampai hilir pada 2019 tercatat ada 36 jenis ikan lokal.
ADVERTISEMENT
Jenis ikan lokal yang paling banyak adalah ikan-ikan kecil yang biasa menjadi mangsa ikan yang lebih besar, misalnya ikan wader. Tapi ada juga beberapa jenis ikan lokal yang besar dengan populasi musiman, terutama di bagian hilir mendekati muara atau laut.
“Jadi dia waktu masih kecil itu banyak yang menetas di tawar, tapi ketika sudah besar dia kembali ke laut, misalnya kalau di Winongo ada ikan pipa,” kata Yudi Wahyudiana, di Yogya, beberapa waktu lalu.
Jenis ikan lokal yang ada di sungai-sungai di Yogyakarta menurut Yudi juga tidak terlalu jauh berbeda. Ada kesamaan beberapa jenis ikan yang hidup di sungai-sungai Yogyakarta seperti di sungai Opak, Bedog, Code, Gajahwong, serta Winongo. Misalnya ikan kepek, wader, melem, cakul, beles, sepat, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya sejak 2014 sampai 2020, populasi ikan-ikan lokal tersebut terus mengalami penurunan. Di sungai Winongo misalnya, saat ini tinggal sekitar 15 persen saja titik-titik yang masih bisa ditemui ikan-ikan lokal. Bahkan ikan cetul jawa (Oryzias javanicus) di sungai Winongo saat ini kata Yudi hanya tinggal satu titik saja.
“Potensi untuk punah sangat besar jika tidak segera ada tindakan penanggulangan atau pelestarian yang serius,” lanjutnya.
Ancaman Ikan Pendatang hingga Popok Bayi
Muara Kali Progo. Foto: Widi Erha
Bagas Lantip Prakasa, seorang peneliti di Laboratorium Struktur dan Pengembangan Hewan Fakultas Biologi UGM mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan populasi ikan lokal terus mengalami penurunan. Kerusakan lingkungan menjadi masalah utama yang tidak terbantahkan, khususnya pencemaran air sungai karena limbah pabrik maupun rumah tangga.
ADVERTISEMENT
“Terus penangkapan ikan yang luar biasa banyak, eksploitasi yang terlalu berlebihan pakai alat setrum, obat, dan sebagainya. Itu juga jadi masalah, apalagi reproduksi ikan wader pari ini hanya berlangsung sekali dalam semusim,” ujar Bagas.
Selain kerusakan lingkungan, adanya ikan-ikan pendatang atau ikan invasif juga menjadikan populasi ikan lokal terus merosot. Ikan-ikan invasif ini kata Bagas bisa menjadi predator maupun kompetitor bagi ikan lokal, akibatnya ikan-ikan lokal semakin terdesak.
Hal serupa dikatakan oleh Yudi Wahyudiana, adanya ikan invasif di sungai-sungai Yogyakarta menurutnya menjadi ancaman serius bagi ikan lokal. Beberapa ikan invasif yang menjadi ancaman ikan lokal di antaranya sapu-sapu, nila, lele dumbo, hingga bawal.
“Bahkan ada juga ikan dari timur seperti Maluk, Papua, atau bahkan ada yang dari Australia itu juga masuk ke perairan kita. Hanya saja belum tahu itu karena introduksi atau memang persebaran secara alami,” kata Yudi.
ADVERTISEMENT
Pembangunan bangunan-bangunan sungai yang dibuat oleh manusia seperti dam juga ikut berkontribusi menurunkan populasi ikan lokal. Sebab beberapa ikan lokal harus naik ke hulu untuk berkembang biak, namun karena bangunan tersebut mereka tidak bisa menjangkau hulu.
Masalah lain yang ditemukan oleh Yudi dan kawan-kawannya adalah limbah popok bayi yang dibuang ke sungai. Berdasarkan penemuan di lapangan, popok bayi ternyata membuat ikan beles atau Barbonymus balleroides mengalami perubahan perilaku.
“Ikannya jadi transgender, mengalami perubahan perilaku gendernya sehingga sulit berkembang biak. Tapi secara kimianya belum diteliti lebih lanjut kenapa itu bisa terjadi,” ujarnya.
Menyelamatkan Populasi Ikan Lokal
Ikan wader. Foto: Istimewa.
Berbagai ancaman tersebut tidak menutup kemungkinan ikan lokal di sungai Yogyakarta akan punah. Apalagi di titik-titik yang sampai sekarang masih ditemukan ikan lokal juga sudah mulai ada introduksi ikan-ikan pendatang.
ADVERTISEMENT
Yudi sangat menyayangkan hal tersebut, sebab selain ikan lokal merupakan kekayaan plasma nutfah, mereka juga merupakan penjaga keseimbangan ekosistem. Meski ada ikan-ikan pendatang, namun tetap saja tidak bisa menggantikan peran alami ikan lokal yang merupakan asli penghuni sungai Yogyakarta.
“Harusnya dengan lingkungan yang belum terganggu, mereka kan sudah melakukan peran untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Tapi dengan adanya ikan-ikan dari luar itu keseimbangannya itu jadi terganggu,” ujar Yudi.
Apalagi sampai sekarang belum banyak penelitian yang dilakukan terhadap ikan lokal di sungai Yogyakarta. Dari 36 spesies yang sudah terdata saja belum diteliti lebih jauh misalnya perilakunya seperti apa dan sebagainya.
“Jika itu hilang, kita tidak punya kesempatan untuk mempelajari lagi,” lanjutnya.
Yudi mendorong supaya pemerintah sesegera mungkin melakukan perlindungan terhadap ikan-ikan lokal di sungai Yogyakarta. Sebenarnya sejumlah kalangan seperti komunitas sungai sudah melakukan beberapa upaya restoking ikan lokal yang populasinya kian menipis di sungai-sungai Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sebagai wahana edukasi, Yudi juga berharap dibangun semacam sekolah atau museum ikan yang didalamnya menampilkan ikan-ikan lokal yang ada di Yogyakarta. Hal itu menurutnya sangat penting, mengingat sampai sekarang masyarakat juga sangat sedikit yang paham mana ikan lokal dan mana ikan pendatang.
“Kita punya ikan lokal yang juga tidak kalah bagus dengan ikan dari luar,” ujar Yudi menegaskan. (Widi Erha Pradana / YK-1)