Imunitas COVID-19 tak Bertahan Lama, Pakar Ingatkan Tetap Waspada

Konten Media Partner
18 Mei 2022 18:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Meski pemerintah, melalui Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengizinkan masyarakat untuk melepas masker di ruang terbuka, namun pakar menyarankan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan peningkatan kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad. Menurut dia, potensi lonjakan kasus masih tetap mungkin terjadi, sebab saat ini penularan masih terjadi bahkan di beberapa negara seperti China dan Korea Utara kembali meningkat.
Selain itu, Doni, sapaan Riris Andono juga memperingatkan bahwa kekebalan atau imunitas terhadap COVID-19 tak bertahan lama, hanya sekitar 4 sampai 6 bulan saja. Karena itu, setelah 4 atau 6 bulan mendapatkan vaksin atau terinfeksi COVID-19, kekebalannya perlahan menurun sehingga rentan kembali tertular COVID-19.
“Imunitas COVID-19 itu kan tidak bertahan lama, itu yang harus diwaspadai,” kata Riris Andono saat dihubungi, Rabu (18/5).
Meski begitu, menurut Doni kebijakan lepas masker di ruang terbuka juga bisa dimengerti mengingat kasus COVID-19 yang makin melandai. Kebijakan tersebut menurutnya tak akan jadi masalah selama tingkat penularan tetap rendah. Yang penting, jika nanti mulai terjadi tren peningkatan kasus, pemerintah mesti siap untuk kembali memperketat aturan.
ADVERTISEMENT
“Kalau kasusnya naik, aturan tentu harus diubah lagi, harus ada pengetatan kembali,” ujarnya.
Vaksinasi COVID-19 juga perlu terus digencarkan untuk tetap menjaga imunitas masyarakat, sebab vaksinasi ini menurut dia menjadi salah satu faktor utama melandainya kasus COVID-19 di Indonesia, selain karena sebelumnya juga telah terjadi gelombang penularan yang masif. Jika vaksinasi berhenti, maka imunitas masyarakat akan menurun.
“Di situlah potensi peningkatan penularan akan semakin besar,” ujar Riris Andono Ahmad.
Sebelumnya, pada Selasa (17/5), Presiden Jokowi melalui pernyataan pers telah mengumumkan pelonggaran penggunaan masker di Indonesia. Melalui keterangan tersebut, Presiden mengatakan bahwa masyarakat sudah bisa melepas maskernya ketika sedang beraktivitas di area terbuka yang tidak padat orang.
“Jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang, maka boleh untuk tidak menggunakan masker,” kata Jokowi seperti disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Negara.
ADVERTISEMENT
Namun, pemerintah tetap menekankan supaya masyarakat tetap mengenakan masker ketika berkegiatan di ruangan tertutup dan di transportasi publik. Penggunaan masker juga tetap berlaku bagi masyarakat yang masuk kategori rentan, lansia, atau memiliki penyakit bawaan atau komorbid.
“Demikian juga masyarakat yang alami gejala batuk pilek, maka tetap harus gunakan masker ketika melakukan aktivitas,” ujar Jokowi.