news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jalan Keluar Sepeda dari Tekanan Corona

Konten dari Pengguna
28 Juni 2020 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bersepeda menjadi pilihan jalan keluar dari penatnya tinggal di rumah karena virus corona. Foto: M Faad.
zoom-in-whitePerbesar
Bersepeda menjadi pilihan jalan keluar dari penatnya tinggal di rumah karena virus corona. Foto: M Faad.
ADVERTISEMENT
Antrian pembeli di toko sepeda di Yogyakarta seperti antrian pembagian sembako: mengular sebelum toko buka. Tak tampak wajah-wajah kesal karena menunggu toko yang tak segera buka, sebaliknya, mereka semua menampakkan binar bahagia.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya mau beli sepeda. Kemarin dua minggu minjam sepeda teman dan sudah ngerasain lega banget rasanya bisa lihat-lihat dunia luar. Apalagi pas jalan di tengah sawah, plong gitu rasanya. Soalnya udah kayak hampir gila karena corona,” kata Indra Yunanto, yang baru dua pekan ini dia aktif bersepeda, kalau tidak pagi, maka sore sampai malam dia bergowes keliling Kota Jogja.
Bersepeda juga membuat Indra bisa bertemu lagi dengan teman-teman karibnya setelah sekian lama tidak pernah berjumpa lagi karena pandemi. Pada intinya, pada sepeda ia menemukan jalan keluar dari seluruh kepenatannya.
Setelah nyaris satu jam memilah dan memilih, Yolanoska, 19 tahun, akhirnya keluar dengan sebuah sepeda barunya. Cukup lama dia mengidam-idamkan sepeda baru, dan baru kali ini kesampaian. Dia tampak sudah tidak sabar untuk menggowes sepeda baru jenis MTB-nya itu keliling kota Jogja.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku sudah cukup lama hobi bersepeda, tapi baru akhir-akhir ini saja mulai aktif lagi bersepeda. Unggahan banyak temannya di media sosial ketika bersepeda adalah faktor utama yang membuatnya tidak tahan untuk beli sepeda baru, yang tentunya lebih keren dibandingkan sepeda lamanya.
“Karena banyak temannya, jadi kepingin sepedaan juga. Kan banyak waktu luang juga, kuliah juga libur kan,” ujar Yolanoska di sebuah toko sepeda di Jalan Brigjen Katamso, Gondomanan, Yogyakarta, pekan ini.
Selain keliling Kota Jogja, biasanya Yola juga bersepeda ke daerah Cangkringan, Sleman, bersama kawan-kawannya. Dan sore nanti, Yola siap memamerkan sepeda barunya kepada teman-temannya.
Selesai dengan semua urusan di toko sepeda, Yola pulang ke rumahnya di daerah Condongcatur, Sleman. Sepeda barunya yang dia beli dengan harga Rp 4,2 juta itu, langsung dia gowes. Di jalanan Jogja yang sudah mulai padat lagi, Yola bersiap untuk melakukan test drive sepeda baru.
ADVERTISEMENT
“Semoga makin rajin deh sepedaannya,” kata dia diikuti tawanya yang renyah.
Di sudut yang lain, Isma Ambar, 38 tahun sedang menunggu sepeda seli merk Pacific yang sedang dirakit. Sepeda itu dia beli untuk anaknya dengan harga Rp 3,75 juta. Ramainya tren sepeda belakangan ini membuat anaknya ikut keranjingan bersepeda.
“Sudah punya (sepeda) sih, tapi udah lama banget,” kata Isma.
Libur kuliah berkepanjangan karena pandemi membuat anaknya kehabisan kegiatan. Biasanya, anaknya banyak menghabiskan waktu dengan ikut kegiatan-kegiatan di kampusnya. Dua bulan lebih berada di rumah membuat anaknya sering uring-uringan karena jenuh.
“Selain olahraga kan bisa refreshing juga. Daripada di rumah terus stress kan,” lanjutnya.
Sangat Lega setelah Bersepeda
Antrian di toko sepeda di Yogyakarta. Foto: Widi Erha Pradana.
Selain Yola dan Isma, masih ada puluhan lainnya yang masih mengantre di toko sepeda itu. Ada yang membeli sepeda baru, banyak juga yang sekadar membeli suku cadang. Ada pesepeda baru, banyak juga pesepeda lama.
ADVERTISEMENT
Sama dengan Yola, Febi Ariyanto, 20 tahun, juga baru akhir-akhir ini gemar bersepeda. Alasannya juga sama, karena banyak teman-temannya yang kini hobi bersepeda maka dia juga tertarik untuk ikut gowes juga.
“Karena banyak temen-temennya, pas lihat kok kayaknya asyik. Apalagi kan sudah lama enggak ada aktivitas juga, sekalian melepas penat lah biar enggak stress,” kata Febi yang masih mengantre untuk masuk toko.
Kedatangannya ke toko sepeda bukan untuk membeli sepeda baru, tapi untuk beli handlebar supaya sepedanya makin nyaman untuk digowes. Karena rumahnya di Prambanan, selain bersepeda keliling Kota Jogja Febi juga kerap bersepeda hingga Klaten.
Makin Sehat dan Bahagia
Yonanoska dan temannya. Foto: Widi Erha Pradana.
Yolanoska mengaku merasa jauh lebih bahagia setelah aktif bersepeda akhir-akhir ini. Berbeda dengan ketika naik motor, saat bersepeda, Yola jadi bisa melihat-lihat suasana kota lebih detail. Sudut-sudut kota yang biasanya dia lewati dengan bermotor, terasa berbeda ketika dia lewati dengan bersepeda.
ADVERTISEMENT
“Rasanya kayak lebih romantis gitu sih,” kata Yolanoska.
Awal-awal bersepeda memang membuat badannya pegal-pegal. Tapi setelah beberapa kali, rasa pegal itu tidak terasa lagi. Malah kini dia merasa jauh lebih bugar setelah beberapa pekan rutin bersepeda.
“Iya, selain jadi lebih seger juga kayak lebih bahagia sih. Mungkin karena udah lama enggak keluar rumah ya,” lanjutnya.
Okto Yusuf Prihantoro, sudah bertahun-tahun hobi bersepeda dan sangat sering bersepeda antarkota antarprovinsi. Dia lebih tertarik untuk bersepeda ke daerah-daerah desa maupun pegunungan yang udaranya masih asri.
“Seneng juga lihat yang ijo-ijo, daripada di kota kan udaranya juga udah banyak tercemar. Jadi rasanya percuma, olahraga tapi udara yang dihirup ndak sehat,” ujar Okto.
Okto juga paling suka ketika melewati tempat-tempat yang belum pernah dia datangi sebelumnya. Ada sensasi tersendiri ketika dia melewati tempat-tempat yang asing, yang menurutnya sulit dijelaskan dengan kata-kata.
ADVERTISEMENT
“Karena sering ada kejutan, kayak nemu pemandangan yang bagus. Kalau rutenya sama kan enggak bisa ngerasain sensasi kayak gitu,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)