news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kemendikbud Berbagi 7 Tips Belajar Jarak Jauh, Guru : tak Semudah itu

Konten dari Pengguna
7 Mei 2020 6:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Foto : instagram @kemendikbud.ri
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Foto : instagram @kemendikbud.ri
ADVERTISEMENT
Pandemi telah menyebabkan banyak perubahan bagi kehidupan manusia di berbagai sektor, tak terkecuali pendidikan. Karena pandemi, sekolah harus tutup, pembelajaran dikelas ditiadakan, diganti dengan pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Keluhan demi keluhan mulai terdengar, baik dari guru, siswa, maupun orangtua. Banyak proses pembelajaran yang tersendat, terutama karena tidak semua guru dan siswa punya sarana yang memadai. Di tengah situasi seperti ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim berbagi tips untuk para guru dan orangtua selama menjalankan pembelajaran jarak jauh.
Tips tersebut diharapkan dapat membantu guru maupun orangtua dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauhh. Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, berikut 7 tips menjalankan pembelajaran jarak jauh ala Mendikbud Nadiem Makarim.
1. Hindari Stres
Menurut Nadiem, kesulitan demi kesulitan dalam melakukan pembelajaran jarak jauh adalah hal yang wajar. Pasalnya, semua masih dalam tahap adaptasi, sehingga masih penuh kebingungan dan ketidakpastian. Karena itu, menurutnya baik guru, orangtua, maupun siswa, tak perlu stres memikirkan hal tersebut karena justru akan membuat beban semakin berat.
ADVERTISEMENT
“Ini normal, jangan khawatir,” kata Nadiem Makarim dalam program Belajar dari Covid-19 pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2020, Jakarta, Sabtu (2/5/2020) yang ditayangkan di TVRI dan Youtube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kendati sulit, namun Nadiem mendorong kepada setiap guru dan orangtua bahwa cara terbaik untuk belajar adalah dengan keluar dari zona nyaman. “Tetapi yakini bahwa cara terbaik untuk belajar suatu hal baru adalah keluar dari zona nyaman tersebut. Itu satu-satunya cara untuk memperbaiki diri,” tambahnya.
2. Membagi Kelas Jadi Kelompok Kecil
Untuk memudahkan proses pembelajaran, Nadiem menyarankan kepada para guru untuk membagi kelasnya menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyeragaman, pasalnya menurutnya tidak semua siswa punya level kompetensi yang sama. Karena itu, dia menyarankan supaya guru membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan kompetensi yang sama.
ADVERTISEMENT
“Yang unggul di satu bidang belum tentu unggul di bidang yang lain. Cobalah membagi kelompok belajar berdasarkan kompetensi yang sama,” kata Nadiem.
3. Mencoba Metode Project Based Learning
Tips ketiga dari Menteri Nadiem adalah menyarankan para guru untuk mencoba menerapkan metode belajar project based learning (PJBL). Meski belajar di rumah, menurutnya bukan berarti siswa harus belajar sendiri. Ajaklah murid untuk belajar berkolaborasi dengan teman-temannya di dalam suatu grup.
“Ini melatih empati mereka dan juga kemampuan mereka untuk mendorong satu sama lain. Dan secara otomatis, azas gotong royong mereka terbentuk,” ujarnya.
Mungkin metode ini tidak langsung lancar, tetapi menurut Nadiem harus mulai dicoba. “Jangan meremehkan kemampuan anak untuk mengatur dirinya jika mereka saling tergantung dengan murid lainnya,” lanjut Nadiem.
ADVERTISEMENT
4. Alokasikan Lebih Banyak Waktu Bagi yang Tertinggal
Nadiem juga menyarankan supaya guru lebih banyak mengalokasikan waktu bagi siswanya yang tertinggal dalam pelajaran. Menurutnya, belajar di rumah adalah momentum yang tepat untuk memberikan fokus yang lebih banyak kepada murid-murid yang tertinggal dalam pembelajaran di dalam kelas. Hal itu, dinilai dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka.
“Sehingga mereka bisa lebih percaya diri ketika mereka bergabung lagi di kelas saat COVID-19 ini berakhir sehingga bisa mengejar dalam waktu ini,” ujarnya.
“Momen belajar dari rumah ini mungkin menjadi waktu yang tepat bagi orang tua untuk lebih memahami dan membantu tantangan belajar anak-anak mereka,” lanjutnya.
5. Fokus pada yang Terpenting
Seorang guru harus bisa menentukan skala prioritas. Menurut Nadiem, guru harus fokus kepada hal-hal yang paling penting. Karena dalam pembelajaran di masa darurat tidak ada keharusan untuk mengejar ketuntasan kurikulum, maka saat ini menjadi waktu yang tepat bagi guru untuk bereksperimen dengan alokasi waktu.
ADVERTISEMENT
“Daripada kejar tayang semua topik, mungkin ini kesempatan emas untuk menguatkan konsep-konsep fundamental yang mendasari kemampuan murid-murid untuk bisa sukses di mata pelajaran apapun. Contohnya seperti di literasi, numerasi, dan pendidikan karakter,” jelasnya.
6. Berbagi Informasi Sesama Guru
Tak bisa dipungkiri, sama seperti siswa, guru juga memiliki kemampuan yang berebda-beda. Ada guru yang lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, namun ada juga yang lambat. Untuk itu, Nadiem mengajak para guru untuk selalu berbagi informasi antarsesama guru. Dengan begitu, guru-guru yang tertinggal dalam beradaptasi perlahan bisa ikut menyesuaikan dengan yang lainnya.
“Ini akan meningkatkan semangat guru,” ujar Nadiem.
7. Melakukan Inovasi yang Sudah Lama Terkubur
Sebagai seorang pendidik, kerap banyak ide dan gagasan yang harus dikubur karena sistem yang tidak mendukung. Meski tidak mudah, krisis saat ini menurut Nadiem adalah kesempatan bagi para guru untuk mewujudkan ide dan gagasan yang selama ini tertahan sistem yang kaku.
ADVERTISEMENT
“Walaupun kita dalam krisis, ini saatnya kita mencoba hal-hal yang dari dulu mungkin kita masih ragu, tapi di dalam hati kita merasa bahwa ini yang terbaik untuk para murid kita. Maka inilah saat kita mendengarkan insting kita sebagai guru dan orang tua dan bukan mengikuti proses seadanya,” tuturnya.
“Seperti murid, inilah saatnya guru dan orang tua berinovasi dengan melakukan banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya,” pungkas Nadiem.
Guru: Tak Semudah itu
Agung Widadi, salah seorang guru Teknik Mesin di sebuah SMK di Bantul, Yogyakarta mengatakan beberapa tips yang diberikan Nadiem sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Namun implementasi di lapangan selalu tidak semudah berteori. “Dalam pembelajaran jarak jauh, kendalanya biasanya di keaktifan anak dalam pembelajaran. Pembelajaran online saya ajak diskusi responsnya sedikit yang aktif,” ujar Agung, Rabu (6/5).
ADVERTISEMENT
Menurut Agung, pembelajaran jarak jauh untuk mata pelajaran teknik agak susah karena adanya keterbatasan alat. Dia sudah mencoba pembelajaran menggunakan video, namun tetap saja tidak semua siswa bisa memahaminya. Penerapan metode Project Based Learning dalam pembelajaran jarak jauh menurutnya juga sulit dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh ini, apalagi untuk jurusan Teknik Mesin.
“Mau Project Based Learning enggak bisa, alat enggak mungkin (ada) kalau jurusan mesin. Tidak semua mata pelajaran bisa,” ujarnya.
Dalam pembelajaran jarak jauh, untuk mata pelajaran berbasis teknik menurutnya memang cukup sulit. Sebab, fasilitas yang ada, terutama yang dimiliki oleh siswa belum memenuhi. ”Yang simple aja, desain misal, enggak semua anak punya laptop yang spesifikasinya sesuai untuk diinstal software desain,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mendampingi siswa-siswa yang tertinggal, Agung juga sudah mencoba untuk melakukannya. Namun ternyata yang dia alami juga tidak semudah yang dibayangkan. Pasalnya, kebanyakan dari siswanya memiliki respons yang sangat lambat ketika dia hubungi. “Di lapangan enggak semudah berteori yang jelas,” tegasnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)