Kenapa Wabah PMK Muncul Lagi setelah Hilang 30 Tahun?

Konten Media Partner
17 Mei 2022 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ditemukan lagi di sejumlah kabupaten di Jawa Timur. Dikabarkan penyakit itu telah menginfeksi ribuan sapi milik peternak. Bahkan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), telah mengkonfirmasi dua kasus PMK pertama di DIY yang ditemukan di Kulon Progo.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, PMK bukanlah penyakit baru yang menyerang sapi-sapi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Indonesia pada 1887 di Malang, Jawa Timur. Secara berturut-turut, penyakit ini kemudian pernah dilaporkan juga di Jakarta pada 1889, di Aceh pada 1892, di Medan dan Kalimantan pada 1906, di Sulawesi dan Medan pada 1907.
Melalui berbagai upaya vaksinasi, Indonesia berhasil mengatasi wabah penyakit yang sangat menular di kalangan hewan ternak itu. Hingga pada 1990, Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas PMK oleh OIE. Namun belum lama ini, penyakit PMK kembali ditemukan menyerang ribuan sapi di Jawa Timur setelah 30 tahun lebih tak pernah dilaporkan kasus PMK di Indonesia.
Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan yang membuat penyakit ini kembali muncul dan mengancam hewan ternak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor yang mungkin terjadi adalah adanya mobilitas ternak yang semakin cepat. Mungkin saja penyakit itu dibawa oleh hewan ternak impor dari luar negeri yang ternyata membawa virus penyebab penyakit PMK tersebut.
“Sebab selama masih ada mobilisasi hewan, dan selama virus itu ada, penularan itu masih mungkin untuk terus terjadi,” kata Riris Andono ketika dihubungi, Selasa (17/5).
Terlebih PMK ini merupakan penyakit zoonosis dimana reservoir atau pembawa utamanya adalah hewan. Meski dalam jangka waktu lama populasi ternak di Indonesia tidak terjangkit penyakit ini, namun ketika ada mobilitas atau interaksi dengan hewan lain yang membawa virus itu, maka potensi penularannya jadi sangat besar.
“Sama seperti flu burung, sama seperti yang lainnya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain mobilisasi antarternak, penyakit ini juga bisa ditularkan melalui pakan yang didatangkan dari luar. Kemungkinan lain, bisa juga penyakit itu kembali muncul karena virus lama yang sebelumnya menginfeksi ternak-ternak di Indonesia ternyata masih ada dan kemudian menginfeksi ternak-ternak tersebut lagi. Namun untuk memastikan penyebab kemunculan kembali penyakit tersebut mesti dilakukan investigasi.
“Faktor-faktor ini mungkin terjadi, tapi harus dipastikan melalui investigasi mendalam,” kata Riris Andono.
Mengutip Kumparan Bisnis, Pengamat Pertanian sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santoso, mengungkapkan bahwa sejak dulu sebenarnya para peneliti sudah memprediksi bahwa penyakit ini pasti akan muncul kembali di Indonesia.
Pada 2015, para peneliti menurutnya pernah mengajukan judicial review terhadap Pasal 36 dalam UU No. 14 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mengizinkan Indonesia melakukan impor daging sapi dari negara yang belum bebas PMK, namun zona atau wilayahnya sudah bebas.
ADVERTISEMENT
“India dan Brasil, jadi di situ kemungkinannya potensinya. Nah, jadi ini memang benar-benar luar biasa. Walaupun sudah diingatkan, dijadikan judicial review, tapi ya dikalahkan judicial review tersebut,” kata Dwi Andreas Santoso, Minggu (15/5).
Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa di ICBB Bogor, Rabu (4/12). Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan
Lemahnya pengawasan dari Kementan, disinyalir sebagai salah satu akibat dari merebaknya wabah PMK kembali di Indonesia.
Kepala Dinas Pertanian DIY, Sugeng Purwanto, mengkonfirmasi adanya dua kasus pertama suspek PMK di DIY yang ditemukan di Kecamatan Galur, Kulon Progo. Dua ternak yang terinfeksi di antaranya seekor sapi dan seekor kambing.
“Kemarin terinfo seperti itu (suspek). Cuma kan dalam bentuk kehati-hatian kita sudah lakukan beberapa antisipasi langkah-langkah konkret intinya seperti itu,” kata Sugeng, Senin (16/5).