Kepentingan Ekonomi dan Politik di Balik Aksi Klitih di Yogyakarta

Konten dari Pengguna
11 Februari 2020 10:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi klitih. Foto : Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi klitih. Foto : Kumparan
ADVERTISEMENT
Aksi kekerasan jalanan oleh remaja di Yogyakarta atau masyarakat umum menyebutnya klitih, diduga dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencapai kepentingannya. Sosiolog UGM, Suprapto, mengatakan banyak pihak yang memanfaatkan aksi kejahatan jalanan tersebut sebagai barang komoditas.
ADVERTISEMENT
“Pemanfaatannya banyak, khususnya penjual jasa keamanan ilegal,” ujar Suprapto.
Pihak-pihak tersebutlah yang akan menjaga supaya pelaku tindak kejahatan selalu ada. Rekrutmen-rekrutmen selalu dilakukan untuk menjaga regenerasi. Sehingga, aksi kejahatan yang dilakukan pun tidak melulu dilakukan antargeng atau kelompok yang saling bermusuhan.
Ketika masa-masa rekrutmen, aksi kejahatan akan kembali muncul dan marak di permukaan. Sebab, di masa rekrutmen itulah calon anggota atau sang junior harus membuktikan kemampuannya untuk melukai orang lain atau membuat teror.
“Makanya aksi kejahatan di jalanan ini muncul tenggelam, karena jika sedang tidak ada rekrutmen ya sepi. Tapi jika ada masa rekrutmen, maka muncul lagi,” lanjutnya.
Anak-anak remaja kemudian dipilih. Selain emosinya yang cenderung masih labil, juga supaya hukuman yang diterima nantinya jauh lebih ringan.
ADVERTISEMENT
Untuk Kepentingan Politik
Musim politik juga diduga kuat menjadi penyebab maraknya aksi kejahatan jalanan. Karena, menurut Suprapto, hampir setiap musim politik aksi kejahatan jalanan selalu marak terjadi.
“Terutama jika ada yang memerlukan jasa mereka,” ujar Suprapto.
Sosiolog Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Bambang Kusumo Prihandono, juga tidak menampik adanya pihak-pihak yang memanfaatkan aksi kejahatan jalanan tersebut, tak terkecuali untuk kepentingan politik. Pelaku-pelaku kejahatan tersebut akan direkrut oleh para politisi, terutama pada masa-masa kampanye.
“Orang-orang seperti ini kan bisa jadi, ketika kampanye dipakai untuk mengintimidasi yang lain,” ujarnya, Senin (10/2).
Bisa juga pelaku-pelaku kejahatan itu dimanfaatkan oleh pemegang kekuasaan, untuk mengintimidasi pihak-pihak yang mengkritik dan berseberangan dengan kekuasaan. Dalam konteks ekonomi, penjahat jalanan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai debt collector.
ADVERTISEMENT
“Ini yang bagaimana kekerasan itu bisa diekspolitasi menjadi komoditas bagi kepentingan kekuasaan,” lanjutnya.
Menurut Bambang, sangat mungkin, dalam tindak kejahatan jalanan ini ada struktur yang terorganisir. Ada pendana atau pemilik modal, ada organisator, serta eksekutor.
“Ada pihak tertentu yang membeli jasa kekerasan itu untuk mencapai kepentingan dia,” tegas Bambang. (Er)