Konten Media Partner

Kerja Sama Disbud DIY dan MSO Bentuk Wajah Orkestra Jogja

11 Juli 2024 16:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 20 Agustus 2024 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses latihan peserta Youth Music Camp dengan Malbourne Symphony Orchestra. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Proses latihan peserta Youth Music Camp dengan Malbourne Symphony Orchestra. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kerja sama antara Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Malbourne Royal Orchestra (MSO), orkestra tertua di Australia, dinilai telah membentuk wajah orkestra Jogja.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kerja sama itu disebut telah memicu lahirnya kelompok-kelompok orkestra di Jogja.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Disbud DIY, Dian Lakshmi Pratiwi.
Dian menjelaskan bahwa kerja sama antara Disbud DIY dengan MSO sejak 2017 telah berdampak bagi kelahiran banyak orkestra di DIY.
“Kalau kita amati, luar biasa. Sekarang, Bantul punya Bantul Chamber Orchestra. Kota Yogyakarta juga punya Yogyakarta Royal Orchestra. Kemudian, DIY sendiri punya Serenade Bunga Bangsa,” kata Dian saat ditemui Pandangan Jogja, Senin (8/7).
Untuk diketahui program kerja sama Disbud DIY dengan MSO didukung sepenuhnya oleh Dana Keistimewaan (Danas) DIY.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiw. Foto: Humas Pemda DIY
Kebangkitan industri orkestra di Jogja menurut Dian tidak lepas dari kerja sama antara Disbud DIY dan MSO melalui program Youth Music Camp. Melalui program ini, Disbud DIY dan MSO bekerja sama mengasah kemampuan para talenta musik yang bukan hanya berasal dari Jogja, namun seluruh Indonesia dalam bentuk workshop musik.
ADVERTISEMENT
Para peserta Youth Music Camp kemudian tampil bersama dalam sebuah konser kolaborasi bersama MSO. Tahun ini, ada 24 orang dari Youth Music Camp yang akan tampil dalam sebuah konser bersama 30 musisi dari MSO, ditambah dengan kehadiran Yogyakarta Royal Orchestra.
Penampilan mereka dilaksanakan pada malam nanti, Kamis (11/7), di Candi Prambanan.
Proses latihan peserta Youth Music Camp dengan Malbourne Symphony Orchestra. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Tak cuma itu, setiap tahun juga selalu ada peserta terbaik dari Youth Music Camp yang dikirimkan ke Melbourne untuk menjalani internship di MSO. Para peserta itu kemudian pulang ke Jogja, dan menularkan ilmu-ilmu yang sudah diraih selama aktivitas berkesenian di MSO kepada musisi-musisi muda lainnya di Jogja.
Hal itulah yang menurut Dian membuat Jogja kini terus meningkat dalam industri musik orkestra. Kelahiran talenta musik orkestra di Jogja juga dinilai Dian makin pesat. Bahkan, musik orkestra makin banyak dikolaborasikan dengan kultur-kultur Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Kita berharap Jogja menjadi salah satu barometer kota orkestra di Indonesia. Dengan adanya Yogyakarta Royal Orchestra, mungkin ini bisa jadi pemicu. Bagaimana orkestra digabung dengan pantomim, digabung dengan langen carito, digabung dengan mocopat, dan besok dengan Anoman Obong, itu karena objek kebudayaan kita luar biasa, jadi potensial untuk punya identitas sebagai mimpi,” ungkap Dian.
Konser kolaborasi antara Melbourne Symphony Orchestra dengan peserta Youth Music Camp di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Kerja sama ini juga menandai kolaborasi antara Provinsi DIY dengan Negara Bagian Victoria di Australia sebagai sister province untuk meningkatkan potensi musik orkestra di Jogja. Bagi Dian, kolaborasi ini bertujuan untuk mengangkat musik di Jogja sebagai salah satu warisan dunia yang diakui.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Penghageng Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro. Menurutnya, YRO bisa eksis di dunia orkestra juga tidak lepas dari andil MSO.
ADVERTISEMENT
“Kami mulai dikenal dan semua ini berkat Melbourne Symphony Orchestra,” ucap KPH Notonegoro.
Penghageng Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Ia menceritakan, YRO terbentuk karena ada diskusi antara Managing Director MSO, Sophie Galaise dengan dirinya pada 2019 silam. Sebenarnya, Sultan HB X menurutnya sudah meminta untuk membangkitkan lagi kelompok orkestra di Jogja sejak 10 tahun yang lalu.
Hingga pada 2021 dibentuklah YRO yang masih eksis sampai saat ini dan terus didukung oleh MSO.
"Itu sudah dari 10 tahun yang lalu Ngarso Dalem itu cerita kayak gitu. Ya sudah, ayo kita wujudkan," kata KPH Notonegoro.
“Tahun ini, kami melakukan debut kami pada bulan Maret di Jakarta dan kami telah mendapatkan banyak perhatian sejak saat itu. Konser terakhir kami pada bulan Juni, kami hanya memiliki ruang untuk 1.000 penonton. Kami mencoba membuka tiket untuk umum dan terjual habis dalam 5 menit,” ujarnya.
ADVERTISEMENT