Lumut Rusak Struktur Candi Sambisari, Sereh Wangi Dikerahkan

Konten Media Partner
23 Juli 2021 20:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sereh wangi memiliki kemampuan untuk mematikan dan menghambat pertumbuhan lumut
Ilustrasi Candi Sambisari. Foto: Dokumen BPCB
Tahun ini, Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) DIY akan melakukan konservasi terhadap candi Sambisari yang terletak di Purwomartani, Kalasan, Sleman yang tujuan utamanya untuk mencegah kerusakan struktur candi yang lebih besar akibat lumut. Konservasi ini memanfaatkan bahan alami, yakni menggunakan sereh wangi yang memiliki kemampuan untuk mematikan dan menghambat pertumbuhan lumut.
ADVERTISEMENT
Konservator BPCB DIY, Wikanto Harimurti mengatakan bahwa bahan alami dari sereh wangi memiliki banyak keunggulan, salah satunya banyak tersedia di wilayah DIY. Bahkan di Jogja sudah ada perusahaan-perusahaan yang dapat melakukan ekstraksi sereh wangi.
“Jadi tidak perlu mendatangkan dari luar, apalagi dari luar negeri. Dan harganyapun lebih terjangkau,” kata Wikan Harimurti dalam acara Gelar Wicara Cagar Budaya di Radio Sonora, Rabu (21/7).
Selain itu, sereh wangi juga dinilai lebih ramah terhadap lingkungan karena berasal dari alam sehingga tidak memberikan efek samping untuk ekosistem di sekitarnya, berbeda jika menggunakan bahan-bahan kimia. Bagi para petugas yang nantinya akan bekerja melakukan konservasi, bahan sereh alami juga lebih aman karena tidak akan mengakibatkan efek samping seperti gatal-gatal, ditambah aromanya yang harum khas sereh.
ADVERTISEMENT
“Bahan alam, salah satunya sereh wangi memang aman untuk konservasi cagar budaya, konservator, dan lingkungan,” ujarnya.
Bahan sereh wangi juga telah digunakan untuk melakukan konservasi di beberapa candi lain, salah satunya Borobudur. Selain sereh, sebenarnya ada beberapa bahan alam lain yang juga sedang dikembangkan untuk melakukan konservasi cagar budaya, seperti nilam, temulawak, cengkeh, serta pala. Bahan-bahan tersebut dinilai dapat mengatasi pelapukan batuan cagar budaya yang disebabkan oleh lumut, ganggang, maupun jamur.
“Setelah ini nanti kita lakukan evaluasi, apakah ada dampak negatifnya, jika semua aman nanti akan kita gunakan lagi untuk situs-situs yang lain,” kata Wikanto.
Candi Sambisari Alami Sejumlah Kerusakan
Ilustrasi Candi Sambisari. Foto: Dokumen BPCB
Sebenarnya rencana konservasi candi Sambisari sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya, BPCB telah melakukan observasi untuk memetakan kerusakan yang terjadi di candi Sambisari. Setelah dilakukan observasi, ditemukan beberapa kebocoran di sejumlah bangunan candi dan ada beberapa gerbang atau pagar yang telah runtuh selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
“Kerusakan itu sekalian kami benahi juga dalam konservasi ini,” ujar Wikanto Harimurti.
Setelah menemukan adanya kerusakan, tahun berikutnya BPCB kembali melakukan studi untuk merumuskan metode seperti apa yang paling tepat untuk membenahi candi Sambisari. Pada tahap itu, dihitung juga apa bahan yang akan digunakan, berapa lama pengerjaannya, hingga berapa jumlah pekerja yang dibutuhkan.
“Untuk tenaga mekanis saja, 1 meter persegi saja butuh dua orang pekerja. Sedangkan volume candi Sambisari ini ada 400-an meter, sehingga memang banyak sekali yang kami butuhkan, dan tenaga yang dibutuhkan kan bukan hanya bagian mekanis,” lanjutnya.
Nantinya, dalam pelaksanaan konservasi ataupun pemugaran, selain menggunakan tenaga dari internal BPCB juga akan memanfaatkan tenaga kerja dari lokasi di sekitar candi. Dengan begitu, harapannya kegiatan dan situs yang dimiliki BPCB bisa memberikan tambahan ekonomi untuk masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
“Harapannya kegiatan dan situs yang kami miliki juga bisa memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar,” kata Wikanto.
Khusus Membunuh Lumut
Ilustrasi sereh wangi. Foto: Pixabay
Teknisi Pelestari Cagar Budaya BPCB DIY, Andriyani Wardaningsih, mengatakan bahwa tujuan utama konservasi kali ini memang untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan lumut di permukaan batuan candi. Lumut-lumut ini, dalam jangka waktu tertentu akan membuat kondisi batuan menjadi lapuk.
“Karena ekstrak sereh ini memang punya kemampuan khusus untuk membunuh lumut-lumut tersebut,” ujar Andriyani.
Lumut-lumut ini menurutnya bisa tumbuh karena ada elemen tanah di permukaan batuan candi. Seiring berjalannya waktu, faktor hujan kemudian memicu pertumbuhan mikroba hingga akhirnya tumbuhlah lumut-lumut di permukaan batuan candi.
Nantinya, ekstrak dari sereh wangi ini digunakan pada batuan candi dengan cara disemprotkan, mengingat luasannya yang mencapai ratusan meter.
ADVERTISEMENT
“Sebelum disemprot pakai minyak sereh, batuan dibersihkan dulu dari lumut menggunakan sikat dengan hati-hati,” ujarnya.
Dia berharap, bahan-bahan alami seperti sereh wangi ini bisa terus dikembangkan untuk kepentingan konservasi situs cagar budaya. Sebab selain mesti memperhatikan eksistensi bangunan situs, konservasi ini juga mesti memperhatikan keseimbangan lingkungan di sekitarnya.
“Jangan sampai upaya konservasi situs ini justru merusak ekosistem atau lingkungan di sekitarnya,” kata Andriyani Wardaningsih.