Menemukan Hewan Inang Virus Corona untuk Dapatkan Vaksin Penyembuh

Konten dari Pengguna
24 Januari 2020 6:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berbagai macam menu yang disajikan di Pasar Wuhan China. Foto : twitter Muyi Xiao
zoom-in-whitePerbesar
Berbagai macam menu yang disajikan di Pasar Wuhan China. Foto : twitter Muyi Xiao
ADVERTISEMENT
Setelah sekian lama mencari tersangka penyebar coronavirus atau 2019-nCov ke manusia, ilmuwan China mulai mendapatkan petunjuk yang mengarah pada Ular Kobra China dan Ular Krait China. Sebelumnya, misteri hewan yang menyambungkan virus ini dari kelelawar ke manusia masih menjadi tanda tanya besar. Menemukan hewan inang virus ini adalah usaha penting untuk menemukan obat dan tindakan pencegahan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya SARS dan MERS, 2019-nCoV juga diklasifikasikan sebagai penyakit virus zoonosis, yang berarti pasien pertama yang terinfeksi mendapatkan virus ini langsung dari hewan. Ini dimungkinkan karena virus telah memperoleh serangkaian mutasi genetik dalam hewan inang sementar yang memungkinkannya untuk menginfeksi dan berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Tiga kontributor World Economic Forum, yakni Haitao Guo, Professor of Microbiology and Molecular Genetics, University of Pittsburgh, Guangxiang “Goerge” Luo Professor of Microbiology, University of Alabama at Birmingham, dan Shou-Jiang Gao Professor of Microbiology and Molecular Genetics, University of Pittsburgh, menuliskan paparan panjangnya mengenai kemungkinan rangkain perjalanan virus corona ke manusia.
Dan berdasar pendalaman pada berbagai analisa bioinformatik secara mendetail dari rentetan kejadian nCov, ketiga profesor itu yakin bahwa coronavirus yang merebak kali ini kemungkinan besar berasal dari ular hasil mutasi dari virus yang sebelumnya berdiam di kelelawar.
ADVERTISEMENT
Analisa Kode Protein
Para ilmuwan telah membandingkan kode protein dari coronavirus yang baru dengan protein yang didapat dari coronavirus yang berasal dari binatang inang yang berbeda-beda. Mulai dari burung, ular, marmut, kelelawar, landak, dan manusia. Hasilnya terdapat kemiripan kode protein yang ada dalam 2019-nCov dengan coronavirus yang bersumber dari ular.
Kecurigaan dari laboraturium diperkuat dengan adanya laporan di lapangan, bahwa Wuhan memiliki pasar makanan laut yang menyajikan ular, bebek, babi, unta, keledai, musang, rubah dan tikus bambu, baik yang sudah dimasak maupun masih hidup. Dengan tidak adanya laporan terduga terinfeksi coronavirus dari konsumen ikan laut, penelitian diperkecil ke konsumen hewan-hewan darat yang diperjualbelikan di pasar tersebut.
Saat wabah kasus coronavirus 2019 ini merebak, laporan menunjukkan bahwa kelompok pasien awal berasal dari pekerja atau pelanggan pasar ikan setempat.
ADVERTISEMENT
Seperti yang lazim diketahui, ular juga berburu kelelawar, yang menjadi pintu masuk virus, berpindah dari satu inang ke inang lainnya. Namun belum diketahui bagaimana virus ini bertahan dari dua tipe hewan yang berbeda, dari yang berdarah dingin ke berdarah panas.
Mutasi Virus Kelelawar
Hipotesis bahwa 2019-nCoV berasal dari binatang di pasar sangat didukung oleh publikasi baru dalam Journal of Medical Virology. Para ilmuwan melakukan analisis dan membandingkan urutan genetik 2019-nCoV dan semua jenis coronavirus lainnya yang telah dikenali.
Studi tentang kode genetik 2019-nCoV mengungkapkan bahwa virus baru ini erat kaitannya dengan dua sampel kelelawar yang awalnya menunjukkan bahwa, seperti SARS dan MERS, kelelawar mungkin juga merupakan asal dari 2019-nCoV. Para penulis jurnal tersebut lebih lanjut menemukan bahwa urutan pengkodean RNA virus dari protein spike 2019-nCoV, yang membentuk "mahkota" partikel virus yang mengenali reseptor pada sel inang, menunjukkan bahwa virus kelelawar mungkin telah bermutasi sebelum menginfeksi orang.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimanapun, untuk mengkonfirmasi asal virus, pengambilan contoh RNA dari hewan-hewan yang diperjual belikan di pasar tersebut serta dari kelelawar dan ular liar tetap diperlukan.
2019-nCoV baru ini menyebabkan gejala yang mirip dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. Orang yang terinfeksi dengan virus korona ini menderita respons peradangan yang parah, mirip pneumonia. Yang menyebabkan 2019-nCoV juga disebut Pneumonia Wuhan.
Sayangnya, belum ada vaksin atau antivirus yang disetujui tersedia untuk infeksi coronavirus. Pemahaman mendalam terkait siklus hidup 2019-nCoV, termasuk sumber virus, bagaimana penularannya dan bagaimana replikasi diperlukan untuk mencegah dan mengobati penyakit.
2019 nCov adalah pengingat, mengendalikan daftar makanan manusia, agar lebih memilah-milah makanan, baik dari jenis hewan, cara memasak maupun khasiat yang dibutuhkan. China pernah digegerkan oleh SARS pada 2003-2004 yang telah memakan begitu banyak korban. Dan epidemi SARS dikaitkan dengan kebiasaan orang China memakan musang. (Anasiyah Kiblatovski / Yk-1)
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT