Mengenal Javira, Chatbot Layanan Masyarakat Pemda DKI

Konten dari Pengguna
17 Januari 2020 12:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
CEO Botica, Ditto Anindita (tengah) saat menandatangani kerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI, beberapa waktu lalu.  Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
CEO Botica, Ditto Anindita (tengah) saat menandatangani kerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI, beberapa waktu lalu. Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
Kita kerap dibuat kesal karena aspirasi atau aduan terhadap layanan pemerintah tak segera mendapat tanggapan. Botika, sebuah start up yang mengembangkan teknologi kecerasan buatan atau artificial inteligence (AI) berbasis di Jogja, mencoba mengatasi persoalan itu dengan mengembangkan teknologi chatbot.
ADVERTISEMENT
Co-founder sekaligus Chief Business Development Botica, Galuh Koco Sadewo mengatakan pemerintah memerlukan sebuah kanal yang efektif untuk melayani aspirasi dan pengaduan masyarakat. Kanal tersebut menurutnya adalah social media messenger yang lebih dekat dan umum dipakai oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ketimbang harus mengunduh sebuah aplikasi khusus.
“Karena lebih mudah menyimpan nomor whatsapp pemerintah atau like halaman sosial medianya ketimbang harus download apps khusus aduan,” ujar Galuh kepada pandangan jogja @kumparan, Rabu (15/1).
Botica memulai dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui pembuatan program Jakarta Virtual Assistant (Javira). Mereka telah meneken kontrak dengan Pemprov DKI Jakarta dan akan meluncurkan Chatbot Javira dalam waktu dekat. Dan dengan ini, Javira akan menjadi chatbot pertama yang dimiliki oleh pemerintah provinsi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dibantu teknologi kecerdasan buatan, Pemprov DKI Jakarta diharapkan dapat meningkatkan kecepatan respon layanan ketika ada aduan atau pertanyaan terkait instansi mereka. Harapannya, layanan ini dapat menjadi asisten chat pintar yang didukung dengan teknologi kecerdasan buatan untuk memudahkan warga Jakarta berkomunikasi lebih dekat dengan pemerintah.
Teknologi chatbot Javira juga didukung dengan teknologi Machine Learning (ML) dan Natural Language Processing (NLP) Bahasa Indonesia yang memudahkan warga kota mengobrol via chatting dengan bahasa kasual dan tidak kaku.
Bagaimana Menggunakan Javira?
Chief Business Development Botica, Galuh Koco Sadewo. Foto : istimewa
Karena bukan merupakan aplikasi yang perlu diinstal di gawai, Javira dinilai lebih praktis dan mudah digunakan oleh masyarakat. Botica hanya mencoba melengkapi layanan yang sudah ada seperti facebook, whatsApp, dan line.
Setelah resmi diluncurkan, masyarakat cukup menambahkan akun atau nomor whastapp Javira di media sosial atau messengernya masing-masing, setelah itu mereka bisa langsung mengirimkan pesan seperti biasa.
ADVERTISEMENT
“Kalau di WA tinggal save nomor WA-nya saja. Di facebook tinggal chat facebook page-nya saja. Line tinggal add friend saja, kemudian lakukan chat seperti biasa,” ujar Galuh.
Ketika masyarakat mengirimkan pesan melalui Javira, nanti akan ada pesan otomatis yang membalas pesan tersebut. Meski yang membalas aduan atau pertanyaan tersebut adalah mesin, namun Galuh menjamin semua aduan itu akan sampai kepada instansi terkait.
“Layanan ini dipantau dan langsung terkoneksi dengan CRM dinas kominfo terkait dan selalu dipantau, jadi layanan yang masuk dipastikan akan ditanggapi. Ketika ada pelaporan akan disampaikan ke dinas terkait secara otomatis,” jelasnya.
Saat ini, baik Javira maupun Savira, dua-duanya sudah siap diluncurkan, tingga menunggu jadwal rilis resmi dari pemerintah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pertama di Indonesia
Galuh mengatakan, teknologi chatbot untuk membantu layanan smart city instansi pemerintah baru dikembangkan oleh Botica. Beberapa perusahaan memang sudah ada yang mengembangkan teknologi serupa, namun pengaplikasiannya bukan untuk instansi pemerintah, melainkan swasta.
“Ada EVA , Ai Chat setahu saya, cuman mereka bukan di pemerintah namun di layanan swasta,” jelas Galuh.
Masyarakat juga tidak dibebani biaya penggunaan layanan itu, semua biaya kata Galuh ditanggung oleh pemerintah setempat. Biaya yang dibutuhkan untuk membangun layanan chatbot bermacam, tergantung populasi penduduk dan seberapa kompleks layanan yang dibuat.
“Paketnya mulai 500 juta per tahun,” lanjutnya.
Selain untuk Pemprov DKI Jakarta, Botica juga tengah mengembangkan teknologi serupa yang dalam waktu dekat akan segera diterapkan di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan nama Semarang Virtual Assistant (Savira).
ADVERTISEMENT
Saat ini Botika juga sudah bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta seperti Bank Bukopin, Astra Honda , Danone , Sealand Asia , Mega Finance, Combiphar, UNAIDS dan lainnya untuk membantu dalam melayani pelanggan mereka di media sosial.
Selain mempermudah komunikasi dengan warga, teknologi chatbot dari Botika juga mampu menciptakan sistem monitoring untuk gubernur yang lebih real time dan kesigapan bawahannya dalam menindaklanjuti aduan-aduan warga. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk pemerintah sulit dihubungi. Di era yang serba cepat, Javira diharapkan menjadi solusi utama sebagai penghubung antara warga kota dengan pemerintah.
“Untuk pengembangan, secara user tantanganya adalah edukasi ke warga supaya bisa memanfaatkan layanan Javira dengan bijak sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh semua pihak,” kata Galuh. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT