Mengenal Jenis-jenis Cangkul, Anak Kota Cukup Cangkul Rp 25 Ribu

Konten dari Pengguna
12 Agustus 2020 18:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kesibukan pandai besi di Padukuhan Klopo X, Kulon Progo. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Kesibukan pandai besi di Padukuhan Klopo X, Kulon Progo. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Sekilas aneka cangkul tampak sama semua. Padahal, cangkul memiliki banyak jenis tergantung fungsinya. Fungsi menentukan bahan apa yang seharusnya dipakai untuk membuat cangkul.
ADVERTISEMENT
“Kalau untuk anak kota yang cuma untuk menyiangi rumput, meratakan tanah di pekarangan kecil ya bisa pakai cangkul murahan saja, Rp. 25-50 ribu dapat. Tapi kalau untuk petani, cangkul harus yang kuat dan bagus,” kata Singgih Nurrahmat, pandai besi sekaligus sekretaris di Bina Karya di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Bina Karya adalah paguyuban pandai besi yang berada di Padukuhan Klopo X, Desa Bendungan, Kapanewon Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga Padukuhan Klopo X telah menjadi pandai besi sejak 1800-an atau sudah 200 tahun diturunkan dari generasi ke generasi.
Produk utama yang digarap oleh para pandai besi di Klopo X adalah alat-alat pertanian seperti sabit, parang, bapang, bendo, dan cangkul.
ADVERTISEMENT
Produksi cangkul dari Padukuhan Klopo X ini sangat terkenal di kalangan petani di Kulon Progo dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. Apalagi kalau bukan karena kualitasnya.
Ya, bukan Rp. 25 ribu tapi cangkul dengan harga dari Rp 250 ribu, bahkan ada yang lebih dari Rp 300 ribu lah spesialis bikinan pandai besi Klopo X, Kulon Progo, DIY.
“Mahal karena kualitas bahan besinya dan juga pengerjaannya sehingga kekuatan cangkulnya bisa diandalkan. Pokoknya kalau soal kualitas sudah jaminan,” kata Singgih.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat cangkul di Padukuhan Klopo X, biasanya menggunakan per-per bekas mobil atau plat-plat baja dari rel kereta api. Itupun harus mereka uji lagi dengan cara dipanaskan kemudian disepuh dengan air. Jika ditempa ternyata patah, artinya bahan tersebut tidak bagus.
ADVERTISEMENT
Cangkul Lahan Kering dan Lahan Basah
Bagas Suparman menenteng pacul di sawahnya yang berada di di Teluk Naga, Tangerang. Bagas salah satu petani sukses yang bisa meraup pendapatan belasan juta setiap hari. Foto: Abdul Latif/kumparan
Secara garis besar, cangkul dibedakan menjadi dua jenis, yakni cangkul untuk lahan basah dan lahan kering. Karenanya, setiap daerah, terang Singgih, membutuhkan karakter cangkul yang berbeda-beda tergantung kontur tanahnya.
Cangkul untuk lahan basah dibuat dari bahan plat medium carbon yang kemudian dilapisi dengan logam dari wajan-wajan bekas. Mereka menyebut lapisan ini dengan pupuk, tujuannya supaya tanah basah tidak lengket pada permukaan cangkul.
Cangkul untuk lahan kering dibuat dari bahan yang lebih keras, dengan komposisi baja yang lebih tinggi dari jenis cangkul lahan basah.
“Jadi lebih kuat, kalau kena batu-batu atau padas itu lebih kuat,” ujar Singgih.
Pandai Besi sangat memerlukan pendampingan pemerintah untuk bisa meningkatkan skala produksi sehingga bisa bersaing dengan produk impor.
ADVERTISEMENT
“Kalau bahan baku disuport dan mesin produksi ditingkatkan tentu saja kita bisa bersaing,” kata Singgih.
Semoga Pak Menteri BUMN, Erick Thohir yang sedang konsentrasi memperbaiki Krakatau Steel mendengar keluhan ini sehingga mampu memasok bahan baku besi terbaik ke seluruh pandai besi di Indonesia. (Widi Erha Pradana / ESP / YK-1)