Mengenal Pohon Kimeng, Datang dari China Jadi Favorit Para Pebonsai

Konten Media Partner
16 Maret 2021 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bonsai pohon kimeng senilai Rp 2 miliar yang dipamerkan di Jogja awal Maret 2021. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Bonsai pohon kimeng senilai Rp 2 miliar yang dipamerkan di Jogja awal Maret 2021. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak lama pohon kimeng (Ficus microcarpa) menjadi andalan para pecinta bonsai untuk menghasilkan bonsai-bonsai berkualitas. Di pameran nasional bonsai yang diadakan oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Bantul di Yogyakarta pada 7 sampai 14 Maret 2021, salah satu bonsai termahal yang dipamerkan adalah bonsai dari pohon kimeng dengan harga mencapai Rp 2 miliar.
ADVERTISEMENT
Di luar negeri, pohon kimeng memiliki banyak nama lain seperti chinese banyan, malayan banyan, indian laurel, curtain fig, dan gajamaru. Pohon kimeng pertama kali dideskripsikan pada 1782 oleh Carl Linnaeus the Younger. Pada 1965, EJH Corner memberi nama baru untuk penyebutan pohon hill’s weeping fig, yakni Ficus microcarpa var. hilli sebagai varietas Ficus microcarpa.
Kimeng juga dikenal dengan nama Ficus Tiger Bark atau beringin batang harimau. Penamaan ini mengacu pada corak batang kimeng yang lebh nyata dibandingkan beringin lokal atau Ficus benjamina. Batang pohon kimeng memiliki corak totol-totol putih, corak itulah yang kemudian membuat pohon tersebut dinamai Ficus Tiger Bark.
Spesies kimeng terbesar yang tercatat saat ini berada di Kebun Raya Menehune di Kauai, Hawai dengan nama Auntie Sarah’s Banyan, sesuai dengan nama orang yang merawat pohon tersebut. Mengutip The Garden Island, pohon tersebut ditanam pada 1895 oleh George Norton Wilcox, pendiri Grove Farm Co., salah satu perkebunan terbesar di Kauai.
ADVERTISEMENT
Auntie Sarah’s Bayan memiliki tinggi sekitar 33,53 meter dengan penyebaran dahan dan ranting seluas 76,2 meter serta memiliki lebih dari 1.000 akar penyangga.
Pakar dendrologi dari Fakultas Kehutanan UGM, Dwi Tyaningsih Adriyanti, mengatakan bahwa bahwa pohon kimeng pada dasarnya adalah pohon liar yang tumbuh di kawasan Asia tropis. Secara umum, pohon kimeng dewasa akan tumbuh hingga ketinggian antara 13 sampai 15 meter dengan kayu berwarna abu-abu muda yang halus dan daunnya tertata rapi dengan panjang sekitar 5-6 cm.
Tapi jika lingkungannya mendukung, pohon kimeng dapat tumbuh lebih besar dan tinggi serta menghasilkan akar penyangga dalam jumlah besar.
“Seperti kimeng Auntie Sarah’s Bayan di Hawaii tadi,” ujar Adri, sapaan akrab Dwi Tyaningsih Adriyanti, Senin (15/3).
ADVERTISEMENT
Dari China, Menyebar Luas ke Penjuru Dunia
Auntie Sarah’s Bayan. Foto: hawai-aloha.com
Menurut Adri, pohon kimeng merupakan salah satu keluarga Ficus dan masih menjadi keluarga ara Moraceae. Tanaman ini berasal dari China, sebelum akhirnya menyebar luas ke kawasan Asia tropis hingga Australia.
“Ficus microcarpa ini sering ditanam sebagai pohon perdu di tepi-tepi jalan sebagai pelindung, banyak juga yang memanfaatkannya sebagai tanaman hias dengan cara dibonsai,” ujarnya.
Kini, distribusi pohon kimeng sudah semakin luas. Pohon ini kini sudah tersebar ke berbagai belahan dunia sebagai tanaman hias, mulai dari Afrika Utara, Irak, Pakistan, Florida, Hawaii, Amerika tengah dan Selatan, Jepang, serta sejumlah negara lain terutama daerah-daerah beriklim hangat.
Sebenarnya, pohon kimeng hidup di daerah beriklim tropis yang hangat dengan kondisi tanah lembab. Namun, pohon ini juga bisa bertahan pada suhu ekstrem mendekati 0 derajat Celcius, ketahanan ini yang membuat pohon kimeng bisa bertahan di negara-negara empat musim.
ADVERTISEMENT
Di habitat alaminya, pohon kimeng biasa tumbuh di lokasi yang dekat dengan perairan, sebab pohon ini menyukai tanah yang lembab. Pohon kiengjuga tahan terhadap sinar matahari yang terik maupun tempatyang teduh di bawah naungan pohon-pohon lain yang lebih besar.
“Umumnya, Ficus microcarpa ini tumbuh di kawasan hutan hujan tropis, tepi sungai, pantai, rawa, serta hutan bakau,” ujarnya.
Di banyak tempat, pohon kimeng juga dapat tumbuh di celah-celah dinding bangunan dan elemen batu lainnya. Ini meperlihatkan pohon kimeng menunjukkan toleransi yang baik terhadap kelembaban tanah, timbal kadmium, garam, serta sulfur dioksida.
Hal ini membuat pohon kimeng yang masih muda dianggap sangat agresif, karena mampu tumbuh di manapun dengan tanah yang sangat sedikit bahkan tanpa tanah sedikitpun. Hal ini kerap merugikan karena akarnya yang kuat dapat menghancurkan apapun di sekitarnya seperti beton, bangunan, aspal, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Karena itu di beberapa kota di luar negeri sudah tidak merekomendasikan untuk menanam pohon ini lagi di tepi jalan yang sempit atau di samping bangunan,” kata Adri.
Tanaman Hias sampai Tanaman Obat
Aufuste Francois Marie Glaziou. Foto: Wikipedia.
Pemanfaatan pohon kimeng sudah cukup lama. Yang tercatat dalam dunia modern, pohon kimeng pertama kali dimanfaatkan sejak abad ke-19 di Brazil setelah dikenalkan oleh seorang atsitek bernama Aufuste Francois Marie Glaziou ke sejumlah taman di Rio de Janeiro.
Selain sebagai peneduh yang punya fungsi konservasi, pohon kimeng juga memiliki nilai aestetik sehingga dimanfaatkan juga sebagai tanaman hias. Pohon-pohon yang dibawa oleh Glaziou ke taman-taman tersebut kemudian mulai terlihat membesar sekitar tahun 1970-an.
Selain sebagai tanaman hias, di sejumlah negara pohon kimeng juga dimanfaatkan untuk kepentingan medis. Misalnya di India, Malaysia, China, dan Jepang, yang meanfaatkan pohon kimeng sebagai bahan obat tradisional.
ADVERTISEMENT
Di Jepang, kulit kayu, akar penyangga, serta daun kering pohon kimeng digunakan secara tradisional sebagai obat dema. Sedangkan di China pohon kimeng dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat flu, malaria, bronkitis, hingga rematik.
“Dari sejumlah penelitian pohon kimeng memang memiliki sifat farmakologis berupa antioksidan, antibakteri, antidiabetes, dan antikanker. Tapi ini masih harus diteliti lebih dala untuk memastikan lagi fungsi dan manfaat kesehatannya,” ujar Adri.
Jika ingin dibudidayakan, pohon kimeng menurut Adri juga cukup mudah diperbanyak. Seperti jenis-jenis Ficus lainnya, pohon kimeng juga bisa diperbanyak dengan cara generatif berupa semai biji maupun dengan cara vegetatif dengan cara stek batang, stek pucuk, atau cangkok.
“Kalau yang paling umum dipakai biasanya menggunakan caracangkok atau stek pucuk,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT