Mengerti Situasi Gawat Darurat Corona di Jepang

Konten dari Pengguna
6 April 2020 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, memberi penjelasan melalui televisi Jepang. Foto : Sapto Nugroho.
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, memberi penjelasan melalui televisi Jepang. Foto : Sapto Nugroho.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Barusan ada teman telepon saya menanyakan isi yang disiarkan di TV Jepang dan menanyakan apa yang dimaksud situasi gawat darurat yang mau diberlakukan tanggal 7 April 2020. Saya tulis di bawah ini apa yang saya tangkap dari apa yang disiarkan di semua saluran televisi di Jepang, supaya bisa dibaca banyak orang yang mungkin perlu.
ADVERTISEMENT
Sudah 2 hari berturut-turut, jumlah yang terkena corona di Tokyo meningkat lebih dari 100 orang. Tercatat tanggal 5 April sejumlah 143 orang. Dari 143 orang itu, 92 orang tidak diketahui sumber penyebarannya, jadi memang sudah sangat random dan luas penyebarannya. (sumber data dari siaran TV Jepang)
Kerja Sama dan Tidak Jalan Sendiri-sendiri
Sudah Minggu lalu, 3 April 2020, Gubernur Tokyo, Koike menemui PM Abe untuk membahas situasi akhir tentang corona. Yang terjangkit di Tokyo semakin meningkat, dalam satu hari sudah melampaui 100 orang baru terjangkit.
Gubernur sudah meminta untuk diambil sikap gawat darurat. Namun demikian Gubernur dalam konferensi pers menyatakan bahwa wewenang pengambilan status gawat darurat ada dalam wewenang negara. Dalam hal ini tampak ada kerja sama dan komunikasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Jadi bukan jalan sendiri-sendiri.
ADVERTISEMENT
Gubernur Osaka, Yoshimura, juga hanya bisa mengusulkan dan memberi informasi bahwa sudah saatnya dinyatakan situasi gawat darurat. Semoga di Indonesia juga ada kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah.
Pihak ikatan dokter Jepang dan ikatan perawat rumah sakit juga sudah menyampaikan hal yang sama, yaitu perlu negara untuk turun tangan dalam bentuk penentuan status gawat darurat.
Kondisi tiap daerah berbeda, di Jepang penyebaran tercepat di kota Tokyo dan Osaka. Jadi kalaupun dilakukan situasi gawat darurat mungkin tidak semua provinsi tetapi beberapa daerah saja. Beberapa media TV sudah mulai membahas apa yang berubah kalau dilakukan situasi gawat darurat.
Banyak orang yang tidak tahu, termasuk saya, karena memang belum pernah mengalami. Penjelasan ini sangat perlu agar masyarakat tidak panik dan tidak takut akan apa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal di bawah ini beberapa yang akan terjadi jika dilakukan situasi gawat darurat :
Penjelasan mengenai situasi gawat darurat di televisi Jepang. Foto : Sapto Nugroho.
1) Pengaturan Rumah Sakit dan Obat-obatan
Dalam situasi normal, kebijakan rumah sakit ditentukan oleh "owner" atau pemilik rumah sakit, negara tidak bisa mengatur rumah sakit. Rumah sakit tidak menerima karena pasien sudah tidak mampu, meski masih ada kamar kosong.
Untuk menggunakan fasilitas umum, selasar atau gedung atau hotel yang diubah menjadi tempat perawatan pasien, hanya bisa dilakukan oleh negara dalam keadaan darurat. Rumah sakit tidak bisa menambah tempat pasien dengan semaunya sendiri.
Oleh karena itu bisa dimengerti kalau, para dokter dan perawat kalau mereka sudah mengusulkan untuk dilakukan situasi gawat darurat. Di samping itu produksi obat dan distribusi obat juga bisa dilakukan oleh negara, tidak ditentukan penjual obat dan rumah sakit. Oleh karena itu dalam kondisi gawat darurat maka usaha menjadi tanggung jawab negara dan bukan masing-masing rumah sakit.
ADVERTISEMENT
2) Negara Bisa Secara Langsung Mengatur Event besar dan Pertokoan
Selama ini pertunjukan musik atau pameran atau acara lain belum bisa dilarang, hanya dianjurkan tidak dilakukan. Oleh karena itu beberapa tempat masih menjalankan acaranya. Pernah live di studio musik, sehabis acara itu ada yang dinyatakan kena virus corona.
Dengan kondisi gawat darurat, maka negara / pemerintah tidak hanya menganjurkan tetapi bisa mengatur pihak penyelenggara. Dalam ini termasuk bioskop dan semua pertunjukan serta arena di mana bisa terjadi kerumunan orang.
Pertokoan yang menjual "bukan kebutuhan pokok sehari-hari" bisa diatur untuk tidak berjualan, sebaliknya toko atau supermarket yang menjual makanan dan kebutuhan sehari hari tidak bisa tutup sesuai kemauan "owner" nya, tetapi negara atau pemerintah bisa meminta untuk terus buka. Begitu juga untuk apotek atau toko obat-obatan terus diminta buka melayani masyarakat.
ADVERTISEMENT
3) Sekolah Libur dan Tinggal di Rumah untuk Masyarakat
Awal april, adalah saat tahun ajaran baru di Jepang. Hari ini, 6 April, ada beberapa sekolah yang sudah mulai dengan acara penerimaan murid baru. Dalam situasi gawat darurat, pemerintah bisa mengatur sekolah untuk libur, jadi sifatnya bukan anjuran, tapi perintah untuk libur baik sekolah negeri ataupun swasta. Terhadap masyarakat, anjuran untuk tetap tinggal di rumah tetap berlaku.
Jadi bukan berarti tidak bisa keluar rumah, kehidupan sehari hari masih berjalan biasa. Jadi situasi gawat darurat beda dengan yang disebut "lockdown".
4) Transportasi dan Perkantoran Serta Jasa Lainnya
Sistem transportasi dan perkantoran tetap bisa berjalan seperti biasa. Beberapa jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah sebaiknya dilakukan di rumah. Transportasi kereta tetap berjalan normal. Bank dan jasa pos tetap berjalan seperti biasa. Perusahaan pengiriman barang juga berjalan seperti biasa.
ADVERTISEMENT
5) Situasi Darurat untuk Beberapa Daerah dan Kurun Waktu
Situasi darurat baru akan dilakukan tanggal 7 April, dan berlaku untuk beberapa daerah yang sudah dipandang perlu, menurut media TV NHK, beberapa daerah yang termasuk adalah : Tokyo, Kanagawa (Yokohama), Saitama, Osaka, Hyogo, Fukuoka, dan Chiba. Direncanakan situasi darurat ini berlaku 1 bulan.
Demikian apa yang saya tangkap dari penjelasan media TV dan media lain di Jepang.
(Sapto Nugroho, Koresponden Tokyo, Jepang / YK-1)