Menjajal Restoran Berdiri di Tokyo, Jepang

Konten dari Pengguna
6 Mei 2020 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua orang sedang mengantri restoran berdiri di Fuchu, Tokyo, Jepang. Foto: Maya Puspita
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang sedang mengantri restoran berdiri di Fuchu, Tokyo, Jepang. Foto: Maya Puspita
ADVERTISEMENT
Saat lihat banyak orang berdiri antri, tentu langsung ingin tahu ini antrean apa. Mata langsung menuju awal dari antrian. Kala melihat awal antrian adalah restoran atau tempat makan, pikiran pertama yang muncul adalah "kok mau-maunya ngantre". Tentunya orang yang antri ini "bukan kelaparan" atau paling tidak lapar sekali sehingga masih mau menunggu untuk makan.
ADVERTISEMENT
Sesuatu yang Lain
Pergi jalan-jalan atau ikut tur selain melihat tempat, ada banyak hal lain yang menarik dan di luar dugaan. Salah satu yang menarik adalah jenis tempat makan. Antrian panjang di tempat makan saja cukup menarik. Di Jepang selain terdapat antrian sebelum makan, bisa kita jumpai juga di dalam restoran tidak ada kursi, artinya orang yang makan di restoran itu makan sambil berdiri.
Sebelum masuk restoran kita biasa melihat orang yang sedang makan di dalamnya. Sambil antri bisa melihat suasana dalam restoran. Namun pengalaman kali ini agak berbeda, restoran atau tempat makan ini jelas tidak ada kursi dan meja. Yang aneh lagi, tidak ada pintu masuk. Kalaupun masuk harus menunduk dulu. Bisa melihat orang berdiri, hanya tampak dari belakang, namun kepalanya tidak kelihatan. Kalau hanya cerita tertulis susah dibayangkan, lebih baik lihat foto saja. Kesan pertama mungkin nggak bisa bilang apa-apa, mungkin hanya "geleng-geleng kepala". Anehnya juga ya, itu, kok ada yang masuk untuk makan, mau antri lagi.
ADVERTISEMENT
Makan itu Soal Rasa
Soba di restoran berdiri Always Soba, enak sekali. Foto : Maya Puspita
Rasa penasaran seperti apa dalam restoran ini tidak tertahan, akhirnya pada suatu hari saya dan beberapa teman ikut antri dan masuk. Tampak dari luar bahwa tempatnya nggak luas, hanya mampu memuat 6 orang untuk berdiri. Kebetulan kami bertiga, jadi harus menunggu sebentar karena masih ada 4 orang sedang makan.
Banyak restoran yang punya konsep "menjual suasana", entah dengan membuat tempat yang lebar, ada taman dan kadang ada musik live. Restoran berdiri ini tentu sangat beda konsepnya, jelas-jelas dia hanya menjual "rasa" dari yang dihidangkan. Warung ini menjual "soba", semacam mie rebus kalau di Indonesia. Nama restorannya memakai bahasa Inggris "Always Soba".
Memang Enak
Pengunjung restoran harus menundukkan kepala kalau ingin masuk. Foto: Maya Puspita
Ada beberapa menu yang disajikan, kami memilih menu yang berbeda. Saya memilih soba hangat, karena ada juga jenis mie soba yang dingin. Menu lain yang kami pilih adalah soba dengan daging ayam rasa manis. Kami melihat penjualnya hanya satu orang, selain tempat makan yang terbatas hanya 6 orang, tempat yang jualnya pun juga sempit. Kami menunggu sambil senyum-senyum sendiri, sambil melihat kanan kiri, dan ternyata di belakang kami berdiri ada tempat untuk menaruh barang atau tas kami. Jadi kalau dari luar kami hanya kelihatan kaki sampai pundak kami. Di belakang kepala kami dipakai untuk tempat tas atau barang.
ADVERTISEMENT
Setelah kami makan, memang rasanya enak sekali. Kalau enak begini, memang tidak ada kursi pun orang mau datang makan, harus antri pun tetap ditunggu. Harganya pun murah sekali jika dibandingkan dengan restoran duduk. Dengan sistem makan berdiri ini tentunya kalau sudah makan maka tidak ada lagi "acara ngobrol", karena itu yang antri menunggu biar tidak terlalu lama.
Foto: Maya Puspita
Silahkan dicoba kalau ada kesempatan mampir ke Tokyo, ternyata yang membuat makan enak adalah rasa makanan itu sendiri dan bukan karena kursi atau meja atau musik. Tetapi ada satu hal lagi yang paling penting adalah "rasa hati" kita, kalau kita makan dengan rasa senang makan akan terasa enak. Makanan seenak apa pun kalau "rasa hati" kita nggak enak atau nggak gembira maka semua jadi hambar. Jadi sebelum makan jangan lupa gembira dulu.
ADVERTISEMENT
Selingan cerita dari Tokyo kali ini saya tulis di tengah-tengah banyak berita tentang virus corona dan masih suasana "Ambyar" karena berpulangnya mas Didi Kempot. Saya kira restoran seperti ini belum ada di Indonesia ya. Semoga akan ada yang mencobanya, siapa tahu laris juga seperti di sini.
(Koresponden Tokyo, Hb. Sapto Nugroho)