Modal YouTube, Mantan Office Boy Sukses Jadi Petani Bergaji Puluhan Juta Sebulan

Konten Media Partner
16 Februari 2021 15:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Rizky Maulana (kiri) bersama Stafsus Wapres RI, Guntur Subagja. Foto: koleksi pribadi M Rizky.
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Rizky Maulana (kiri) bersama Stafsus Wapres RI, Guntur Subagja. Foto: koleksi pribadi M Rizky.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berkat bertani, kini pendapatan atau laba bersih Muhammad Rizky Maulana, 20 tahun, mencapai Rp 30 juta sampai Rp 40 juta sebulan. Padahal, sebelumnya gajinya hanya sekitar Rp 2 juta ketika masih menjadi office boy di sebuah pabrik garmen di Cikarang.
ADVERTISEMENT
Kariernya di dunia pertanian bermula ketika dia pulang ke kampungnya di Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Dia melihat banyak lahan-lahan kosong milik warga yang telantar karena tidak diolah.
Akhirnya, Rizky memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan banting setir jadi petani. Dia mulai mengolah lahan seluas 1 hektar milik keluarganya untuk ditanami lengkuas.
“Diolah sendiri, nyangkul sendiri, kalau bibit saya enggak beli, tinggal ambil aja di hutan masih banyak,” kata Rizky dalam seminar daring yang diadakan oleh Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani), Kamis (11/2).
Rizky mempelajari dunia pertanian benar-benar dari awal. Dia bukan seorang sarjana pertanian, bukan juga lulusan SMK Pertanian, bahkan dia tidak lulus SMP. Tapi kegigihan dan keuletannya tak mau tunduk pada status pendidikan formal.
ADVERTISEMENT
Berbekal menonton video di YouTube, Rizky mulai mempelajari bagaimana caranya mengolah tanah, bagaimana memilih bibit, merawat tanaman, memupuk, memanen, hingga belajar teknik pemasaran. Hasilnya, panen lengkuas pertama dia berhasil memanen sekitar 20 ton lengkuas.
“(Laba bersih) Rp 30 juta dapat. Belajar dari YouTube semua, sama tanya-tanya sama petani senior yang ada di kampung, mereka juga mau ngajarin,” ujarnya.
Tanpa disangka, ternyata hasil bertaninya cukup besar. Padahal, Rizky hanya memanfaatkan apa yang tersedia di sekitarnya. Untuk belajar di YouTube, dia menggunakan ponsel keluaran lama yang diberi oleh saudaranya, bibit dia ambil dari hutan, lahan yang dia pakai milik keluarga, sedangkan pupuknya dia ambil dari kotoran hewan di kandang miliknya dan tetangga-tetangganya yang tidak dimanfaatkan.
ADVERTISEMENT
“Jadi gimana caranya modal sekecil mungkin, ya pakai aja apa yang ada,” ujarnya.
Yang jadi kendala utamanya adalah sulitnya sinyal di desanya. Hal itu cukup mengganggu, mengingat dia belajar dan memasarkan lahan sewaan melalui internet semua.
“Harus ke tempat tertentu yang ada sinyalnya,” kat Rizky.
Mengundang Investor
Lahan garapan Rizky. Foto: koleksi Rizky.
Hasil panen pertama membuatnya semakin yakin dengan jalan yang dia pilih, yakni menjadi petani. Sukses dengan lahan milik keluarganya, Rizky mulai berpikir bagaimana caranya lahan-lahan kosong lain yang ada di kampungnya juga bisa dimanfaatkan dan menghasilkan.
Akhirnya, Rizky menggandeng sekitar 20 pemuda desa untuk membentuk komunitas Petani Generasi Muda Bogor Timur. Bersama pemuda lainnya, Rizky mulai merambah untuk mengolah lahan-lahan lain yang telantar. Dia menemui pemilik tanah untuk minta izin, ketika pemilik tanah sudah memberi lampu hijau, maka Rizky dan teman-temannya akan mulai mengolahnya.
ADVERTISEMENT
Tapi pengelolaan lahan itu dilakukan dengan mekanisme sewa. Anak-anak muda itu menawarkan lahan-lahan kosong tersebut melalui media sosial untuk mendapatkan investor. Ternyata respons dari publik cukup besar.
“Sekarang ada sekitar 9 investor yang bermitra sama kami,” kata Muhammad Rizky Maulana.
Luas lahan yang mereka kelola juga semakin besar, saat ini ada sekitar 26 hektar yang mereka kelola menggunakan mekanisme sewa tersebut. Harga sewa satu hektar tanah bervariasi, tergantung pada hasil kesepakatan pemilik tanah dan calon mitra.
Tak ada juga tips khusus yang digunakan oleh Rizky untuk mendatangkan investor atau mitra. Dia tidak memberikan janji-janji besar supaya calon mitranya tergiur dan mau berinvestasi. Dia hanya menceritakan bagaimana dia dan teman-temannya bekerja serta menunjukkan hasil kerja mereka kepada calon mitra.
ADVERTISEMENT
“Kalau saya sih apa adanya aja, mereka mau investasi syukur enggak juga enggak apa-apa. Enggak mau mengada-ada lah,” ujarnya.
Untuk pembagian hasil, mereka juga tidak mematok harga pasti kepada mitra. Upah untuk pekerja tergantung bagaimana kesepakatan di antara keduanya. Yang penting semua biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan dan merawat tanaman dikembalikan.
“Tergantung mitranya nanti mau kasih berapa, jadi kesepakatannya bagaimana,” ujar Muhammad Rizky Maulana.
Membuka Lapangan Kerja
Sejumlah pekerja Rizky. Foto: Koleksi Rizku.
Lahan yang sebelumnya telantar dan tak menghasilkan apapun, berkat kegigihan Rizky dan kawan-kawannya kini mampu mempekerjakan lebih dari 50 petani setempat. Meski profesi petani kerap dipandang sebelah mata, tapi Rizky tak pernah malu maupun gengsi dengan apa yang sedang ditekuninya.
“Kalau saya jadi karyawan kayak dulu, kan enggak mungkin bisa menyediakan lapangan kerja untuk puluhan orang kayak sekarang,” kata Rizky.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya mitra bebas memilih komoditas apa yang ingin dia tanam. Tapi di lahan yang sudah ditanami sekarang, komoditas utamanya di antaranya adalah talas beneng, porang, lengkuas, serta jahe merah.
“Investor kita arahkan, mana komoditas yang bagus. Tapi keputusannya tetap ada di tangan mereka, pengen nanam apa,” ujarnya.
Secara ekonomi, tentu Rizky jauh lebih mapan ketimbang beberapa tahun silam ketika dia masih menjadi office boy. Tapi itu hanya salah satu sumber kebahagiaannya, sumber kebahagiaan yang lebih besar justru terdapat pada tanaman-tanaman yang mereka tanam.
“Sekarang lebih bebas, lebih nyaman. Lihat tanaman mulai tumbuh itu saja sudah bahagia, apalagi pas panen,” ujarnya.
Untuk meningkatkan produktivitas, Rizky berencana untuk membuat mesin rajang dan pengolahan pupuk organik dalam waktu dekat. Selama ini, mereka memang tak pernah menggunakan pupuk-pupuk kimia. Mereka hanya memanfaatkan pupuk organik dari kotoran-kotoran hewan ternak milik masyarakat setempat. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT