Modus Komplotan Penipu Lintas Kampus di DIY: Paksa Korban Ikut Bisnis Cepat Kaya

Konten Media Partner
16 Januari 2024 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bisnis bodong yang menjanjikan korban cepat kaya. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bisnis bodong yang menjanjikan korban cepat kaya. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komplotan penipu dengan modus memaksa korbannya ikut bisnis dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat diduga beroperasi di area Yogya. Para pelaku banyak yang berlatar belakang sebagai mahasiswa di berbagai kampus di Yogya.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang diduga menjadi korban komplotan penipu tersebut adalah Sl, mahasiswa kampus swasta di Yogya yang juga merupakan anak asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta.
Sl dipaksa oleh pelaku untuk menyerahkan sejumlah uang untuk ikut berbisnis dengan mereka. Namun, pelaku tak pernah memberi tahu bisnis apa yang mereka jalankan. Mereka hanya menjanjikan kepada Sl, jika ia ikut bisnis dengan mereka maka dalam waktu sebulan saja ia akan menjadi kaya.
“Enggak nyebut bisnisnya, enggak nyebut apapun, disuruh manut (nurut), HP-nya diminta dan bingung, dijelasin pokoknya diiming-imingi satu bulan kaya, seminggu kebeli mobil,” kata Pengurus Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta, yang juga kakak asuh Sl, Awendsa Urfatunnisa Tasyaul Muizzah, kepada Pandangan Jogja pada Sabtu (13/1) kemarin.
Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta. Foto: Dok. Istimewa
Tasya, sapaan akrabnya, menceritakan jika Sl dipaksa oleh pelaku untuk mentransfer semua uang di rekeningnya sejumlah Rp 2 juta kepada komplotan pelaku. Identitasnya juga dipakai untuk meminjam uang di empat aplikasi pinjaman online (pinjol) oleh pelaku.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pelaku sempat memaksa korban untuk menyerahkan uang senilai Rp 16 juta, hingga harus dijualkan tanah oleh orang tuanya. Beruntung uang tersebut gagal dibawa pelaku karena akal bulusnya keburu ketahuan oleh pengurus panti.
Tasya menjelaskan pelaku mendesak dan memanipulasi Sl bersama-sama, sehingga Sl yang memiliki karakter pendiam menjadi sangat takut dan tertekan. Karena itu, Sl terpaksa mengikuti semua permintaan para pelaku.
Saat kejadian, ada enam pelaku yang terus-terusan mendesak Sl untuk ikut bisnis yang tak jelas itu. Keenam pelaku tersebut merupakan mahasiswa dari kampus-kampus berbeda yang ada di Yogya, dan keenamnya memiliki tugas yang berbeda-beda.
Ilustrasi penipuan. Foto: Shutterstock
Ada yang bertugas mengajak korban ke sebuah tempat untuk bertemu para pelaku, ada yang memamerkan kekayaan dari hasil bisnis supaya korban tergiur, ada yang terus-terusan mendesak korban supaya dia tertekan dan tak memiliki waktu untuk berpikir, ada yang bertugas membuka HP korban untuk mentransfer semua uang di rekening korban, ada juga yang mendaftarkan identitas korban untuk meminjam uang di aplikasi pinjol secara paksa.
ADVERTISEMENT
Enam pelaku yang tersebut di antaranya adalah Sn, Hst, NY, Ek, Jn, dan Bgs.
“Jadi komplotan itu ada 6 orang, itu bagi tugas semua. Kampus mereka juga beda-beda,” ujarnya.
Tasya telah mengunggah kasus ini di media sosial Instagram miliknya, @fasyafasyung beberapa waktu lalu. Setelah mengunggah kasus tersebut, dia mengaku mendapat pesan DM dari sejumlah orang yang juga mengaku menjadi korban komplotan tersebut dengan modus yang sama.
“Banyak yang DM saya, bilang ‘aku juga korban’. Sampai sekarang pelaku itu masih terus mencoba mencari orang untuk diincar, masih aktif, mereka mengincar orang yang kelihatannya pendiam dan mudah dipengaruhi,” kata Tasya.