Mungkinkah Geogebra Perbaiki Kualitas Matematika Siswa Kita?

Konten dari Pengguna
14 November 2019 8:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay
ADVERTISEMENT
Memikirkan matematika itu bikin pusing. Salah satu aktivis Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika, Fasli Djalal, kepada media persis setahun lalu, mengaku pusing sampai marah, sedih, dan malu. Pasalnya, Indonesia butuh 317 tahun untuk mengejar tingkat berpikir matematika rata-rata anak negara maju. Kala itu, Fasli mengutip hasil penelitian Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika, Lant Pritchett. Tiga abad lebih, gaes, edan!
ADVERTISEMENT
Awal pekan ini saya menemui dosen matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNY, Atmini Dhoruri, untuk curhat tentang itu.
Senin (11/11) sore itu, Atmini baru saja usai mengajar kalkulus, mata kuliah yang kerap menjadi momok mahasiswa sains dan teknik. Mendengar kata kalkulus, saya langsung terbayang rumus-rumus limit dan integral yang bila tak cepat-cepat dihilangkan sangat mungkin membuat kepala saya migrain.
Saya menemui Atmini sebab sejak Mei sampai Oktober 2019, Atmini bersama dua rekannya, Dwi Lestari dan Eminugroho Ratnasari yang tergabung dalam tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) UNY menggembleng guru-guru Matematika SMP di wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul. Ada 30 guru dari tiap kabupaten yang ikut pelatihan tersebut. Lebih jelasnya, Atmini dan tim, memberi pelatihan bagaimana menggunakan sebuah software yang memudahkan pembelajaran matematika di kelas. Software itu bernama Geogebra.
ADVERTISEMENT
Apakah Geogebra bisa menolong 300 tahun ketertinggalan kita ? Atmini langsung mengeluarkan laptop dari tasnya.
Tentang Geogebra
Atmini Dhurori menunjukkan aplikasi Geogebra. Foto oleh : Widi Erha
Atmini mengeluarkan laptop dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja, dan menyalakannya. Menunggu beberapa menit, desktop laptopnya sudah menampilkan logo jendela yang khas. Dia gerakkan kursor ke tombol Start di layar laptopnya, dia pilih Program, lalu memilih sebuah program dengan nama Geogebra.
“Bisa juga langsung klik dua kali pada ikon Geogebra yang ada di desktop mas,” kata Atmini tak mau basa-basi menanggapi curhat kepusingan saya soal 300 tahun ketertinggalan kita di bidang matematika.
Ikon Geogebra yang dimaksud adalah sebuah logo berupa lima lingkaran kecil berwana ungu yang saling terhubung membentuk lingkaran besar karena sebuah garis berwara abu-abu.
ADVERTISEMENT
“Geogebra itu software atau aplikasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan dalam matematika,” lanjut Atmini sembari masih menatap layar laptopnya.
Ya, Geogebra adalah sebuah aplikasi yang biasa digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah geometri, aljabar, dan kalkulus di dalam matematika. Geogebra juga bisa disebut sebagai sistem geometri dinamik, dimana kita dapat melakukan konstruksi menggunakan titik, ruas garis, garis, vektor, irisan kerucut, serta fungsi dan mengubah hasil konstruksi selanjutnya
Sudah beberapa tahun terakhir Atmini memakai Geogebra sebagai senjata pamungkas ketika dia mengajar kalkulus maupun mata kuliah matematika lain kepada para mahasiswanya.
“Guru bisa menggunakan Geogebra agar ngajarnya lebih gampang. Bahkan untuk sekolah dasar juga bisa,” kata dia.
Atmini mulai mengenalkan semua tool atau fitur yang disediakan oleh aplikasi tersebut. Ada fungsi yang digunakan untuk membuat titik, membuat ruas garis, garis, lingkaran, segi banyak atau poligon, dan masih banyak fitur lainnya.
ADVERTISEMENT
Dia memberikan contoh bagaimana membuat fungsi kuadrat menggunakan Geogebra. Kurang dari satu menit, sebuah grafik berbentuk mirip palung sudah tergambar di layar laptopnya disertai dengan berbagai keterangan.
“Kalau kita ngajar itu (secara konvensional), kalau mau menggambar fungsi kuadrat kan kita harus bikin tabelnya dulu, X nya berapa, Y nya berapa, baru kita hubungkan titik-titiknya,” jelasnya.
Tidak hanya materi-materi rumit, materi matematika dasar seperti bangun datar dan ruang juga bisa diselesaikan menggunakan Geogebra. Atmini mencontohkan bagaimana dia menghubungkan titik demi titik hingga membentuk segi tiga. Di sana sudah dapat diketahui berapa keliling dan luas segi tiga tersebut serta beberapa informasi lainnya. Karena itu, Geogebra juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran matematika di tingkat pendidikan dasar.
ADVERTISEMENT
Tak Perlu Otak Jenius untuk Belajar Geogebra
Logo aplikasi geogebra
Tak seperti software atau aplikasi hitung-hitungan lain yang cara kerjanya butuh spesifikasi laptop dan otak di atas rata-rata, sebut saja salah satunya Matlab; Geogebra tak perlu spesfikasi laptop yang tinggi.
“Dan untuk mempelajarinya juga tak terlalu sulit, hanya butuh ketekunan dan kemauan,” kata Atmini.
Atmini mengatakan, hanya perlu waktu tiga kali pertemuan untuk mengajarkan Geogebra kepada para guru SMP. Tiap pertemuan juga tak lama, hanya sekitar lima jam. Itu artinya, hanya perlu 15 jam sampai guru-guru itu cukup mumpuni menggunakan Geogebra. Padahal, hampir semua peserta baru pertamakalinya mengenal aplikasi Geogebra.
“Pesertanya nggak hanya yang muda-muda, banyak juga yang sudah senior dan mereka tetap bisa mengikuti pelatihan dengan baik,” kata Atmini.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa menggunakan aplikasi ini, sangat mudah, cukup mengunduh di laman resmi Geogebra. Jika enggan mengunduh, tersedia juga Geogebra Online, syaratnya harus tersambung dengan koneksi internet. Kalau tidak punya laptop, Geogebra juga dapat digunakan di ponsel pintar dan dapat diunduh di Googel Play Store atau App Store. Jadi, kata Atmini, tak ada alasan lagi untuk kesulitan memakai Geogebra.
“Mahasiswa saya juga biasanya pakai handphone,” tambah Atmini.
Zsazsa Nabila Salsabila, 21 tahun, mahasiswi Pendidikan Matematika UNY angkatan 2016 mengatakan Geogebra sangat memudahkan dia dalam menyelesaikan kasus-kasus dalam matematika. Selain mudah dipelajari, Geogebra juga dinilai lebih efisien daripada harus menulis di buku tulis. Sebab, setiap proyek yang dibuat di Geogebra dapat disimpan dalam perangkatnya.
ADVERTISEMENT
“(Saya menggunakan Geogebra) untuk trigonometri dan kalkulus biasanya. Memudahkan sekali untuk kuliah, sangat efisien karena tidak perlu repot-repot menulis di buku lagi,” katanya.
Sebagai seorang calon guru yang sudah melakukan praktik mengajar di sekolah, Zsazsa menilai Geogebra sangat membantunya ketika mengajar. Terutama, seperti kata Atmini, dia tak perlu menggambar dan menulis materi di papan tulis lagi.
“Memudahkan sekali, ndak perlu nggambar-nggambar lagi, kan itu makan waktu juga,” ujarnya.
Menambah Motivasi Belajar Siswa
Foto Pixabay
Hari Tenang, seorang guru matematika kelas IX SMP Negeri 4 Pandak, Bantul, salah seorang peserta pelatihan Geogebra mengatakan aplikasi ini sangat membantunya dalam mengajar. Menurutnya, Geogebra sangat memotivasi siswa karena pembelajarannya divisualisasikan dengan baik.
“Apalagi dengan fitur animasi yang ada semakin menambah pembelajaran jadi lebih hidup,” ujar Hari.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya Geogebra, Hari mengatakan, guru semakin leluasa untuk mendesain pembelajaran yang lebih menarik. Banyak sekali materi yang bisa dia ajarkan menggunakan Geogebra, mulai dari fungsi kuadrat sampai materi Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL).
“Hampir semua materi kelas IX bisa diajarkan menggunakan Geogebra mas,” ujarnya.
Meski usianya sudah menginjak 57 tahun, Hari mengaku sama sekali tak kesulitan memakai aplikasi ini. Tak butuh waktu lama untuk dia menguasai berbagai fitur yang tersedia di Geogebra.
“Mengajar terasa masih muda walau usia sudah tua mas,” ujarnya.
Geogebra, Mungkinkah Jadi Solusi?
Pixabay
Pertanyaan berikutnya adalah, mungkinkah Geogebra menjadi solusi untuk memperbaiki kemampuan anak-anak Indonesia di bidang matematika?
Atmini menjelaskan, bagaimanapun Geogebra tak bisa memberikan dampak langsung dalam memperbaiki wajah dunia matematika kita. Sebab, banyak faktor lain yang juga mempengaruhi hal tersebut.
ADVERTISEMENT
“Tapi Geogebra sangat layak untuk dijadikan salah satu pilihan, meski dia (Geogebra) hanya sebatas alat,” ujarnya.
Atmini melihat Geogebra memiliki potensi besar untuk mengembangkan dunia matematika di Indonesia. Setiap sekolah saat ini juga sudah memiliki teknologi yang memadai seperti komputer dan jaringan internet. Apalagi, Mendikbud yang menjabat sekarang ini, Nadiem Makarim adalah orang yang “teknologi banget”, seharusnya menerapkan Geogebra untuk pembelajaran matematika di semua sekolah.
“Yang penting perbanyak pelatihan kepada guru dan pemerintah sama lembaga pendidikan lebih sinergi. Apalagi pembajaran matematika menggunakan Geogebra juga sudah dicantumkan di semua kurikulum kita, mulai dari SD sampai SMA,” ujar Atmini. (Widi Erha Pradana / YK-1)