Nadiem: 22,4 Persen Pelajar Indonesia Pernah Alami Kekerasan Seksual di Sekolah

Konten Media Partner
2 April 2022 17:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nadiem Makarim dalam acara Peluncuran Rapor Pendidikan Indonesia yang diadakan secara daring, Jumat (1/4). Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Nadiem Makarim dalam acara Peluncuran Rapor Pendidikan Indonesia yang diadakan secara daring, Jumat (1/4). Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa hampir seperempat pelajar Indonesia pernah mengalami kekerasan seksual di sekolah. Tepatnya, berdasarkan hasil Asesmen Pendidikan Nasional 2021, sebanyak 22,4 persen pelajar Indonesia mengaku pernah mengalami kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Beberapa pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik misalnya, apakah siswa lain, pendidik, atau orang dewasa lain di sekolah pernah menunjukkan bagian tubuh tertentu atau atau hal-hal seksual lain secara langsung? Ada juga pertanyaan seperti, apakah siswa lain, pendidik, atau orang dewasa lain di sekolah pernah menunjukkan bagian tubuh tertentu atau hal-hal seksual secara tidak langsung, misalnya melalui gambar atau video di HP atau media sosial?
“22,4 persen peserta didik kita menjawab ‘pernah’,” kata Nadiem Makarim dalam acara Peluncuran Rapor Pendidikan Nasional secara daring, Jumat (1/4).
Meski riset ini masih harus terus didalami, namun hasil asesmen tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan berbagai macam organisasi atau LSM yang mengawal isu terkait kekerasan seksual di lembaga pendidikan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Nadiem mengatakan bahwa sekolah-sekolah di Indonesia mesti menjadikan isu terkait kekerasan seksual di lingkungan kampus sebagai salah satu yang paling diperhatikan dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang aman dan ramah terutama bagi peserta didik.
“Potensi kekerasan seksual yang terjadi di sekolah-sekolah kita harus menjadi suatu topik yang penting bagi setiap kepala sekolah, yang penting bagi setiap guru di sekolah-sekolah kita,” lanjutnya.
Mendikbud menurut Nadiem juga telah melakukan analisis terhadap sekolah-sekolah yang memiliki program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Hasil asesmen menunjukkan bahwa semakin sekolah mengimplementasikan program-program pencegahan kekerasan seksual, insiden kekerasan seksual di sekolah tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis.
Sebaliknya, sekolah yang tidak memiliki program penanganan dan pencegahan kekerasan seksual, membuat peserta didik memiliki kekerasan seksual dengan tingkat yang jauh lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Survei tersebut mencatat, sekolah yang tidak memiliki program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual atau yang implementasinya rendah, terjadi kekerasan seksual sebesar 25 persen.
Sekolah yang implementasi program pencegahan dan penanganan kekerasan seksualnya sedang, terjadi insiden kekerasan seksual sebesar hampir 23 persen, sedangkan sekolah yang sudah memiliki program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dan tingkat implementasinya sudah tinggi, terjadi kekerasan seksual yang lebih rendah sebesar 20 persen.
“Kesadaran dan proaktif mengambil tindakan dan program-program untuk menangani kekerasan tersebut, itu berdampak sangat besar terhadap tingkat insidensi,” ujarnya.
Adapun program-program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang dimakud oleh Nadiem misalnya adalah seminar atau pelatihan untuk pendidik dan peserta didik, kampanye dan sosialisasi rutin mengenai pencegahan kekerasan seksual, serta membuat pedoman pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di dalam sekolah.
ADVERTISEMENT