Nasib Satwa di Gembira Loka Yogya di Tengah Pandemi Corona

Konten dari Pengguna
29 April 2020 19:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu koleksi burung di kebun binatang Gembira Loka. Foto : Dokumentasi Gembira Loka
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu koleksi burung di kebun binatang Gembira Loka. Foto : Dokumentasi Gembira Loka
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona baru atau SARS-CoV-2 tak hanya mengancam keberlangsungan hidup manusia. Satwa-satwa di kebun binatang yang selama ini mendapatkan makanannya dari penjualan tiket masuk juga terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
Dari 60 kebun binatang yang disurvei oleh Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), 92,11 persen hanya mampu memberi makan sampai satu bulan ke depan karena kesulitan finansial.
Bahkan ada beberapa kebun binatang yang telah menyiapkan skenario terburuk jika pandemi terus berlangsung berkepanjangan, yakni menjadikan hewan herbivora seperti rusa sebagai santapan hewan karnivora seperti harimau atau buaya.
Beruntung, Kebun Binatang (bunbin) Gembira Loka Yogyakarta sebagai salah satu kebun binatang yang ikut survey PKBSI namun tak menghadapi masalah seperti mayoritas bunbin lainnya. Mayoritas bunbin yang bermasalah yang masuk dalam survey PKBSI adalah bunbin swasta, sementara bunbin milik pemerintah masih bisa bertahan. Gembira Loka adalah bunbin swasta namun menjadi salah satu bunbin yang bisa bertahan dengan baik di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
“Kita masih ada anggaran pakan, jadi tak terlalu terimbas meski tidak ada tiket masuk yang terjual. Bunbin swasta yang memang berat ya kalau tidak ada tiket masuk, tapi kita masih ada alokasi,” kata Manajer Konservasi Kebun Binatang Gembira Loka, Josephine Vanda Tirtayani, saat dihubungi kemarin.
Namun, Vanda mengatakan Gembira Loka tetap melakukan strategi penghematan untuk menghadapi skenario terburuk pandemi berlangsung dalam jangka lebih panjang lagi.
Misalnya untuk pakan, satwa yang biasanya diberi pakan pisang kepok diganti dengan pisang raja bandung, yang semula apel fuji diganti dengan apel malang, atau yang semula diberi pakan melon diganti dengan semangka yang dari segi harga lebih terjangkau. Jika pada situasi normal anggaran untuk pakan satwa mencapai Rp 70 sampai 80 juta per pekan, di situasi pandemi jatah para satwa itu menjadi Rp 60 sampai 70 juta. Dengan adanya penggantian pakan, maka berkurangnya anggaran untuk pakan menjadi tidak terlalu bermasalah.
ADVERTISEMENT
“Tapi dalam kita mengganti pakan ini kita pastikan bahwa nutrisi dan gizinya tetap sama, karena itu kan kebutuhan pokok satwa ya,” kata Josephine Vanda.
Dengan adanya penggantian jenis pakan, maka biaya yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit, sehingga ketahanan pakan bisa lebih panjang. Sementara untuk pengurangan pakan, sampai sekarang belum terlalu signifikan, sebab pengurangan atau penambahan pakan sebenarnya merupakan bentuk evaluasi yang dilakukan secara rutin bahkan dalam situasi normal. “Jadi kita lihat, satwa ini bentuk tubuhnya normal, obesitas, atau kurusan. Kalau kurusan kan harus ditambah, kalau obesitas harus kita kurangi,” lanjutnya.
Selain pakan, satwa juga perlu tambahan vitamin dan obat ketika dia sakit. Vitamin ini terutama dibutuhkan ketika musim penghujan yang akan membuat satwa jadi gampang sakit. Misalnya untuk jenis koleksi burung, mereka akan sangat rentan dengan kondisi yang lembap, sehingga perlu perawatan prima.
ADVERTISEMENT
“Kebetulan untuk cuaca seperti sekarang itu sangat kondusif dimana kita sebenarnya tidak perlu banyak support vitamin. Jadi kita cuman fokus pada pakan, kalau pakannya bagus sebenarnya vitamin-vitamin itu tidak terlalu dibutuhkan,” ujarnya.
Satwa Jadi Pakan Satwa Lainnya Biasa Dilakukan
Kendati situasi finansial kian sulit karena telah ditutup untuk pengunjung sejak 22 Maret silam sehingga tidak ada pemasukan, namun Gembira Loka dengan berbagai strategi yang sudah dilakukan sejauh ini masih dalam kondisi aman. Ketika beberapa kebun binatang telah menyiapkan skenario untuk menjadikan satwa herbivora seperti rusa sebagai pakan harimau, Vanda mengatakan Gembira Loka belum memiliki skenario itu. Meskipun, pemusnahan satwa seperti itu sebenarnya wajar dilakukan, terutama di kebun binatang di luar negeri. Kebijakan ini juga bukan kebijakan yang baru, dan bukan hanya karena dampak COVID-19 saja.
ADVERTISEMENT
“Jadi misalnya memang ada rusa yang sudah kurus, beberapa hari enggak mau makan, atau patah tulang tidak bisa disembuhkan, memang kemudian kebijakan manajemen ada yang memutuskan untuk dijadikan pakan satwa,”kata Josephine Vanda.
Kendati demikian, tak sembarang satwa bisa dijadikan pakan untuk satwa lainnya. Biasanya, satwa yang dijadikan pakan untuk satwa lain adalah rusa tutul, sebab dia bukan satwa yang dilindungi dan populasinya masih banyak. Dengan pertimbangan seperti itu, maka tidak jadi persoalan jika rusa tutul akan dikorbankan untuk satwa lainnya. Lain halnya dengan rusa bawean yang merupakan satwa endemik Indonesia dan sangat dilindungi, maka tidak semudah itu menjadikannya santapan untuk satwa lain.
“Tapi mohon jangan diartikan kalau tidak punya uang terus binatangnya ada yang dikorbankan, saya rasa konteksnya tidak semudah itu,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Menjaga Satwa dari Corona
Beberapa ekor singa dan harimau di kebun binatang AS dinyatakan positif terinfeksi SARS-CoV-2, ini tentu alarm peringatan bahaya bagi seluruh kebun binatang di seluruh dunia. Hal masih terus diteliti, apakah virus corona dari manusia memang bisa menular ke hewan.
Menurut Josephine Vanda, untuk mencegah satwa di dalam kebun binatang tidak terinfeksi corona, kunci utamanya adalah memastikan orang-orang yang masuk kebun binatang sehat. Sejak tutup, protokol bekerja di kebun binatang juga sudah diterapkan. Mulai dari penggunaan masker, menerapkan physical distancing, serta mencuci tangan.
“Jadi tugas saya sebagai manajer adalah memastikan bahwa orang yang masuk itu sehat sehingga tidak menularkan virus ke satwa,” jelas Vanda.
Kepekaan yang Berbeda-beda
ADVERTISEMENT
Profesor Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Michael Haryadi Wibowo mengatakan setiap satwa memiliki kepekaan terhadap SARS-CoV-2 yang berbeda-beda. Adapun jenis hewan yang memiliki kepekaan terhadap virus tersebut di antaranya kucing, ferret, serta Syrian hamster. Sementara itu, kera dapat diinfeksi namun tanpa gejala klinis, anjing memiliki kepekaan yang sangat rendah, sementara untuk jenis unggas dan babi dilaporkan tidak peka terhadap SARS-CoV-2. “Untuk hewan ternak sejauh ini tidak ada data dapat terinfeksi COVID-19,” kata Michael Haryadi Wibowo ketika dihubungi, Selasa (28/4).
Proses infeksi virus SARS-CoV-2 pada binatang menurut Haryadi Wibowo pada prinsipnya sama dengan yang terjadi pada manusia. Virus infektif menyebar melalui droplet atau partikel air yang dapat dikeluarkan dari proses bersin atau karena hewan tersebut melakukan kontak langsung dengan orang yang positif menderita COVID-19. “Misal karena sarana pemeliharaan yang ditangani oleh orang yang terinfeksi, dan selanjutnya virus terhirup masuk ke pernapasan untuk mencapai sel target infeksi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, sampai saat ini tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan, hewan ternak, maupun satwa liar bisa menyebarkan virus SARS-CoV-2 kepada manusia, kecuali kelalawar keluarga Rhinolopus-horseshoe bats sebagai sumber virus serta trenggiling yang dianggap sebagai inang perantara.
Untuk mencegah terinfeksinya satwa oleh SARS-CoV-2, prinsipnya adalah meningkatkan biosecurity dengan menghindarkan mereka dari peluang kontak dengan bibit penyakit baik secara langsung maupun tidak, misalnya pakan, baik yang diperoleh oleh hewan itu sendiri, keeper, owner, maupun dari pengunjung. Selain itu, kebersihan secara umum juga harus dijaga, serta menerapkan desinfeksi secara terprogram.
Keeper atau owner menggunakan pelindung masker, glove ketika menangani hewan kesayangan atau hewan konservasi di kebun binatang. Menjaga kesehatan hewan dan pet animal secara umum, untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit infeksi,” jelas Haryadi Wibowo. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT