Nilai Ekonomi Penyerbukan oleh Serangga Setara Rp 2.720 Triliun

Konten dari Pengguna
12 September 2020 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi serangga. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangga. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Keberadaannya kerap diabaikan, bahkan tidak jarang dianggap sebagai pengganggu. Tapi, serangga ternyata punya sumbangsih besar terhadap tercukupinya sumber pangan manusia. Diperkirakan, nilai ekonomi dari penyerbukan oleh serangga di seluruh dunia mencapai 153 miliar euro atau sekitar Rp 2.720 triliun.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari jumlah takson dan jumlah individu, lebih dari setengah organisme yang ada di muka bumi adalah serangga. Meski ukurannya yang cenderung lebih kecil ketimbang hewan-hewan lain, namun serangga memiliki proporsi sebesar 57 persen dari seluruh spesies tumbuhan dan hewan yang ada di dunia, di luar cendawan, alga, dan mikroba.
“Besarnya proporsi serangga ini membuat keberadaannya menjadi sangat penting di dunia,” ujar peneliti dari Departemen Biologi FMIPA IPB, Tri Atmowidi, dalam seminar daring yang diadakan oleh FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Kamis (3/9).
Di ekosistem, peran serangga sangat vital bagi berlangsungnya seluruh kehidupan. Serangga-serangga herbivora misalnya seperti lebah, kupu-kupu, dan sebagainya, merupakan polinator atau agen penyerbuk alami bagi tanaman-tanaman pangan manusia. Sementara serangga-serangga predator dan parasitoids, memegang peran penting untuk mengendalikan populasi hewan lain.
ADVERTISEMENT
“Sehingga sering digunakan sebagai pengendali hayati atau program-program pengendalian hayati,” lanjutnya.
Sejumlah spesies serangga juga menjadi bioindikator lingkungan atau indikator alami kondisi kualitas lingkungan.
Misalnya sebagai indikator kualitas air, udara, dan tanah, bisa dilihat dari keberadaan serangga tersebut. Beberapa spesies serangga juga ada yang menjadi inang bagi organisme-organisme lain.
Serangga sebagai Penyerbuk Alami
Ilustrasi serangga membantu proses penyerbukan. Foto: Pixabay.
Penyerbukan atau polinasi merupakan transfer pollen dari bunga jantan ke putik bunga betina yang memungkinkan terjadinya pembuahan. Proses pembuahan ini merupakan kunci untuk terbentuknya biji yang kemudian akan berkembang menjadi buah yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Sejumlah spesies serangga menjadi kunci berhasil atau tidaknya proses penyerbukan pada tanaman. Adapun karakteristik serangga yang berfungsi sebagai penyerbuk alami di antaranya adalah dia aktif mengunjungi bunga atau foraging.
ADVERTISEMENT
“Dan foragingnya tentu sinergi atau sesuai dengan waktu mekarnya bunga sehingga penyerbukan bisa terjadi,” ujar Tri Atmowidi.
Selain waktu yang sesuai, ukuran tubuh serangga dengan ukuran dan tipe bunga yang sesuai juga menjadi faktor yang penting. Sebab, jika ukuran tubuh serangga terlalu kecil dibandingkan dengan ukuran bunga, maka penyerbukan menjadi tidak efektif. Sebaliknya, jika ukuran tubuh serangga terlalu besar justru bisa merusak bagian-bagian bunga.
“Dan juga pada beberapa spesies serangga itu dilengkapi dengan rambut-rambut dan bagian tubuh yang digunakan sebagai tempat menempelnya pollen,” lanjutnya.
Di dunia, serangga-serangga penyerbuk didominasi oleh ordo Hymenoptera terutama jenis lebah yakni sebesar 47 persen. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh ordo Diptera sebesar 26 persen, kumbang 15 persen Lepidoptera sebesar 10 persen, serta serangga lain sebesar 2 persen.
ADVERTISEMENT
Para Agen Penyerbuk
Ilustrasi kumbang. Foto: Pixabay
Kelompok kumbang adalah salah satu serangga yang paling setia mengunjungi bunga. Meski untuk beberapa spesies tanaman peran kumbang sebagai penyerbuk tidak terlalu efektif, namun perannya untuk membantu penyerbukan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Misalnya jenis kumbang Elaeidobius kamerunicus, yang sangat efektif untuk membantu penyerbukan pada tanaman sawit. Hal ini karena populasi kumbang ini yang cukup besar serta sangat aktif berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
“Ini sudah terdistribusi ke perkebunan-perkebunan sawit di Indonesia. Daripada menggunakan tenaga manusia yang tentu membutuhkan tenaga dan waktu yang sangat besar,” ujar Tri Atmowidi.
Kumbang jenis ini dapat meningkatkan produksi buah sawit segar hingga 12 persen per tandan. Idealnya, nilai fruit set kelapa sawit yang baik adalah lebih dari 75 persen, atau sekitar 20.000 individu kumbang untuk satu hektar perkebunan sawit.
ADVERTISEMENT
Beberapa spesies lalat juga berperan dalam proses penyerbukan pada tanaman. Misalnya lalat jenis wasp-like shyrhid, bumblebee-like bombyliidae, serta african tabanids dan nemestrinids.
“Itu adalah jenis lalat-lalat pengunjung bunga, jadi tidak semua lalat berperan sebagai pengurai,” lanjutnya.
Bahkan ada beberapa jenis lalat yang menjadi pengunjung utama pada bunga kakao, misalnya Forcipomyia spp., Cecidomyia spp., serta Stilobezzia sp. Lalat-lalat ini memang bukan satu-satunya penyerbuk untuk tanaman kakao, ada juga beberapa jenis serangga yang ikut membantu.
Agen penyerbuk utama lain pada tanaman adalah kupu-kupu dan ngengat. Karena harus mencari nektar sebagai makanannya, membuat kupu-kupu sangat rajin mengunjungi bunga. Ciri-ciri tanaman yang bergantung pada kupu-kupu dan ngengat untuk dalam melakukan penyerbukan di antaranya memiliki massa bunga yang banyak, bunga berbentuk tabung, serta sekresi aroma yang kuat.
ADVERTISEMENT
Karena kupu-kupu aktif pada siang hari, dia juga akan mencari bunga-bunga yang mekar sempurna pada siang hari. Berbeda dengan ngengat, dia cenderung mencari bunga yang mekar pada sore dan malam hari karena dia memang aktif pada malam hari.
“Kelompok serangga penyerbuk lain adalah lebah. Lebah memang menjadi penyerbuk utama bagi sebagian besar tanaman yang ada di dunia,” lanjutnya.
Bukan hanya lebah madu, ada sangat banyak jenis lebah yang membantu proses penyerbukan pada tanaman. Sedikitnya ada tujuh family lebah yang tercatat dan memegang peran penting dalam proses penyerbukan pada tanaman.
“Memang yang paling terkenal adalah famili Apidae, khususnya lebah madu atau honeybee. Tapi juga masih banyak lebah-lebah lain yang kurang diperhatikan,” ujar Tri Atmowidi.
ADVERTISEMENT
Nilai Ekonomi Penyerbukan oleh Serangga
Ilustrasi kupu-kupu. Foto: Pixabay.
Secara pasti, belum ada yang melaporkan berapa nilai ekonomi dari proses penyerbukan yang dilakukan oleh serangga. Diperkirakan, nilai ekonomi dari penyerbukan oleh serangga di seluruh dunia mencapai 153 miliar Euro, atau setara dengan 9,5 persen dari nilai yang digunakan untuk kebutuhan pangan manusia pada 2005.
Sementara Departemen Pertanian AS pada 1992 memperkirakan bahwa nilai penyerbukan oleh serangga mencapai 6 sampai 14 miliar dollar AS per tahun.
“Tentu nilai tersebut tidak pasti ya, sangat bervariasi. Bahkan mungkin melebihi dari nilai tersebut,” ujar Tri Atmowidi.
Angka tersebut tidak mengada-ada, pasalnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Williams pada 1994, produksi dari 84 persen tanaman pertanian sangat bergantung pada serangga penyerbuk, terutama lebah. Bahkan 87 tanaman atau setara 70 persen dari 124 tanaman utama untuk konsumsi manusia sangat bergantung pada keberadaan serangga.
ADVERTISEMENT
“Angka itu menunjukkan besarnya nilai ekonomi yang dihasilkan dari penyerbukan oleh serangga,” ujarnya.
Di Indonesia, diversitas serangga penyerbuk menurut Tri Atmowidi cukup besar, yang memegang peran penting dalam membantu tercukupinya kebutuhan pangan manusia. Karena itu, upaya konservasi untuk menjaga kelestarian serangga merupakan sesuatu yang mutlak.
“Upaya ini meliputi pengurangan penggunaan pestisida kimia karena serangga sangat rentan terhadap pestisida. Kemudian menyediakan tanaman sebagai sumber pakan, bahan sarang, serta tempat hidup bagi serangga,” ujar Tri Atmowidi. (Widi Erha Pradana / YK-1)