Organisasi Berafiliasi Kristen di AS Nyatakan Perang pada Situs Porno Pornhub

Konten dari Pengguna
28 Februari 2020 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pornhub
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pornhub
ADVERTISEMENT
Apakah Anda pecinta situs porno atau bokep? Khawatirlah, karena baru-baru ini situs penyedia video bokep Pornhub digugat untuk ditutup. Sebuah organisasi nirlaba, Exodus Cry, menyatakan perang terhadap situs bokep papan atas tersebut lewat sebuah petisi online.
ADVERTISEMENT
Selaku direktur Exodus Cry, Laila Mickelwait, mengatakan bahwa petisi ini tidak dilandasi oleh politik ataupun ideologi apalagi kepercayan agama tertentu, melainkan tentang menghentikan kejahatan yang nyata dan mengerikan: pemerkosaan dan kekerasan seksual pada anak. Sudah seperempat juta orang lebih menandatangani petisi yang menginginkan situs Pornhub ditutup, dan angka itu bertambah setiap harinya.
Selain sebagai direktur Abolition for Exodus Cry, Laila Mickelwait adalah presiden New Reality International. Keduanya merupakan organisasi berafilisasi dengan Kristen dengan Exodus Cry secara khusus memiliki fokus untuk berjuang melawan eksploitasi seksual dan perdagangan manusia. Laila sendiri sudah berjuang melawan perdagangan manusia untuk eksploitasi seksual (sex trafficking) lebih dari satu dekade.
“Saya berbicara tentang menutup perusahaan bernilai jutaan dollar yang meraup keuntungan dari pemerkosaan, perdagangan manusia dan kekerasan pada perempuan dan anak-anak,” kata Laila seperti dikutip Complex.com. “Ini bukan cara pandang yang ekstrim untuk berpikir bahwa situs porno terbesar dan terpopuler di dunia tidak diperbolehkan mendapat keuntungan dari trauma, eksploitasi dan pemerkosaan perempuan dan anak-anak,” lanjutanya.
ADVERTISEMENT
Pornhub.com jelas tidak asing dengan kontroversi hukum karena terbiasa dengan tuntutan dengan alasan-alasan hukum atau tuntutan aneh dan lucu. Belum lama ini mereka mendapat tuntutan dari seorang user yang kesal atas kurangnya fasilitas bagi pengguna disabilitas tuna rungu. Kebanyakan tuntutan hukum yang melibatkan industri porno bisa sangat lucu, namun masalah hukum terakhir Pornhub yang melibatkan Exodus Cry ini sama sekali bukan komedi.
Kasus Mengerikan Pornhub
Situs pornografi terbesar dunia ini memiliki beberapa masalah yang menjadi sorotan publik, termasuk ketika seorang pria asal Florida menculik seorang perempuan dan mengunggah 58 video porno perempuan tersebut. Penculik juga memaksa perempuan tersebut untuk melakukan aborsi.
Contoh mengerikan lainnya seperti yang dilaporkan BBC, dimana seorang gadis 14 tahun diperkosa dan videonya tersebar di situs tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus paling kelam, kasus yang membawa murka bahkan dari media liberal di Pornhub adalah Girls Do Porn, dimana lebih dari seratus perempuan menjadi korban untuk tayangan tersebut. Namun, Pornhub memang langsung mengakhiri kerjasamanya dengan perusahaan tesebut. Pemilik Girls Do Porn telah ditangkap dan dijerat dengan sejumlah tuntutan pedagangan seks.
Masalah Verifikasi dan Tanggapan Pornhub
Tweet Laila Mickelwait.
Exodus Cry memulai petisi di Change.org dalam upaya meminta pertanggungjawaban Pornhub dan jajaran eksekutifnya perihal bagian mereka dalam membantu perdagangan seks.
Pornhub menanggapi petisi ini dengan pernyataan yang mengatakan, "Pornhub secara aktif bekerja untuk menempatkan pengamanan cangih dan komprehensif pada platformnya untuk memerangi materi ini." Mereka merujuk perangkat lunak seperti sistem PhotoDNA Microsoft, serta software sidik jari Vobile. "Pornhub akan terus bekerja dengan upaya penegakan hukum dan perlindungan anak dengan tujuan menghilangkan setiap dan semua konten ilegal di internet," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, Laila mengatakan, apa yang dituntut organisasnya adalah tentang skandal di luar nalar bahwa siapa pun dapat mengunggah adegan seks ke situs web porno terbesar di dunia. “Dan tidak ada yang tahu apakah para wanita di video itu menyetujui atau jika gadis-gadis yang tampak imut itu benar-benar anak-anak," lanjut Laila.
Dia mencoba sendiri proses verifikasi,“saya bisa masuk ke situs dan dalam waktu kurang dari 10 menit membuat alamat email (berpura-pura berusia 16 tahun) kemudian menggunakan alamat email itu untuk membuat akun di Pornhub dan segera mengunggah konten seks ke situs. Semudah itu. Tidak memerlukan verifikasi ID yang dikeluarkan pemerintah atau bukti persetujuan untuk dapat mengunggah adegan seks ke situs. "
ADVERTISEMENT
Penyataan Laila diperkuat oleh eksperimen kecil dari Motherboard, yang menunjukkan bahwa editan sederhana pada sebuah foto diri sudah cukup untuk melewati proses verifikasi. Pornhub memiliki banyak lubang untuk dilewati dan diperdaya. Celah ini yang memberi ruang bagi pelaku kejahatan seksual untuk menguanggah videonya.
Tentu saja hal ini langsung disanggah oleh Pornhub, mengatakan bahwa mereka telah menggunakan software canggih untuk menyaring konten-konten bermasalah seperti Girls Do Porn. Cara yang sama juga digunakan Pornhub dalam menanggapi petisi ini.
Pornhub masuk dalam 50 situs terbesar di dunia, mendapat 33 milyar kunjungan tiap tahunnya (ingat, hanya ada 7 milyar manusia lho di dunia saat ini), dan menghasilkan lebih dari setengah milyar dollar per tahun. Sejak awal kemunculannya pada 2007, Pornhub adalah salah satu situs bokep yang paling bayak diakses di seuruh dunia (tentu saja termasuk Indonesia).
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, petisi ini tidak membawa narasi keagamaan, kesopanan atau keluhan para pecandu porno. Klaim dari petisi tersebut, Pornhub mungkin memiliki hubungan dengan perdagangan manusia. Pornhub dituduh membiarkan user mengunggah perkosaan anak dan perdagangan seks tanpa mendapat konsekuensi apapun dalam situs mereka.
Laila pertama kali menyuarakan untuk menutup Pornhub dalam sebuah artikel untuk Washington Examiner. Lalu dia memulai sebuah petisi untuk meminta dukungan pada khalayak ramai lewat Change.org dan traffickinghub.com. Namun Laila tidak menuntut penghapusan pornografi secara keseluruhan. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)