Pakar UGM Dorong Jokowi Terima Tawaran Rusia Bangun Pembangkit Listrik di RI

Konten Media Partner
4 Juli 2022 13:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Foto: BPMI-Laily Rachev/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Foto: BPMI-Laily Rachev/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Pakar Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia perlu menerima tawaran Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun sebelum menyepakati tawaran kerja sama itu, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN). Sebab, selama ini kebijakan tersebut menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir.
"KEN itu harus diubah menjadikan PLTN sebagai energi prioritas," kata Fahmy dikutip dari siaran pers tertulis yang diterima Pandangan Jogja @Kumparan, Senin (4/7).
Selain itu, pemerintah menurutnya juga perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat terhadap penggunaan PLTN. Sebab selama ini tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN dinilai masih sangat rendah.
"Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara, di antaranya Jepang, Rusia, dan Ukrania," ujarnya.
Ilustrasi PLTN. Foto: Pixabay
Sebelumnya, ketika bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Kremelin Moskow pekan kemarin, Putin menawarkan kerja sama untuk menggarap proyek nuklir di Indonesia dengan menggandeng Rosatom State Corporation. Putin menegaskan bahwa Rosatom mempunyai pengalaman, kompetensi, dan keandalan teknologi dalam pengembangan PLTN.
ADVERTISEMENT
Rosatom telah mengembangkan PLTN terbesar di Rusia, yakni Novovoronezh Unit 6, yang berkapasitas 1.200 MW di Voronezh. Selain di darat, Roastom juga membangun PLTN Terapung KLT-40S, yang dapat berlayar menjelajahi sejauh 5.000 kilometer, dengan kapasitas sebesar 80 MW.
Hal itu menurut Fahmy cukup untuk membuktikan bahwa Rosatom adalah perusahaan yang kompeten dalam bidang pengembangan PLTN. Apalagi, perusahaan ini juga sudah menggunakan teknologi nuklir generasi terbaru, tipe reaktor VVER 1200 dengan teknologi generation 3 Plus yang merupakan pertama di dunia, dengan masa operasi selama 60 tahun. Sistem Pengamanan teknologi VVER 1200 memiliki zero accident standaard.
"Berdasarkan pengalaman, kompetensi dan keandalan teknologi yang dimiliki oleh Rosatom, tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia layak diterima," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Fahmy mengatakan, Indonesia saat ini memang sudah saatnya memiliki PLTN. Menurutnya, PLTN sebagai pembangkit listrik daya thermal yang menggunakan reaktor nuklir, dengan uranium sebagai bahan utama untuk menghasilkan listrik adalah energi bersih yang dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan (EBT).
PLTN sekaligus juga dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Tenaga Surya dan Bayu, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu, karena sifatnya intermittent, yang tergantung cahaya matahari dan hembusan angin
"Tanpa mengembangkan PLTN, sangat sulit bagi Indonesia untuk mencapai zero carbon pada 2060," lanjutnya.
"Sudah saatnya bagi Indonesia untuk secara serius dan terus-menerus mengembangkan PLTN dengan mempertimbangkan tawaran kerja sama dari Presiden Vladimir Putin," pungkas Fahmy Radhi.