Pelopor Astronomical Art di Indonesia Pamerkan Karya ke Jepang dan Thailand

Konten dari Pengguna
3 September 2020 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Venzha Christ, kedua dari kiri, bersama tim dari v.u.f.o.c. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Venzha Christ, kedua dari kiri, bersama tim dari v.u.f.o.c. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Venzha Christ, pelopor astronomical art di Indonesia, bersama ISSS (Indonesia Space Science Society) dan v.u.f.o.c lab mendapat undangan untuk ikut memamerkan karyanya dalam dua acara internasional bernama "Yokohama Triennale 2020" di Jepang, dan "Bangkok Art Biennale 2020" di Thailand. Keduanya adalah event berkala berskala besar yang pada masa pandemi tetap menyelenggarakan perhelatannya.
Dalam percakapan di Yogyakarta awal September ini, kepada redaksi Venzha mengatakan bahwa undangan pameran saat pandemi ini terasa sangat unik. Sebab ia dan tim musti bersiasat keras bagaimana membawa karyanya yang ukurannya cukup besar ke pameran yang jalur penerbangan internasionalnya masih ditutup.
“Kita masih terus melakukan dialog (dengan penyelenggara pameran) bagaimana eksekusinya. Kita terus melihat perkembangan penerbangan dan situasi COVID-19 secara umum,” kata Venzha.
ADVERTISEMENT
Namun menurut Venzha saat ini kemungkinan terbesar yang terbayang adalah membangun karyanya dari Indonesia.
Karya untuk yokohama triennale. Foti: Istimewa.
Untuk Yokohama Triennale 2020, dengan artistic director: Raqs Media Collective ini, Venzha Christ membuat simulasi penangkap frekwensi dari luar angkasa yang berupa antena dengan tinggi 3,5 meter dan berbentuk trapesium ganda, yang diberi judul "Evolution of The Unknown #07". Antena ini menyaring berbagai frekuensi yang ada ditempat dimana instalasi interaktif ini terpasang.
Frekuensi yang sudah sampai ke Bumi akan diubah sehingga menghasilkan suara yang terdengar telinga manusia. Visualisasi berupa gambar grafik dari modulasi frekuensi tersebut juga bisa disaksikan oleh audiens secara langsung tanpa ada proses rekam.
Karya untuk Bangkok Art Biennale. Foto: Istimewa.
Sedangkan untuk Bangkok Art Biennale, dengan artistic director, Prof. Dr. Apinan Poshyananda, Venzha Christ membuat tiga konstruksi metal berbentuk globe dan disusun bersama dengan dimensi ukuran 4 meter, yang diberi judul "MARS IS (NOT) A SIMULATION - a terraforming paradox after the mission".
ADVERTISEMENT
“Tantangannya adalah bagaimana membawa sebuah karya instalasi interaktif yang berukuran besar untuk bisa dipasang dan diinstal tanpa kehadiran kita pada kedua negara tersebut, mengingat karya yang bertema "DIY Radio Astronomy" ini sangat komplek dan terkesan rumit,” papar Venzha.
Karya untuk yokohama triennale. Foti: Istimewa.
Banyaknya komponen elektronik beserta ratusan kabel yang harus disusun satu persatu itu tentu saja akan menjadi hal yang tidak mudah bagi para teknisi yang belum pernah melihat atau merakitnya.
Konsep dasar karya-karya ini adalah sebagai wahana perbelajaran untuk audiens melihat dan memahami alam semesta melalui gelombang suara dan visualisasi frekuensi yang tertangkap oleh sebuah "DIY Radio Astronomy".
Seturut keterangan Venzha, karya ini adalah hasil riset dari perjalanan panjang Venzha setelah mengikuti Simulasi hidup di MARS, bersama MDRS (Mars Desert Research Station) pada tahun 2018 dan Simulasi pesawat ruang angkasa pada SHIRASE (Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering) pada tahun 2019.
Venzha Christ riset ke LAM 2. Foto: Dokumen Venzha Christ.
Karya ini bertujuan untuk membuat pemikiran kritis tentang kondisi alam di Planet MARS bagi rencana ekspansi manusia Bumi untuk membuat koloni manusia, serta mengajak audiens untuk membayangkan masa depan MARS melalui perkembangan teknologi terkini yang dipunyai manusia.
ADVERTISEMENT
Astronomical art atau space art merupakan penggabungan antara space science atau sains antariksa atau pengetahuan tentang luar angkasa dengan seni. Venzha, dengan kerja panjangnya di seni dengan topik luar angkasa, tak berlebihan barangkali untuk menyebutnya sebagai pelopor astronomical art di Indonesia. (Savita / YK-1)