Penambangan Pasir di Kali Krasak Terus Berlanjut, Tebing Sungapi Merapi Rusak

Konten dari Pengguna
28 November 2020 11:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gunung Merapi. Foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Merapi. Foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
Hingga Kamis (26/11), aktivitas penambangan pasir di sungai Krasak terus berlanjut meski aktivitas gunung Merapi berstatus siaga. Hal itu dikatakan oleh Perekayasa Ahli Madya Balai Penyelidikan dan Pengamatan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Dewi Sri Sayudi usai melakukan pemantauan udara Gunung Merapi, Kamis pagi.
ADVERTISEMENT
“Di alur kali Krasak itu masih ada penambangan yang jaraknya dari puncak masih cukup dekat, dan dia menambang tidak hanya bagian alur sungai, tapi sudah merambah ke lingkungan,” kata Dewi Sri Suyudi kepada wartawan.
Di kali Woro, menurut dia aktivitas penambangan sudah merusak tebing-tebing sungai. Hal ini menurut dia berpotensi membahayakan apabila nantinya Merapi erupsi dan menghasilkan material dalam jumlah yang besar.
“Penambangannya sudah merusak tebing-tebing sungai, mudah-mudahan tidak diikuti sungai-sungai yang lain,” lanjutnya.
Pada saat pemantauan, kabut tebal menutupi kawasan Merapi sampai radius 4 kilometer dari puncak. Karena itu, Dewi mengatakan belum diketahui bagaimana kondisi morfologi puncak secara jelas.
Namun guguran-guguran material yang telah meningkat sejak 19 November menurut dia belum terlihat mengisi alur-alur sungai dari 4 kilometer ke bawah.
ADVERTISEMENT
“Jadi di bawahnya itu masih seger, belum ada tambahan material apapun,” ujarnya.
Sementara itu, kondisi morfologi semua alur sungai Merapi seperti Woro, Gendol, Opak, Kuning, hingga Boyong memiliki tebing yang cukup dalam dan lebar. Sehingga jika ada lahar dingin di musim penghujan ini sungai-sungai tersebut masih mampu menampung material lahar yang dimungkinkan akan terjadi.
Berbeda dengan aktivitas penambangan, aktivitas pariwisata menurut dia sudah disikapi dengan baik oleh para pelaku pariwisata. Misalnya di kawasan wisata Kaliadem, menurutnya sudah tidak terlihat adanya aktivitas wisatawan.
Aktivitas pariwisata baru terlihat di bagian bawah Kaliadem yang notabene masuk ke dalam kawasan aman. Berdasarkan hasil pemantauan, menurutnya terlihat sejumlah jeep di kawasan tersebut dengan radius sekitar 5 kilometer.
ADVERTISEMENT
“Artinya kegiatan wisata itu juga masih berjalan dengan hanya mengalihkan jalur. Jadi disikapi dengan bijak, dimana dari rekomendasi BPPTKG merekomendasikan pelaku wisata untuk tidak melakukan aktivitas di KRB 3,” lanjutnya.
Hal tersebut menurutnya merupakan inisiatif yang baik dari pelaku wisata, supaya di kondisi Merapi yang berstatus siaga, roda ekonomi masyarakat masih bisa berputar dengan batasan-batasan yang tidak bertabrakan dengan rekomendasi BPPTKG.
Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Danang Samsurizal, yang juga ikut dalam pemantauan tersebut mengatakan bahwa hasil pemantauan nantinya dapat menjadi referensi para pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan terkait penanganan Merapi.
“Itu penting, agar saya sebagai Kepala Bidang Penanganan Darurat ketika mengelola operasi menjadi lebih efektif, efisien, akuntabel, dan selamat,” ujar Danang Samsurizal.
ADVERTISEMENT
Setelah pemantauan ini, BPBD menurutnya akan segera meninjau ulang peta dan pola operasi. Hasil pantauan akan menjadi bahan evaluasi, operasi mana yang perlu disesuaikan, diperkuat, atau mendapat penekanan.
“Nanti akan ada rapat koordinasi lagi. Setelah kita dapatkan hasil ini, nanti akan ada rapat-rapat lagi (untuk menentukan penyesuaian mitigasi),” ujar Danang. (Widi Erha Pradana / YK-1)