Pentingnya Tingkatkan Skill Digital dengan Biaya Terjangkau

Konten dari Pengguna
14 Februari 2020 9:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa dan dunia digital. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa dan dunia digital. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi di era digital disebut-sebut akan mendisrupsi banyak jenis profesi. Tapi tidak perlu khawatir, sebab era digital juga melahirkan banyak profesi yang sebelumnya mungkin tidak pernah terpikirkan. Salah satu kunci utama untuk tetap bisa bertahan di era digital ini yaitu skill atau keterampilan.
ADVERTISEMENT
“Sayangnya instansi pendidikan belum banyak yang bisa memberikan bekal keterampilan bagi lulusannya untuk bisa bertahan di era digital ini,” kata Dhimas Bayu Aji Pamungkas, co-founder WaktuKita, baru-baru ini di Yogyakarta.
Tapi tenang, ada 1000 jalan menuju Roma. Jika punya tekad yang kuat untuk belajar, jalan akan selalu ada. Apalagi saat ini sudah mulai banyak platform yang dapat memberikan pelatihan-pelatihan tentang berbagai keterampilan yang diperlukan di era digital, salah satunya WaktuKita.
WaktuKita merupakan platform untuk membantu anak-anak muda khususnya dalam membangun karier dan mengembangkan skill mereka agar lebih relevan dengan kebutuhan industri digital saat ini.
“Karena di Indonesia sekarang ini kan gap-nya benar-benar jauh banget antara lulusan mahasiswa sama requirement skill yang ada di industri digital saat ini,” lanjut Dhimas.
ADVERTISEMENT
Menyediakan Banyak Kelas
Ilustrasi mahasiswa dan kurikulum kelas digital. Foto : Pixabay
Pada dasarnya, WaktuKita merupakan tempat pelatihan berbasis kelas digital. Ada beberapa kelas yang dibuka oleh WaktuKita seperti graphic design, UIUX, web development, data science, dan sebagainya. Setiap bulan, mereka mengadakan kelas workshop short course selama satu sampai dua hari. Selain itu, mereka juga mempunyai kelas imersif.
“Kalau workshop itu kan kayak kulit-kulitnya saja, kalau yang imersif kita betul-betul membantu mahasiswa untuk upgrade skill mereka dari basic to pro lah,” ujar Dhimas.
Di kelas imersif, peserta akan dibantu membuat portofolio mereka, dibantu mendapatkan real project, dan sebagainya. Dengan begitu, harapannya setelah mengikuti kelas di WaktuKita, mereka dapat bergabung dengan perusahaan-perusahaan digital yang diinginkan.
Selain itu, WaktuKita juga telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan digital. Sehingga peserta yang telah mengikuti kelas imersif di sana akan memiliki kesempatan untuk bergabung denan perusahaan-perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Anak Muda Jadi Sasaran Utama
Ilustrasi mahasiswa di kelas digital. Foto : Pixabay
WaktuKita menerapkan dua bisnis model dalam usahanya, yakni business to customer (B2C) dan business to business (B2B). Dalam B2C, mereka menjaring anak-anak muda, khususnya mahasiswa dan para fresh graduate yang ingin mengembangkan keterampilannya di bidang digital untuk bergabung di dalam kelas mereka.
Biaya yang dikenakan bervariasi, untuk kelas workshop ada di kisaran Rp 100 ribu sampai Rp 400 ribu. Sementara untuk kelas imersif, antara Rp 1 juta sampai Rp 2 juta, tergantung kelas yang diikuti.
“Terus untuk B2B kita sebagai talent hunt untuk perusahaan-perusahaan lokal maupun internasional,” ujarnya.
Ke depan, WaktuKita berencana akan membuka kelas online, sehingga dapat diikuti oleh semua orang di manapun. Meski kelas online, menurut Dhimas mereka akan tetap menjaga kualitas pembelajaran dan menghadirkan sesuatu yang berbeda, tidak hanya berupa video seperti kebanyakan kelas online yang ada saat ini.
ADVERTISEMENT
“Karena kita masih baru, kan baru dimulai tahun kemarin, mungkin kendalanya saat ini funding (pendanaan) sih,” lanjut Dhimas.
Untuk menjaring member, mereka biasanya mengadakan acara-acara semacam talk show dengan menghadirkan pakar-pakar di berbagai bidang sehingga bisa menarik anak-anak muda. Mereka juga aktif di sejumlah platform digital seperti YouTube, podcast, serta di media sosial.
Dhimas berharap, WaktuKita bisa mengakomodir anak-anak muda untuk meningkatkan keterampilan yang benar-benar mereka butuhkan dengan biaya yang terjangkau.
“Karena kita tahu kan, kelas-kelas seperti itu biasanya biayanya sampai puluhan juta,” ujarnya. (WEP / YK-1)