news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pivot, Strategi Startup Melewati Badai Pandemi

Konten dari Pengguna
22 Januari 2021 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pivot adalah gerakan dalam permainan bola basket dengan memutar badan yang bertumpu pada salah satu kaki sebagai poros utama yang tidak boleh bergeser. Ilustrasi: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pivot adalah gerakan dalam permainan bola basket dengan memutar badan yang bertumpu pada salah satu kaki sebagai poros utama yang tidak boleh bergeser. Ilustrasi: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Beberapa startup meraih berkah karena pandemi, bisnis mereka tumbuh berkali-kali lipat. Namun, saat daya beli masyarakat menurun drastis dan ekosistem bisnis secara umum berubah gara-gara kebiasaan masyarakat yang dipaksa berubah karena berbagai pembatasan, tentu saja tak semua startup mendapat berkah. 
ADVERTISEMENT
Eli Pujastuti, Learning and Growth Director AMIKOM Business Park, salah satu inkubator startup di Jogja, mengatakan bahwa kondisi startup sepanjang pandemi bermacam-macam. Ada yang terdampak dan masih survive, ada yang terdampak hingga harus pivot, ada juga yang tidak terdampak dan malah tumbuh pesat. Namun yang paling menarik untuk dicatat dari geliat startup sepanjang 2020 adalah kemampuan mereka untuk tetap lincah dengan memilih strategi pivot saat situasi memburuk bagi model bisnis awal mereka.
Dia mencontohkan beberapa startup yang ada di bawah inkubasi ABP. Misalnya AeroPro, startup yang bergerak di bidang penjualan drone, karena pasar utamanya adalah pemerintah, AeroPro menurut Eli sangat terdampak pandemi. Pasalnya, anggaran belanja lembaga pemerintahan mengalami perubahan besar-besaran karena pandemi.
ADVERTISEMENT
Selain AeroPro, ada juga Restoku, startup yang bergerak di bidang Point of Sale (POS) untuk UMKM. Karena banyaknya UMKM yang terdampak pandemi, membuat Restoku harus pivot atau berganti bisnis model selama pandemi.“Restoku ini bisa tetap survive dengan cara dia pivot memberikan pelatihan-pelatihan untuk mereka yang pengin buka usaha,” ujar Eli Pujastuti, Sabtu (9/1).
Startup lain yang mesti pivot sepanjang pandemi adalah Homestay Jogja, startup yang bergerak di bidang penyewaan homestay. Usaha mereka benar-benar terdampak, mengingat sektor pariwisata yang dibuat benar-benar ambruk oleh pandemi.
Sepanjang pandemi, mereka berganti model bisnis dengan membuat perumahan untuk di jual yang nantinya dijadikan sebagai investasi homestay. Pilihan itu harus dipilih, sebab karena pandemi dana yang mereka punya hanya cukup untuk menggaji karyawan hingga delapan bulan saja.“Jadi malah jualan rumah, bukan sewa homestay untuk wisatawan lagi. Tapi ini hanya selama pandemi saja,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Nasib tak jauh beda dialami oleh Ichibot, startup yang menyediakan media pembelajaran robotika. Karena sejak awal pandemi pembelajaran di sekolah diganti menjadi daring, mereka menjadi salah satu yang sangat terdampak juga.
Tapi, nasib baik justru dialami oleh Englishvit, startup yang memberikan pelatihan bahasa Inggris secara daring. Karena membludaknya peserta pelatihan, mereka sampai kekurangan pengajar di platform mereka.“Englishvit ini termasuk yang diuntungkan dengan adanya pandemi,” ujarnya.
Nasib baik juga dialami SayBu, startup yang menjual sayuran potong siap dimasak. Karena pandemi membuat aktivitas orang di luar rumah dibatasi, pemesanan sayur ke mereka meningkat drastis selama pandemi. Situasi seperti ini juga dialami oleh startup-startup berbasis e-commarce dan teleconference.
Dari pengalaman startup-startup yang diamati oleh Eli, dia menyimpulkan bahwa kunci startup-startup bisa tetap bertahan di situasi pandemi adalah kemampuan beradaptasi dengan situasi baru.“Mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang beradaptasi. Jadi kemampuan adaptasi yang tinggi membuat mereka masih bisa bertahan, bahkan makin berkembang,” ujar Eli Pujastuti. (Widi Erha Pradana / YK-1) 
ADVERTISEMENT