Psikolog UGM: Jangan Campur Adukkan Healing dan Staycation, Itu Salah Kaprah

Konten Media Partner
15 April 2022 15:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi staycation di Ubud, Bali. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi staycation di Ubud, Bali. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Galang Lufityanto, mengatakan bahwa ada salah kaprah dalam memaknai istilah healing yang sedang populer di kalangan anak muda saat ini. Saat ini, healing seolah-olah tidak bisa dipisahkan dari liburan dan staycation. Padahal, dua hal tersebut menurut Galang memiliki konsep yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Healing menurut dia adalah sebuah proses penyembuhan diri secara psikologis. Sehingga bisa saja tidak ada hubungannya sama sekali dengan staycation atau menghabiskan waktu berlibur dengan menginap di hotel atau penginapan tertentu.
“Menyembuhkan itu proses membuat psikologis kita jadi sehat lagi atau proses menyembuhkan, mengobati diri secara psikologis,” ujarnya dalam keterangan tertulis Rabu (13/4) lalu.
Liburan menurut Galang memang bisa jadi salah satu cara penyembuhan, jika masalah yang dihadapi adalah terkait padatnya pekerjaan sampai tak punya waktu untuk beristirahat. Sebab, healing dengan cara liburan atau staycation merupakan cara yang tepat untuk mengatasi kelelahan kerja atau burn out.
Namun tak semua masalah bisa atau harus diselesaikan dengan cara liburan. Proses penyegaran atau refreshing menurut Galang juga bisa dilakukan dengan cara membuat proyek-proyek kecil di rumah yang berbeda dengan rutinitasnya sehari-hari, misalnya mendesain sesuatu, memasak, menjahit, melukis, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Aktivitas-aktivitas ringan yang bisa menghasilkan sesuatu dengan cepat tersebut menurutnya dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia karena mampu mencapai tujuan.
Yang tidak kalah penting, proses penyembuhan atau healing harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Karena itu, sebelum healing lebih baik seseorang cari dulu akar permasalahannya, sehingga cara penyembuhan yang dilakukan bisa tepat sasaran sesuai dengan masalahnya.
“Cari dulu problemnya apa baru healing. Misal karena ada masalah dengan rekan kerja atau atasan, maka penyembuhan dengan liburan atau staycation jadi tidak cocok,” ujarnya.
Ilustrasi mengatur emosi. Foto: Istimewa
Lebih lanjut, Galang juga mengatakan bahwa healing tidak harus dilakukan dengan cara berlibur atau staycation di hotel mahal. Terkadang, cara-cara sederhana dan murah justru lebih ampuh untuk proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT
Misalnya dengan mindfulness, yakni teknik melatih fokus untuk memahami diri sendiri dengan apa yang dirasakan dan dialami. Cara ini menurutnya bahkan jadi salah satu teknik healing yang paling efektif.
“Contohnya dengan relaksasi seperti cara mengatur pernapasan,” lanjutnya.
Cara sederhana lain untuk healing adalah journaling atau penjurnalan untuk mengungkapkan atau mengembangkan hal apa yang dirasa penting. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara konvensional, misalnya menulis jurnal harian. Bisa juga dilakukan dengan membuat jurnal estetik seperti mencoret-coret, melukis, atau menggambar. Melalui cara ini, seseorang nantinya dapat melihat kembali dengan lebih jernih masalah yang sedang dia alami.
“Kadang-kadang kita terbebani semua yang diperkirakan tidak pernah dicerna, masalahnya di mana, karena tidak pernah ada dalam bentuk apapun sehingga tidak tersedia dengan baik,” kata Galang.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai proses healing yang dilakukan tidak sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Sudah liburan jauh-jauh dan mahal, ketika pulang ternyata masalahnya belum kelar, malah jadi makin pusing karena pengeluaran membengkak.