Punya 314 Jenis, Varietas Pisang Kota Jogja Terlengkap se-ASEAN

Konten Media Partner
15 September 2023 18:14 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu varietas pisang asli Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu varietas pisang asli Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meski memiliki lahan pertanian yang sangat terbatas, hanya sekitar 50 hektare, namun Kota Yogya ternyata memiliki koleksi varietas pisang yang paling lengkap di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Saat ini, ada 314 jenis pisang yang telah tersertifikasi di Kota Yogyakarta.
"Ini adalah yang paling lengkap di Asia Tenggara," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Yogyakarta, Suyana, di sela acara Gelar Potensi Pertanian Kota Yogyakarta di Balai Kota Yogyakarta, Jumat (15/9).
Kepala Dinas Pertanian Kota Yogyakarta, Suyana. Foto: Dok. Dinas Pertanian Kota Yogyakarta
Dia menjelaskan, ratusan varietas pisang ini dikembangkan di Kebun Plasma Nutfah Pisang (KPNP) Kota Yogyakarta yang memiliki luas lahan aktif sekitar 1,5 hektare.
Beberapa jenis pisang yang dikembangkan di KPNP di antaranya pisang Kidang dari Gunungkidul, Pisang-pisangan Daun Cokelat dari Istana Mangkunegaran Surakarta, dan Raja Bagus dari Keraton Yogyakarta.
Ada juga jenis pisang yang cukup langka, seperti Sanggabuana dari Istana Mangkunegaran Surakarta, Raja Seribu Istana Mangkunegaran, serta Becici dari Tembarak, Temanggung.
ADVERTISEMENT
"Pengembangannya, kita sudah menggunakan teknologi kultur jaringan. Benih yang kami hasilkan sudah terbebas dari hama dan penyakit," lanjutnya.
Bibit pisang asli Kota Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Keunggulan lain dari varietas pisang dari Kota Yogyakarta adalah benihnya yang bersertifikat. Sehingga terjaga kemurnian dan kualitasnya.
"Dan kita sudah ada Sistem Informasi Pelacakan Benih Bersertifikat, sehingga benih-benihnya bisa dipantau ke mana saja persebarannya," kata Suyana.
Pisang asli Yogyakarta dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja