Sebelum Menanam Porang, Pahami Dulu Seperti Apa Umbi yang Diinginkan Pabrik

Konten Media Partner
7 September 2021 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi umbi porang. Foto: Dok Kementan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi umbi porang. Foto: Dok Kementan
ADVERTISEMENT
Porang menjadi komoditas pertanian yang sedang didorong produksinya oleh pemerintah, bahkan Presiden Joko Widodo berkali-kali menekankan keseriusan pemerintah dalam mendorong pertanian porang dalam negeri. Tapi, sebelum memulai bertani porang, pahami dulu seperti apa porang yang diinginkan industri atau pabrik supaya setelah panen nanti tidak kesulitan untuk menjualnya.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, porang yang baik adalah porang yang dapat menghasilkan glukomanan dengan kualitas baik juga. Sebab, glukomanan inilah yang nantinya akan diolah menjadi berbagai jenis produk olahan.
Praktisi Budidaya dan Hilirisasi Porang dari CV Sanindo Putra, Abimanyu, mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas porang adalah proses panennya. Saat ini, banyak petani yang terlalu dini memanen porang sehingga membuat kualitasnya jadi menurun.
Umbi porang yang siap panen adalah yang sudah tidak terbalut oleh akar. Sebab, umbi porang yang masih terbalut oleh akar artinya umbinya masih bereproduksi sehingga kandungan glukomanannya jadi tidak optimal.
“Selagi masih ada akar yang banyak di umbi-umbi tersebut jangan dulu dipanen, karena itu masih proses pembentukan serat sekalipun sudah keluar tunas,” kata Abimanyu dalam diskusi daring yang diadakan Ditjen Pertanian, Rabu (2/9).
Praktisi Budidaya dan Hilirisasi Porang dari CV Sanindo Putra, Abimanyu. Foto: Widi Erha Pradana
Abimanyu, yang selama ini mengekspor porang dalam bentuk konjac powder atau manan selama ini memang tak pernah ada kritik yang mempersoalkan kualitas umbi porang. Sampai saat ini, dia sudah bisa mengekspor konjac powder dengan kandungan glukomanan antara 70 sampai 75 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, dia mengungkapkan bahwa memang ada penurunan produktivitas konjac powder, sedangkan di lain sisi limbah produksi yang dihasilkan justru meningkat. Sebelum 2017, dari 1 ton chips yang diolah, mereka mampu menghasilkan 65 persen konjac powder tanpa asam oksalat. Namun saat ini, presentase produktivitasnya hanya di angka 45 sampai 50 persen saja.
“Namun saat ini produktivitasnya sudah mulai menurun, sebaliknya limbahnya justru naik mencapai 50 sampai 55 persen,” lanjutnya.
Penurunan ini tidak lain disebabkan karena adanya penurunan kualitas umbi porang yang dihasilkan petani di hulu. Kendati demikian, dia memahami bahwa banyak petani di hulu terpaksa memanen umbi porang lebih awal karena faktor kesulitan ekonomi. Dia hanya berharap, supaya petani bisa lebih sabar untuk memanen umbi porangnya supaya bisa menghasilkan porang dengan kualitas yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
“Karena pelaku pabrikan itu bukan tidak mau membayar mahal, hanya saja kami banyak perhitungan limbahnya itu sekarang sudah di atas 50 persen,” kata Abimanyu.
Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Anny Yanuriati. Foto: Widi Erha Pradana
Sementara itu, Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Anny Yanuriati juga mengatakan bahwa kualitas umbi porang memang sangat mempengaruhi kualitas glukomanan yang akan dihasilkan. Umur panen, merupakan salah satu faktor paling penting dalam menentukan kualitas umbi porang. Dan waktu panen terbaik adalah pada masa dorman atau masa istirahat yang ditandai dengan daun porang yang layu sehingga seolah tampak mati.
Sebagai informasin, tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 sampai 6 bulan tiap tahun pada musim penghujan. Di luar waktu itulah tanaman porang akan istirahat atau mengalami masa dorman yang biasanya jatuh pada bulan Apirl sampai Juli.
ADVERTISEMENT
“Selain umur panen, bibit juga penting sekali untuk menentukan kualitas umbi yang dihasilkan,” ujarnya.
Ilustrasi umbi porang. Foto: Dok Kementan
Perlakuan pascapanen juga perlu mendapatkan perhatian. Salah satu yang perlu dilakukan ke depan menurutnya adalah pencucian. Proses pencucian umbi perlu dilakukan terutama ketika nanti limbah dari produksi konjac powder akan diolah menjadi pati porang atau produk lainnya. Pengupasan juga penting, atau paling tidak dilakukan pengikisan atau pembuangan bagian-bagian yang jelek.
“Ini sangat penting untuk mendapatkan glukomanan dan pati yang bersih,” kata Anny Yanuriati.