news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sebentar Lagi Jogja Bakal Punya Penangkaran Binturong, Dirjen KSDAE: Keren!

Konten Media Partner
24 Maret 2022 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dkrjen ksdae swdang meninjau clon penngkaran binturong di Sleman. Foto: Dok. BKSDA
zoom-in-whitePerbesar
Dkrjen ksdae swdang meninjau clon penngkaran binturong di Sleman. Foto: Dok. BKSDA
ADVERTISEMENT
Sebentar lagi, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan memiliki tempat penangkaran binturong (Arctictis binturong), satwa dilindungi yang merupakan satwa terbesar di keluarga musang. Penangkaran ini akan dikelola oleh PT Alpha Natura Mataram di Sleman, di bawah pembinaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY.
ADVERTISEMENT
Calon penangkaran ini telah mendapat kunjungan dari Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, (KSDAE), Wiranto, di sela acara Presidensi G20 pada Selasa (22/3). Dalam kesempatan itu, Wiranto sekaligus memberikan pembinaan terhadap pengelola calon penangkaran binturong tersebut.
Wiranto mengapresiasi upaya pengembangan penangkaran binturong karena dinilai akan mendukung konservasi binturong. Apalagi dia melihat fasilitas konservasi yang tersedia di lokasi penangkaran sudah sangat baik.
“Menurutsaya spirit mereka itu keren,” kata Wiranto, seperti dikutip dari rilis Balai KSDA DIY, Selasa (22/3).
Dihubungi terpisah, Kepala BKSDA DIY, Muhammad Wahyudi mengatakan bahwa secara sarana dan prasarana saat ini calon penangkaran binturong tersebut sudah lengkap. Namun karena binturong merupakan satwa dilindungi, maka untuk beroperasi perusahaan mesti mendapatkan izin penangkaran melalui sistem One Single Submission (OSS). Saat ini, perizinan tersebut masih dalam proses pengurusan.
ADVERTISEMENT
“Semoga tidak lama lagi keluar izinnya,” kata Muhammad Wahyudi.
Ketika izin tersebut sudah keluar, selain menangkarkan nantinya mereka juga bisa mengkomersilkan atau menjual anakan binturong hasil penangkaran. Namun, anakan yang boleh dijual belikan adalah binturong yang minimal sudah masuk ke generasi kedua (F2). Selain itu, penangkar juga wajib melakukan re-stoking atau pengembalian ke alam minimal 10 persen dari anakan hasil penangkaran.
“Ke depannya bisa dijadikan komersil, namun saat ini baru sebagai edukasi lingkungan,” lanjutnya.
Binturong memang jadi salah satu favorit yang paling banyak dicari oleh para pecinta satwa eksotik. Sayangnya, karena masih minimnya penangkaran, banyak penghobi yang menangkap binturong dari alam liar. Hal itu mengakibatkan populasinya di habitat terus menyusut dari waktu ke waktu.
Foto: Istimewa
Data IUCN Red List menunjukkan bahwa dalam 30 tahun terakhir, populasi binturong telah mengalami penyusutan sebesar 30 persen. Di China, satwa ini memiliki status konservasi yang sangat kritis dan di Malaysia satwa ini juga sudah berstatus dilindungi.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, karena populasinya juga terus menyusut membuat pemerintah memasukkannya ke dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P. 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Perawakan yang eksotis serta perilakunya yang bersahabat, membuat binturong sangat digemari pecinta satwa eksotis. Perdagangan binturong ilegal sangat mudah ditemui di media sosial seperti Facebook dan Instagram. Dengan adanya penangkaran ini, Wahyudi berharap bisa mengurangi penangkapan binturong dari alam liar.
Apalagi binturong adalah satwa yang sangat penting di dalam hutan. Satwa ini sering disebut sebagai spesies kunci karena kemampuannya dalam menyebarkan biji buah sehingga memberikan pengaruh yang sangat krusial bagi ekosistem hutan.
“Kita berusaha mendorong penangkaran untuk menghindari penangkapan berlebihan di alam, dan penjualan ilegal,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya bertujuan untuk memperbanyak binturong, bekerja sama dengan Laboratorium Genetik, Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip), penangkaran tersebut juga akan menentukan status generasi satwa binturong yang akan ditangkarkan. Proses penentuan status gen tersebut akan dilakukan dengan metode pengukuran craniometri atau pengukuran tulang tengkorak.
“Penggunaan metode craniometri untuk menentukan silsilah generasi binturong merupakan langkah inovatif yang menjadi salah satu alternatif untuk menentukan dasar silsilah satwa yang akan dikembangkan dalam penangkaran,” kata Muhammad Wahyudi.