Sejengkal dari Arena Pertarungan Para Jagoan di Pahingan Pasar Sleman

Konten dari Pengguna
7 Juli 2020 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arena latihan sabung ayam di Pasar Sleman. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Arena latihan sabung ayam di Pasar Sleman. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Puluhan orang mengelilingi arena pertarungan dengan diameter 2,5 meter itu. Nyaris tak ada ruang kosong di sekeliling arena itu, penuh dan sesak. Teriakan demi teriakan pecah setiap jagoan mereka berhasil memukul telak lawannya. Sementara di sudut lainnya tampak wajah tegang dan kalut karena jagoannya baru saja mendapat pukulan telak.
ADVERTISEMENT
Sementara di dalam arena pertarungan, dua jagoan sedang bertarung sengit untuk membuktikan siapa jagoan sebenarnya. Keduanya saling jual beli serangan. Saling pukul dan tendang satu sama lain hingga akhirnya wasit meniup peluit tanda waktu pertarungan sudah berakhir.
Jupri (bukan nama sebenarnya) langsung masuk ke dalam arena untuk mengambil si jagoannya, seekor ayam jago bangkok berusia 16 bulan. Dia langsung membopong jagoannya itu dan mengelap kepalanya dengan spons basah untuk membersihkan sedikit darah yang keluar karena terkena pukulan telak lawannya di dalam arena.
“Enggak menang-menangan mas, cuman buat latihan,” kata Jupri setelah menjajal kemampuan jagonya, Minggu (5/7).
Saban hari Pahing, di Pasar Sleman selalu penuh sesak, terutama oleh para penggemar unggas entah itu burung, ayam, bebek, dan sebagainya. Pengunjung makin membludak karena gelaran pahingan saat itu bertepatan pada hari Minggu.
ADVERTISEMENT
Arena adu jago, atau sabung ayam di sudut pasar bagian belakang menjadi salah satu titik yang paling ramai. Puluhan pegiat adu jago selalu memadati titik itu untuk menjajal ketangguhan jagoannya masing-masing.
“Enggak boleh ada judi di sini, murni buat latihan saja,” lanjut Jupri.
Di dekat arena memang terpampang spanduk yang menyatakan bahwa tempat itu tidak boleh dijadikan sebagai arena berjudi. Arena adu jago itu khusus untuk latihan, sebelum ditandingkan di perlombaan-perlombaan resmi.
Layaknya Pertarungan Tinju
Keraimaian di gelanggang ayam aduan. Foto: Widi Erha Pradana.
Anwar (nama samaran) sudah menjajal kemampuan jagoannya sebanyak empat ronde dengan lawan yang berbeda-beda. Tiga kemenangan berhasil dia raih, tapi di pertandingan terakhir Jarwo, nama jagoannya itu harus menanggung kekalahan.
“Sudah capek kayaknya, udah tanding tiga kali soalnya,” ujar Anwar.
ADVERTISEMENT
Beberapa kali Anwar mengikuti perlombaan adu jago di luaran, tapi tak sekalipun dia berhasil menjuarainya. Sangat sukar menurut dia untuk bisa menjadi jawara dalam perlombaan adu jago. Lawan yang harus dihadapi juga berat-berat dan datang dari berbagai daerah. Hadiahnya bermacam, dari uang tunai Rp 5 juta sampai puluhan juta, tidak jarang hadiahnya adalah sepeda motor. Itu untuk perlombaan skala sedang, untuk tingkat yang lebih tinggi tentu hadiahnya lebih besar lagi.
“Daftarnya juga lumayan, bisa sampai Rp 1 juta, jadi kalau belum bener-bener siap mending enggak usah ikut dulu daripada buang-buang uang,” lanjutnya.
Aduan jago menurut Anwar sama halnya dengan pertarungan tinju atau beladiri lain untuk manusia. Menang kalah dihitung berdasarkan poin yang berhasil dikumpulkan. Sementara poin didapat dari pukulan demi pukulan --atau tendangan—yang berhasil mengenai lawan.
ADVERTISEMENT
Tidak ada aturan poin baku seperti halnya di tinju, karate, atau pencak silat. Setiap perlombaan biasanya memiliki aturan permainan tersendiri sesuai dengan yang diatur oleh panitia.
Tapi biasanya ada tiga kategori bobot penilaian, 1 poin untuk pukulan yang berhasil masuk namun tidak telak, 2 poin untuk pukulan yang masuk dan telak mengenai lawan, serta 5 poin untuk pukulan yang berhasil menimbulkan efek bagi lawan atau sampai menyebabkan jiling.
“Enggak, enggak sampai mati. Biasanya (aturannya) enggak boleh sampai mati,” lanjutnya.
Sama seperti perlombaan burung kicau, semakin sering jago aduan memenangkan perlombaan, maka harganya akan semakin tinggi. Bisa jutaan bahkan puluhan juta, sementara untuk jago aduan yang tidak pernah menang atau tidak pernah diikutkan perlombaan biasanya harganya hanya ratusan ribu saja.
ADVERTISEMENT
Melatih Para Jagoan
Foto: Widi Erha Pradana
Di bawah terik yang kian jahanam, Hendro (nama samara) jongkok bersama jago aduan kesayangannya. Keringat sejagung-jagung menetes di keningnya. Sementara tangan kanannya tak henti-henti mengelap kepala dan leher jagoannya dengan spons basah.
Dia belum sempat menjajal kemampuan jago aduannya yang baru usia tujuh bulan itu lantaran belum menemukan lawan yang sebanding. Jagoannya masih ada di kelas pemula, sementara jago aduan lainnya kebanyakan sudah berpengalaman. Tak hanya soal jam terbang, soal postur jagonya juga kalah besar dan tinggi ketimbang jago-jago yang lainnya.
“Enggak berani (mengadu) saya, bunuh diri namanya,” kata Hendro dengan tangan kanan yang masih terus mengelap leher dan kepala jagonya menggunakan spons basah.
Hendro belum pernah ikut lomba adu ayam, kegiatan ini hanya sebagai pengisi waktu luang baginya. Di rumah, dia memang beternak beberapa jago aduan untuk dijual. Karena hanya sekadar hobi dan pengisi waktu luang, cara merawat jago-jagonya juga tidak ada yang istimewa.
ADVERTISEMENT
“Kalau emang niat buat ikutan kompetisi biasanya memang perawatannya khusus,” lanjutnya.
Untuk pakannya, biasanya menggunakan konsentrat, jagung atau beras merah. Selain pakan pokok, untuk menghasilkan fisik yang prima ayam aduan juga perlu diberi suplemen dan jamu yang diracik dari berbagai bahan seperti jahe, madu murni, telur bebek, bawang putih, serta bahan-bahan lainnya.
Selain pola makan, latihan fisik juga perlu dilakukan. Ada empat bagian tubuh jago aduan yang perlu dilatih secara rutin setiap hari, yakni leher, badan, kaki, dan sayap. Untuk melatih leher dan badan, biasanya dilakukan dengan memutar leher dan badan ayam ke kanan dan ke kiri.
“Biar lentur mas, jadi kalau mau nekuk nyerang kepala lawan itu mudah,” ujarnya menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Untuk melatih kekuatan otot kaki, biasanya dilakukan dengan cara menekan punggung ayam ke bawah. Sementra untuk melatih kekuatan otot sayapnya dilakukan dengan mengangkat badan ayam tinggi-tinggi dengan kedua tangan, satu tangan memegang dada ayam dan satu lagi memegang sayapnya. Kemudian lepaskan tangan di dada ayam sembari tangan satunya ikut diturunkan seiring dengan jatuhnya ayam.
“Mentalnya juga perlu dilatih mas, enggak cuman fisiknya,” ujar Hendro.
Sebagai petarung, mental ayam aduan kata Hedro juga perlu dilatih. Jangan sampai fisik dan otot kuat tapi ketika berhadapan dengan lawan malah melempem. Untuk melatih mental ayam aduan tentunya dengan melatihnya di arena pertarungan. Semakin tinggi jam terbang ayam bertarung di dalam arena, maka keberanian dan kemampuannya bertarung pun akan makin terasah.
ADVERTISEMENT
“Jadi enggak cuman bawa ayam terus ditarungin. Kalau yang serius ada latihannya, pola makannya di atur. Ya kayak atlet lah mas,” ujarnya.
Dan ya, seperti tidak ada masa pandemi di arena adu jago. Teriakan, kegembiraan, dan keramaian itu sama sekali membuat lupa. Saya pun hampir lupa pada pandemi, meski masker tak pernah luruh melindungi muka saya dan wajah-wajah semua peserta latihan adu jago. (Widi Erha Pradana)