Semarak Kehidupan dalam Final Bola Voli Antardusun di Yogyakarta

Konten dari Pengguna
28 Oktober 2019 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
FInal Bola Voli Putri di Pordes Sidoarum 2019 mempertemukan tim dari Dusun Cokrobedog dan Dusun Kramat. Tim Dusun Cokrobedog menang 3 set langsung. Foto oleh : Dic Doank Hardian
zoom-in-whitePerbesar
FInal Bola Voli Putri di Pordes Sidoarum 2019 mempertemukan tim dari Dusun Cokrobedog dan Dusun Kramat. Tim Dusun Cokrobedog menang 3 set langsung. Foto oleh : Dic Doank Hardian
ADVERTISEMENT
Kamis (24/10) malam itu bukanlah malam yang biasa bagi masyarakat yang tinggal di Dusun Krapyak Desa Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya. Para warga keluar dari rumah-rumah mereka. Golongan tua, muda, para gadis, ibu-ibu, dan anak-anak semua tumpah ruah dan bercampur baur berkumpul di Lapangan Voli Krapyak.
ADVERTISEMENT
Lapangan Voli Krapyak memang bukan Maracana di Rio De Jainero ataupun Colloseum di Roma. Lapangan itu hanyalah sebuah persegi beralaskan pasir berukuran 18x9 meter yang berada di tengah dusun. Letaknya agak ke dalam, jauh dari ingar-bingar kendaraan bermotor di jalan raya. Bila siang hari, tempat itu sama sekali bukanlah tempat yang pantas disinggahi. Panas terik akan benar-benar membakar permukaan lapangan seperti miniatur padang pasir yang gersang bahkan kucing kampung dan ayam milik warga pun tak sudi berkeliaran di sana.
Namun saat malam hari, lapangan itu bertransformasi menjadi sesuatu yang berbeda. Delapan buah tiang lampu yang berdiri tegak di dua sisi lapangan memancarkan cahaya ke arah lapangan. Tempat itu menjadi tempat paling terang dibandingkan rumah-rumah di sekitarnya yang gelap. Pohon johar dan pohon ketapang menjulang yang ada di tiap ujung lapangan membuat lapangan itu semakin terlihat eksotis, apalagi hijaunya daun di pohon besar itu tetap terlihat di tengah gelap malam karena tak luput dari paparan cahaya lampu. Dan malam itu Lapangan Voli Krapyak menjelma dari sebuah miniatur padang pasir di siang bolong menjadi sebuah panggung terbuka yang siap menggelar suatu pertunjukan besar.
ADVERTISEMENT
Drama Pemilihan Lapangan
Suasana jalan siang hari Dusun Krapyak tempat Lapangan Voli Krapyak berada. Foto oleh : Agam Shani Rasyid
Tahun ini, Lapangan Voli Krapyak kembali terpilih menjadi tuan rumah turnamen voli Pekan Olahraga Desa (PORDES) Sidoarum yang digelar setahun sekali. Tim yang ikut bertanding berasal dari 8 pedukuhan yang ada di kelurahan tersebut. Masing-masing pedukuhan mengirimkan dua tim, tim voli putra dan tim voli putri.
Pemilihan kembali Lapangan Voli Krapyak sebagai tuan rumah PORDES Sidoarum 2019 sebetulnya diputuskan setelah melalui berbagai pertimbangan yang rumit. Muchahyadi, ketua panitia PORDES, menjelaskan sebenarnya penentuan tuan rumah turnamen ini bergiliran dari pedukuhan satu ke pedukuhan yang lain. Sayangnya, tak semua pedukuhan itu mempunyai lapangan dengan fasilitas yang memadai. “Kemarin rencana mau di (lapangan) Jombor. Tapi setelah kita survei, lapangannya kurang memadai. Selain dekat dengan rumah orang, tanah lapangannya sempit dan juga dekat pohon kelapa. Nanti takutnya pemain malah tidak nyaman,” jelas Muchahyadi.
ADVERTISEMENT
Karena pertimbangan itu, diadakanlah rapat yang mengundang seluruh perangkat dan tokoh-tokoh desa. Dari hasil rapat itu mereka semua sepakat bahwa turnamen voli PORDES akan diselenggarakan di Krapyak. “Di sana lapangan sudah ada dan tidak memerlukan biaya yang tinggi untuk pertandingan. Lagi pula orang-orang di sana sudah punya pengalaman dalam hal voli,” kata Muchayadi memberikan alasan dari keputusan rapat itu.
Berita ini akhirnya sampai juga kepada perkumpulan karang taruna Dusun Krapyak yang nantinya akan dipilih menjadi panitia pelaksana turnamen. Ternyata, tak semudah itu bagi mereka menyanggupi keputusan rapat desa karena di saat yang hampir bersamaan Dusun Krapyak akan menggelar pemilihan Ketua RT dan RW. Pelaksanaan pemilihan itu rencananya juga akan dipasrahkan pada karang taruna.
ADVERTISEMENT
Hal ini kemudian memunculkan dua opini yang saling berlawanan di tengah anggota mereka. Pihak yang setuju berpendapat, dipilihnya Lapangan Voli Krapyak sebagai lokasi turnamen dan penunjukkan sebagai panitia pelaksana akan menjadi keuntungan tersendiri bagi mereka karena akan menambah pemasukkan kas mereka dari uang parkir yang ditentukan Rp 5 ribu per motor.
Sementara pihak yang tidak setuju berpendapat mengurus dua acara sekaligus dalam waktu yang berdekatan akan terasa merepotkan. Apalagi biasanya dalam mengurus acara tidak semua anggota terlibat, sebab mereka masih punya banyak kesibukan lain di luar kegiatan karang taruna.
Akhirnya untuk memperlancar lahirnya keputusan, mereka mengadakan voting lewat grup WhatsApp yang dibuka selama sehari. Voting tersebut berjalan seru dan dramatis. Di awal setelah dibukanya voting, banyak anggota yang menyatakan tidak setuju, namun kemudian anggota yang setuju mulai memberikan suaranya. Di akhir voting jumlah suara setuju lebih banyak dari yang tidak setuju walaupun selisihnya tipis.
ADVERTISEMENT
Hasil voting kemudian ditindaklanjuti dengan diadakannya rapat khusus panitia pelaksana. Selain seluruh anggota karang taruna, rapat itu juga mengundang pengurus Persatuan Bola Voli Krapyak (PERVOKA). Rapat itu membahas anggaran yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan turnamen itu yang nantinya diajukan ke pemerintah desa. Di akhir rapat, diputuskan bahwa panitia pelaksana tidak akan sanggup menyelenggarakan PORDES apabila anggaran yang turun dari pemerintah desa tidak sesuai yang diharapkan.
Anggaran turun sekitar Rp 5 juta dari sekitar Rp 8 juta yang diajukan. Walaupun begitu, panitia pelaksana tetap menyanggupi karena toh anggaran yang turun lebih besar dari tahun sebelumnya. Akhirnya, Lapangan Bola Voli Krapyak resmi menjadi tuan rumah PORDES Sidoarum dua tahun berturut-turut.
Relokasi Lapangan
Pelatih memberikan arahan sebelum memulai pertandingan. Foto oleh : Yeyen
Warga Dusun Krapyak menjadikan bola voli sebagai hiburan sekaligus budaya mereka. Tiap malam, selalu ada latihan voli di Lapangan Krapyak. Jadwal latihan mereka dua hari untuk putra, dua hari untuk putri, sehari untuk bapak-bapak, dan dua hari lainnya digunakan untuk latihan tambahan bila tim bola voli mereka, PERVOKA, yang rutin mengikuti turnamen antar dusun.
ADVERTISEMENT
Lapangan voli yang digunakan saat ini sebenarnya belum genap dua tahun berdiri. Sebelum ada lapangan voli yang baru itu, para pemain voli berlatih di lapangan voli lama yang letaknya di seberang jalan selatan lapangan voli baru. Di sana mereka biasanya berlatih sore hari karena untuk menggelar latihan malam, lapangan itu tidak memiliki lampu. Di sanalah, di saat para pemain voli sedang berlatih di lapangan, anak-anak yang kebetulan sedang bermain di sana menggunakan bola voli untuk dimainkan bersama-sama di pinggir lapangan. Maka tak heran apabila banyak pemain voli di Dusun Krapyak mewariskan kemampuan voli mereka kepada anak-anak mereka.
Lapangan voli lama itu kemudian dipindahkan ke sebelah utara, tempat yang sebelumnya merupakan semak belukar. Lapangan voli lama itu kemudian menjadi tempat cuci mobil sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Pada awal berdirinya, lapangan voli yang baru itu belum dilengkapi lampu permanen. Saat itu latihan masih digelar pada sore hari. Lampu dipasang bila memang ada acara yang diadakan pada malam hari di sana, seperti pengajian pada malam syawalan dan lomba-lomba yang diadakan pada tiap peringatan 17-an. Lampu dilepas kembali apabila acara-acara tersebut sudah rampung terlaksana.
Lampu permanen baru dipasang untuk menyambut Turnamen Voli PORDES Sidoarum 2018. Saat itu Lapangan Voli Krapyak terpilih menjadi tuan rumah. Warga Dusun Krapyak sangat antusias menyambut momen itu. Pagar-pagar pendek terbuat dari bambu dan dicat putih, dipasang di sepanjang pinggir lapangan, kursi tribun dari kayu dan bambu seadanya dibuat, tiang lampu dipasang berikut pula dengan tiga buah lampu LED yang dipasang di pucuk tiangnya. Tak ketinggalan dibuat pula panggung papan skor dan panggung tempat wasit yang semuanya terbuat dari bambu. Menjelang acara, warga mengadakan kerja bakti setiap hari di sore hari.
ADVERTISEMENT
Turnamen Voli PORDES Sidoarum 2018 terselenggara dengan sukses. Setelah turnamen itu, lapangan itu kemudian digunakan untuk latihan warga Krapyak. Jadwal latihan dibuat. Pengguna lapangan itu dikenakan iuran sekadarnya. Uang yang terkumpul dari iuran itu digunakan untuk perawatan lapangan. Namun listrik yang digunakan untuk penerangan lampu masih berasal dari masjid yang letaknya persis di sebelah timur lapangan voli.
Pada suatu hari, listrik masjid mengalami kebakaran. Selama pemulihan, lapangan voli tidak bisa menggunakan listrik dari masjid. Praktis karena hal itu latihan tidak bisa dilaksanakan. Situasi ini bertahan selama hampir berminggu-minggu.
Dengan menjadi tuan rumah PORDES Sidoarum 2019, lapangan itu mendapat anggaran untuk mempunyai meteran listrik sendiri. Tagihan litrikpun akan dikenakan secara mandiri setiap bulannya.
ADVERTISEMENT
Megafon Memanggil Kerumunan
Tim Bola Voli Putri Dusun Cokrobedog (kuning) mengalahkan tim Dusun Kramat (biru) dalam final Pordes Sidoarum pekan lalu. Foto oleh : Agam Shani Rasyid
Malam itu selepas salat Isya, deretan lagu-lagu mulai diputar dari lapangan voli. Suaranya tersebar luas ke seluruh penjuru dusun melalui megafon yang dipasang pada bagian dahan yang terletak tinggi di atas pohon. Lagu-lagu itu ibarat seruan magis yang membuat para warga keluar dari rumah-rumah mereka menuju lapangan voli. Ibu-ibu datang bersama gerombolannya sambil memomong anak-anak mereka. Ada pula bapak-bapak yang datang sendiri. Anak-anak remajapun tak ketinggalan ikut bergabung bersama teman segerombolan mereka. Sementara para pemuda anggota karang taruna sudah stand by di lapangan. Merekalah yang mempersiapkan semua itu dari awal. Para penonton tak hanya datang dari warga Dusun Krapyak, namun juga warga dusun lain di Desa Sidoarum. Mereka bercampur baur di pinggir lapangan menanti pertandingan voli dimulai.
ADVERTISEMENT
Pak Kunto, datang dari Pedukuhan Protowangsan ke Lapangan Voli Kramat untuk menyaksikan anaknya sendiri bertanding voli. Selama hidupnya, dia sudah familiar dengan olahraga Bola Voli. Ayahnya dulu merupakan pelatih voli. Saudara perempuannya pernah menjadi bagian dari tim voli putri DIY yang tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON). Anaknya, bernama Indah, yang malam itu bermain sebenarnya sudah vakum bermain voli lama, sejak lulus SMA. Saat bekerja di Surabaya setelah lulus kuliah di tahun 2017, dia justru masuk tim bulu tangkis. Maka, pada malam itu, Indah mengaku tidak memiliki persiapan khusus dalam menghadapi turnamen ini.
Ada pula Ibu Supriyati. Dia datang mengendarai sepeda motor bersama anaknya dari Pedukuhan Sebaran. Sebaran merupakan pedukuhan yang letaknya paling barat di Desa Sidoarum dan berbatasan langsung dengan Desa Sidoakarto. Dia ditemani rombongan dari Sebaran yang terdiri dari lima gadis desa. Menurutnya, PORDES Sidoarum di sini justru kurang meriah karena tidak ada doorprize seperti halnya acara PORDES di Desa Sidokarto. Dia juga menyayangkan sistem undian yang dipakai untuk menentukan calon lawan yang membuat Pedukuhan Sebaran langsung bertemu tim kuat di pertandingan pertama.
ADVERTISEMENT
Adanya PORDES Sidoarum juga berdampak langsung bagi para penjaja makanan. Angkringan Bu Yanti yang berdiri persis di samping lapangan voli menjadi ramai. Penjaja Nasi Goreng keliling dipesan satu gerobak khusus bagi para pemain voli. Lalu ada pula Pak Ridwan penjaja bakso tusuk yang biasanya selesai berjualan selepas magrib. Dengan adanya PORDES ini, penjaja makanan yang sehari-hari menjual jajanannya pada anak-anak SD ini harus rela melanjutkan jualan hinga malam hari demi menjemput rezeki.
Cedera Menggagalkan Impian
Pemain tim Dusun Kramat melakukan smash dan dihadang oleh 2 pemain Dusun Cokrobedog dalam pertandingan semifinal Pordes Sidoarum 2019 pekan lalu. Tim Kramat menang dan puas menjadi juara 3. Foto oleh : Agam Shani Rasyid.
Tim voli putra dari Pedukuhan Potrowangsan di luar dugaan mampu unggul dua set langsung melawan Pedukuhan Bantulan pada pertandingan final Kamis malam (24/10). Tahun lalu di tempat yang sama, final juga mempertemukan Bantulan dan Potrowangsan. Saat itu tim Bantulan keluar sebagai juara setelah menang 3-1 dalam pertandingan yang berlangsung empat set itu. Namun malam itu Potrowangsan sudah memenangkan dua set pertama sehingga mereka unggul jauh 2-0. Hanya butuh satu set kemenangan lagi bagi Potrowangsan untuk meraih juara sekaligus membalas dendamnya di tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Bila Potrowangsan menang, sukacita tak hanya akan dirasakan tim yang menang, namun juga sebagian besar pendukung dari pedukuhan lainnya. Seperti tahun lalu, Bantulan seakan menjadi musuh bersama. Pendukung mereka terkenal keras. Mereka berteriak bahkan tak segan mengeluarkan berbagai umpatan selama pertandingan. Wasit mereka hujat, pemain tim lawan mereka intimidasi, dan masih banyak lagi perlakuan tak terpuji lainnya. Oleh karena itu tak heran mereka tidak disukai banyak orang. Mereka adalah antagonis dalam turnamen ini.
Walau begitu, tim voli mereka kuat. Mereka punya pemain yang punya lompatan tinggi dan pukulan bola yang kuat. Selain itu mereka juga punya iyang berpengalaman. Mereka tim favorit juara.
Namun di luar dugaan, tim Potrowangsan bermain enerjik dan penuh determinasi pada dua set pertama. Tim Bantulan bermain tanpa koordinasi, sering salah paham, dan berkali-kali kelihatan mereka dikuasai emosi. Smash yang mereka lakukan mudah sekali di-block dan ditangkis pemain Potrowangsan. Hal ini membuat pedukung mereka yang keras itu lebih banyak terdiam. Potrowangsan memenangkan dua set pertama. Berkaca dari permainan dua set sebelumnya, sepertinya Bantulan akan mudah dikalahkan.
ADVERTISEMENT
Pada awal-awal set ketiga, situasi tampaknya tak akan berubah sampai seorang pemain Potrowangsan yang bertubuh tinggi besar tiba-tiba tergeletak cedera setelah melompat untuk melakukan smash. Bagian lapangan tempat terjatuhnya pemain Potrowangsan itu persis berada di tempat yang sama dengan terjatuhnya pemain Kramat pada pertandingan semifinal sebelumnya. Ada penonton yang mengira tempat itu ada penunggunya. Namun seorang penonton asli Krapyak yang memang sering bermain voli di lapangan itu mengatakan di bagian itu permukaan tanah memang tidak rata.
Cederanya pemain bertubuh besar itu nyatanya berpengaruh bagi Tim Potrowangsan. Dalam sebuah pertandingan yang berjalan ketat, Tim Bantulan berhasil memenangkan set ketiga. Pemain yang cedera itu coba dimainkan kembali pada set keempat. Namun di tengah pertandingan pemain itu ditarik kembali karena tak sanggup melanjutkan pertandingan. Pemain itu berjalan keluar lapangan sambil terpincang-pincang.
ADVERTISEMENT
Kemenangan kembali diperoleh Tim Bantulan di set keempat, sehingga laga harus ditentukan pada set kelima. Set terakhir lagi-lagi berjalan ketat. Bantulan memenangkan set penentuan itu dan berhak atas gelar juara. Antagonis lagi-lagi menang.
Selesai pertandingan itu para penonton meninggalkan lapangan. Panitia membersihkan lapangan dari sampah. Lampu neon dipadamkan. Gelaran PORDES Sidoarum 2019 berakhir dan menyisakan beragam cerita baik bagi penonton dan pemain yang merasakan atmosfernya. (Agam Shani Rasyid / YK-1)