Seorang Dukun Membuat Sekarat Sendang Keramat Madusari, di Kalasan, Sleman

Konten Media Partner
18 September 2021 15:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang dukun melakukan ritual menyumbat Sendang Madusarai dan menakut-nakuti warga, jika tidak diperkecil, mata air itu akan menenggelamkan kampung di sekitarnya menjadi lautan.
Pohon preh di atas Sendang Madusari, Kalasan, Sleman, Sabtu (11/9). (Pandangan Jogja/Widi RH Pradana).
Sepuluhan bocah asyik bermain petak umpet di area mata air Sendang Madusari di Padukuhan Jarakan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Dinding-dinding batako penyekat antarsendang serta pohon-pohon gayam besar jadi tempat yang sangat ideal untuk bersembunyi. Tawa mulai pecah setiap anak yang jadi penjaga menemukan temannya yang bersembunyi. Ternyata, masih ada anak-anak zaman sekarang yang menemukan kebahagiaan tanpa gawai.
ADVERTISEMENT
Puas bermain petak umpet, salah seorang dari mereka mulai menceburkan dirinya ke sebuah kolam yang khusus disediakan untuk anak-anak. Tak menunggu lama, satu per satu temannya ikut menceburkan diri, laki-laki maupun perempuan. Ada yang melalui perosotan kecil, ada juga yang menunjukkan skill saltonya.
Muji Semi, 50 tahun, juga masih ingat dengan jelas masa kanak-kanaknya yang setiap hari diisi dengan serunya bermain di Sendang Madusari. Bersama teman-teman sebayanya, hampir setiap sore dia selalu bermain air di mata air itu. Bedanya, dulu tak ada dinding-dinding batako. Tiap kolam dibatasi oleh tanaman pandan yang tumbuh rimbun menjelma dinding pembatas antara satu kolam dengan yang lain.
“Istimewa sekali Sendang Madusari dulu,” kata Muji, Sabtu (11/10).
Anak-anak sedang bermain air di Sendang Madusari, Kalasan, Sleman, Sabtu (11/9). (Pandangan Jogja/Widi RH Pradana).
Kini, selang empat dekade Muji dipercaya sebagai Dukuh Jarakan sekaligus juru kunci Sendang Madusari. Sekitar 40 tahun silam, Sri Sultan Hamengku Buwono X sebelum diangkat menjadi raja pernah datang ke sendang itu. Dia datang untuk meresmikan sendang tersebut sekaligus membangun dinding-dinding batako pembatas sendang.
ADVERTISEMENT
“Sri Sultan juga yang kasih nama Madusari,” ujarnya.
Sayangnya, beberapa tahun setelah pembangunan itu justru debit air Sendang Madusari mulai mengecil. Apalagi setelah ada seorang dukun yang melakukan ritual menyumbat sumber mata air tersebut pakai ijuk. Dukun itu menakut-nakuti warga, jika tidak diperkecil, mata air itu akan menenggelamkan kampung di sekitarnya menjadi lautan. Tapi tak lama setelah dukun tersebut menjalankan ritual, mata airnya justru menjadi jauh lebih kecil.
“Mungkin karena terhambat sama pondasi-pondasi buat tembok itu, saya juga kecewa sebenarnya, dulu padahal asri banget,” lanjutnya.
Kendati mengecil, namun mata air Sendang Madusari tak pernah kering. Saat ini, airnya masih digunakan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan sehari-hari, mulai untuk keperluan konsumsi, mandi, mencuci, rekreasi dan tempat bermain anak-anak, kolam ikan, serta untuk keperluan pertanian.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun yang lalu sempat ada perusahaan air minum yang datang untuk membuat sumur bor untuk keperluan komersil. Tapi dengan tegas, Muji menolak tawaran tersebut karena takut ketika dibangun sumur bor, mata air yang kini sudah mengecil itu akan benar-benar mati.
“Berapapun mereka bawa uang, enggak akan saya izinkan. Sendang Madusari ini hanya untuk masyarakat. Titik,” kata Muji tegas.
Air yang Menyembuhkan
Pohon preh di atas Sendang Madusari, Kalasan, Sleman, Sabtu (11/9). (Pandangan Jogja/Widi RH Pradana).
Layaknya sendang-sendang mata air lain, banyak juga orang yang menganggap Sendang Madusari sebagai tempat yang sakral dan keramat. Tiap malam Jumat dan Selasa Kliwon, pasti ada orang yang mandi dan semedi di sendang tersebut. Mereka datang dari berbagai tempat, untuk bermacam tujuan. Ada yang ingin disembuhkan dari penyakitnya, ingin dilancarkan rezekinya, ada yang ingin naik pangkat, dan masih banyak lagi. Pada bulan Suro kemarin, bahkan tiap malam selalu ada yang datang untuk mandi dan semedi di Sendang Madusari.
ADVERTISEMENT
“Intinya ingin urusannya dimudahkan,” ujar Muji.
Percaya atau tidak, hal itu memang benar terjadi. Muji menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang di kampungnya begitu mudah naik jabatan di perusahaannya dan dilancarkan rezekinya setelah mandi dan bersemedi di Sendang Madusari. Dia juga pernah mengajak seorang temannya yang sudah bertahun-tahun mengidap penyakit jantung.
“Sampai dokter sudah angkat tangan, saya coba ajak ke sini buat minum air sendang. Alhamdulillah sekarang sudah sehat,” lanjutnya.
Sendang Madusari memang masih dikenal sebagai sendang yang sakral dan suci. Aura mistik di sendang itu menurut Muji juga masih kuat. Pernah ada kelompok orang yang ingin membuat video di sendang itu, tapi karena tak izin dulu, baru akan mulai banyak dari kru yang semaput dan kesurupan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, belum pernah terdengar kabar ada warga yang melihat penampakan hantu atau makhluk halus di sendang itu.
“Saya kira yang tunggu di situ itu baik semua, asal kita sopan enggak neko-neko, mereka pasti baik sama kita,” ujarnya.
Habitat Burung, Biawak, Luwak, sampai Sanca
Seorang warga sedang mandi di Sendang Madusari, Kalasan, Sleman, Sabtu (11/9). (Pandangan Jogja/Widi RH Pradana).
Tiap pagi, mulai pukul delapan, Sendang Madusari menjelma seperti ruang orkestra untuk berbagai jenis burung. Berbagai jenis burung, mulai dari tengkek, puter, perkutut, jalak, kutilang, serta trucukan akan berlomba-lomba mengeluarkan suara terbaiknya.
“Tuh buktinya, itu suara burung langka, namanya tengkek, di tempat lain sudah jarang,” kata Muji menjelaskan suara burung yang baru saja terdengar.
Tak hanya burung, di sekitar sendang karena wilayahnya masih cukup rimbun oleh berbagai jenis pohon dan semak juga masih banyak dijumpai hewan-hewan liar. Misalnya yang sering terlihat seperti regul atau berang-berang air, luwak atau garangan, sampai ular sowo atau sanca kembang. Namun, karena hewan-hewan tersebut kerap memangsa ternak warga seperti ikan atau ayam, hewan-hewan tersebut banyak diburu.
ADVERTISEMENT
“Sebenarya kan enggak boleh, tapi gimana lagi, warga juga terganggu. Saya pernah melihara ayam, juga habis dimakan ular sowo,” ujarnya.
Bahkan dulu setiap menjelang maghrib selalu terlihat seekor ikan truno, yakni ikan berkepala lele namun badannya hanya berupa duri. Ikan tersebut berenang dari mata air pertama lalu mengitari seluruh area sendang dan kemudian menghilang. Ikan truno itu dipercaya sebagai danyang atau penunggu Sendang Madusari.
“Semua orang bisa lihat, sekarang sudah jarang. Katanya ada satu dua yang masih lihat, tapi jarang,” kata Muji.
Pohon Preh dan Gayam yang Menghidupi
Tiga pohon gayam berukuran sedang di Sendang Madusari, Kalasan, Sleman, Sabtu (11/9). (Pandangan Jogja/Widi RH Pradana).
Ada satu pohon utama yang berada tepat di atas mata air terbesar Sendang Madusari, yakni pohon preh dengan ukuran cukup besar. Tak ada yang tahu berapa tahun usia pohon itu, tapi kalau hanya seratus tahun Muji yakin lebih. Pasalnya, ketika dia kecil, yang artinya sudah 50 tahun silam, pohon tersebut juga sudah sebesar itu.
ADVERTISEMENT
Selain pohon preh, ada beberapa pohon gayam yang juga berada di kawasan sendang. Dua pohon gayam memiliki ukuran cukup besar, sedangkan yang lainnya memiliki ukuran sedang. Semua pohon itu diikat menggunakan kain poleng dengan motif kotak-kotak hitam dan putih.
“Itu biar bersih aja, bukan karena mistik atau apa,” ujar Muji.
Dia percaya, pohon preh dan gayam itulah yang menjaga mata air Sendang Madusari masih mengalir sampai sekarang. Tanpa pohon-pohon itu, maka mata air Sendang Madusari bukan hanya mengecil, bisa jadi benar-benar mati.
“Setelah saya pelajari, ternyata pohon gayam itu kan bagus banget buat nyimpan air,” lanjutnya.
Tiga pohon gayam berukuran sedang di Sendang Madusari, Kalasan, Sleman, Sabtu (11/9). (Pandangan Jogja/Widi RH Pradana).
Beberapa kali, Muji dan masyarakat setempat juga melakukan penanaman berbagai jenis pohon. Tujuannya tak lain untuk menjaga mata air Sendang Madusari yang sangat penting bagi masyarakat Jarakan itu tetap hidup, syukur-syukur debitnya bisa kembali sebesar dulu.
ADVERTISEMENT
Muji juga sudah punya rencana untuk membuat kawasan Sendang Madusari menjadi kawasan wisata. Selain supaya bisa lebih nyaman untuk bermain anak-anak setempat, dia juga berharap setelah dijadikan tempat wisata nantinya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Karena secara suasana udah mendukung, rindang, sejuk, alami. Secara mistik kan juga kuat, jadi potensinya besar kalau dijadikan wisata,” kata Muji Semi.