Si Abah, Macan Tutul Jawa Dilepasliarkan di Gunung Sawal, Ciamis

Konten dari Pengguna
27 Agustus 2020 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Si Abah. Sumber Foto: Dok. BBKSDA Jabar
zoom-in-whitePerbesar
Si Abah. Sumber Foto: Dok. BBKSDA Jabar
ADVERTISEMENT
Setelah menjalani masa perawatan selama kurang lebih dua bulan di Bandung Zoological Garden atau Kebun Binatang Bandung, Si Abah akhirnya dilepasliarkan kembali ke habitatnya.
ADVERTISEMENT
Si Abah adalah seekor individu macan tutul Jawa yang ditangkap oleh warga di kawasan kaki Gunung Sawal, Desa Cikupa pada 25 Juni silam. Macan tutul jawa berusia 11 tahun itu kemudian dirawat di Bandung Zoological Garden untuk menjalani masa rehabilitasi sebelum dilepasliarkan kembali di habitat aslinya.
Mengutip rilis yang diterbitkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Si Abah telah dilepasliarkan kembali ke habitatnya di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat pada Selasa (25/8) kemarin.
“Si Abah saat ini terlihat aktif dan meraung serta mengalami defekasi dan urinasi secara normal. Jadi, secara klinis sudah siap dilepasliarkan,” ujar Kepala BBKSDA Jawa Barat, Ammy Nurwati.
Macan tutul jawa merupakan salah satu ikon satwa liar di Pulau Jawa yang masih hidup sampai sekarang. Satwa liar ini merupakan satu dari sembilan anak jenis atau subspesies macan tutul yang masih hidup di dunia. Macan tutul jenis ini juga hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan, serta kawasan konservasi di Pulau Jawa dan beberapa pulau di sekitarnya seperti Pulau Kangean dan Nusakambangan.
ADVERTISEMENT
“Eksistensinya sebagai predator puncak di hutan perlu dipertahankan. Jangan sampai kepunahan yang menimpa harimau Jawa juga dialami oleh macan tutul Jawa,” lanjutnya.
Karena itu, menurutnya berbagai upaya untuk menjaga habitat macan tutul merupakan keniscayaan. Upaya tersebut misalnya melalui perlindungan kawasan maupun melalui pembinaan habitat untuk menjamin ketersediaan pakan macan tutul di habitatnya.
“Pemerintah, sejak diterbitkannya PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, telah memasukkan macan tutul jawa sebagai salah satu satwa dilindungi diperkuat dengan terbitnya Permen LHK Nomor P20/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi” ujar Ammy.
Spesies Kunci yang Makin Tersudut
Kepala BBKSDA Jawa Barat, Ammy Nurwati sesaat sebelum pelepasliaran Si Abah. Sumber Foto: Dok. BBKSDA Jabar.
Hendra Gunawan dkk dalam jurnalnya yang berjudul Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) di Landskap Hutan Produksi yang Terfragmentasi, yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, menuliskan bahwa sebagai predator puncak, macan tutul menjadi spesies kunci di hutan Jawa saat ini.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, spesies kunci itu tengah menghadapi ancaman kepunahan yang serius. Ancaman kepunahan itu terutama disebabkan karena adanya fragmentasi habitat. Misalnya di Jawa Tengah, 83,84 persen huannya merupakan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani.
“Oleh karena itu pelestarian macan tutul sangat tergantung pada keadaan hutan produksi tersebut. Sejak krisis moneter, hutan produksi di Jawa Tengah terus mengalami deforestasi dan fragmentasi,” tulis Hendra Gunawan dkk.
Fragmentasi ini terutama disebabkan oleh kegiatan pembangunan jalan, perkampungan, serta pertanian. Fragmentasi ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah atch, penurunan luas class area, peningkatan total edge, penurunan core area index, serta peningkatan mean shape index.
Fragmentasi ini telah mengakibatkan isolasi populasi, degradasi kualitas habitat, serta penyempitan habitat yang secara sendiri atau bersama-sama mengancam kelestarian macan tutul. Terlebih macan tutul termasuk satwa yang sangat selektif, dia akan memilih karakter habitat yang berbeda untuk tiap kegiatan yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
“Macan tutul memilih fitur-fitur habitat tertentu untuk berbagai aktivitasnya, seperti tempat berlindung, tempat melindungi dan memelihara anak, tempat berburu, tempat istirahat, tempat mengasuh anak, dan tempat untuk penandaan teritori,” lanjutnya.
Sebagai predator puncak, macan tutul jawa memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kesimbangan di habitatnya. Di alam, beberapa satwa yang biasa menjadi mangsa favoritnya di antaranya kijang, monyet abu-abu, lutung, babi hutan, serta anjing kampung.
Belum ada kepastian, berapa populasi individu macan tutul Jawa yang masih hidup di habitatnya. Tapi yang jelas, The IUCN Red List of Threatened Species telah mengkategorikan macan tutul jawa sebagai critically endangered serta termasuk dalam Appendix I CITES. (Widi Erha Pradana / YK-1)