Tuntutan Cepat Lulus Makin Tinggi, Mahasiswa Makin Ogah Jadi Aktivis

Konten Media Partner
6 Agustus 2022 17:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua BEM KM UGM (Kanan), Muhammad Khalid. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ketua BEM KM UGM (Kanan), Muhammad Khalid. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembatasan masa studi mahasiswa yang semakin singkat dinilai telah membuat semakin sedikit mahasiswa yang aktif dalam kegiatan-kegiatan di luar kelas. Ketimbang menjadi seorang aktivis, mahasiswa kini lebih memilih hanya fokus dalam urusan akademik supaya bisa lulus tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Khalid. Karena saat ini masa studi mahasiswa dibatasi hanya 10 semester atau 5 tahun saja, dia mengaku kesulitan mencari mahasiswa yang mau aktif di BEM.
“Sekarang, yang saya alami di BEM, nyari orang itu susah. Semakin sedikit orang-orang yang tertarik pada dunia aktivisme,” kata Muhammad Khalid ketika dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan, Sabtu (6/8).
Ketimbang aktif di organisasi mahasiswa, mahasiswa sekarang menurut dia lebih suka mengikuti program-program kampus merdeka yang diselenggarakan pemerintah, seperti magang di industri. Apalagi, program-program kampus merdeka dinilai lebih menguntungkan karena mendapatkan uang saku atau fee serta dapat dikonversikan menjadi bobot SKS.
ADVERTISEMENT
“Mahasiswa sekarang mungkin tipikalnya lebih realistis dan pragmatis ya,” ujarnya.
Sebagai Ketua BEM KM UGM, dia juga mengaku aturan ini sangat memberatkan. Sebab, saat ini dia dan pimpinan BEM KM UGM lain yang sedang menjabat sudah berada di semester 9, yang artinya jatah masa studi mereka hanya tinggal 1 semester saja.
“Jadi kondisi kami cukup kritis sebenarnya, sehingga sebelum aktif di BEM kami harus sudah selesai dulu masalah akademik, kayak skripsi dan sebagainya,” kata Muhammad Khalid.
Hal serupa disampaikan oleh aktivis mahasiswa UGM yang juga peserta gerakan Gejayan Memanggil, Anju Gerald. Menurut dia, pembatasan studi yang semakin singkat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan gerakan mahasiswa.
Apalagi biaya kuliah juga semakin mahal. Dalam dua dekade terakhir, tercatat kenaikan biaya kuliah mengalami kenaikan mencapai 9.900 persen. Tingginya biaya kuliah ini membuat mahasiswa akan berpikir ulang untuk aktif di luar perkuliahan.
ADVERTISEMENT
“Pada akhirnya orang akan merasa sayang, karena bayar kuliah mahal tapi dia harus kuliah lama, tidak cepat-cepat lulus,” kata Anju Gerald.
Sistem pendidikan di dalam perguruan tinggi menurut dia juga hanya sebatas menyiapkan mahasiswanya untuk menjadi pekerja di korporasi. Memang, hal itu dibutuhkan untuk mahasiswa setelah lulus nanti. Namun, ada hal lain juga yang menjadi kewajiban perguruan tinggi, dii antaranya memperluas pengetahuan dan menajamkan daya kritis mahasiswa.
“Fungsi itulah yang saat ini direduksi. Masa studi yang semakin dibatasi memang pengaruh banget, bukan hanya untuk aktivisme, tapi juga kegiatan di luar kampus lain. Makin ke sini mahasiswa lebih senang magang ketimbang berorganisasi,” ujarnya.