news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Usaha Raksasa Bakpia Jogja Menaklukkan Corona

Konten dari Pengguna
13 September 2020 12:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karyawan Bakpia 25 bersiap menerima pelanggan. Foto: Widi Erha.
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan Bakpia 25 bersiap menerima pelanggan. Foto: Widi Erha.
ADVERTISEMENT
Melewati Maret-Mei dengan rumit, beberapa waktu terakhir, manajemen dan karyawan Bakpia Pathok 25 bisa sedikit bernapas lega. Dibukanya lagi sektor pariwisata di Jogja, membuat penjualan bakpia di Bakpia Pathok 25 menunjukkan tren positif. Perlahan, grafik penjualan terus meningkat, meski jika dibandingkan dengan situasi normal prapandemi masih sangat jauh.
ADVERTISEMENT
Dibukanya lagi sektor pariwisata benar-benar menjadi angin segar. Apalagi selama pandemi ini, Bakpia Pathok 25 tetap mempertahankan metode konvensional untuk memasarkan produk mereka, tidak kemudian beralih ke penjualan online seperti yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan lain.
“Sekarang kalau weekend bisa 50 sampai 60 persen dari sebelum Covid ya, kalau hari biasa ya sekitar 30 sampai 35 persen,” kata Ahmad Sudrajat, Supervisor Bakpia Pathok 25 ketika ditemui, Senin (7/9).
Masa-masa paling sulit sudah dilewati, yakni medio Maret sampai Mei. Selama tiga bulan itu, sektor pariwisata bisa dikatakan benar-benar lumpuh. Dan sebagai bisnis yang menggantungkan cuannya pada wisatawan, Bakpia Pathok 25 benar-benar kelimpungan mendapat hantaman pandemi.
Kendati nyaris tidak ada pelanggan, tapi mereka tetap beroperasi. Meski di awal-awal pandemi, dari delapan toko, hanya tiga yang beroperasi. Kapasitas produksi juga diturunkan, hingga hanya 10 persen dibandingkan dengan hari-hari sebelum pandemi. Perlahan, sejak akhir Juli satu per satu toko cabang mereka mulai beroperasi kembali, hingga sekarang seluruh toko cabang sudah beroperasi seperti biasa.
ADVERTISEMENT
“Kalau sekarang sudah agak lumayan, sudah mulai agak naik lagi. Tapi memang belum bisa menyamai seperti sebelum Covid,” lanjutnya.
Tetap Menggaji Penuh Karyawan Meski Diliburkan
Ahmad Sudrajat, Supervisor Bakpia Pathok 25. Foto: Widi Erha Pradana.
Karena kapasitas produksi berkurang, otomatis tenaga yang dibutuhkan juga berkurang. Pihak manajemen harus memberlakukan pola kerja bergantian kepada karyawannya, seminggu masuk seminggu libur. Selain supaya lebih efisien, penerapan sistem ini juga dimaksudkan untuk menjaga kondisi para karyawan supaya mereka punya waktu istirahat lebih lama sehingga bisa tetap fit di tengah situasi genting pandemi.
“Tapi walaupun mereka diliburkan, mereka tetap digaji full. Di atas UMR bahkan, sampai uang zakat, THR, semua diberikan selama tiga bulan pertama. Jadi sebisa mungkin perusahaan tetap memberikan yang terbaik untuk karyawan,” ujar Ahmad Sudrajat.
ADVERTISEMENT
Karyawan yang menjadi tanggungan Bakpia Pathok 25 tidak sedikit, total ada sekitar 200an orang. Pemberian gaji secara penuh menurut Ahmad bertujuan untuk memberikan efek tenang kepada karyawan, bahwa situasi pasti akan membaik. Dengan diberikannya hak-hak karyawan secara utuh, diharapkan bisa menyuntikkan energi semangat ke mereka untuk tetap bekerja secara maksimal.
“Akhir Juli sudah mulai normal lagi, dan Alhamdulillah sekarang kita sudah bisa mempekerjakan seluruh karyawan kita meski dengan porsi kerja yang lebih sedikit,” lanjutnya.
Selain membuat berbagai inovasi seperti mengeluarkan varian bakpia baru, memberikan suntikan semangat dan keyakinan kepada karyawan merupakan kunci perusahaan bisa tetap bertahan di tengah situasi pelik. Mungkin terdengar klise, tapi menurut Ahmad, itulah kunci Bakpia Pathok 25 bisa tetap bertahan bahkan telah berhasil melewati masa-masa kritis selama beberapa bulan ke belakang.
ADVERTISEMENT
Ahmad Sudrajat meyakini, bahwa sebesar apapun perusahaan, tanpa karyawan, perusahaan tidak akan bisa melakukan apa-apa.
“Kita tekankan ke mereka, bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya,” ujarnya.
Dan benar, ketika pandemi panjang membuat banyak orang hampir putus asa, perlahan Tuhan mulai menunjukkan jalan terang. Ini adalah pelajaran penting bagi Ahmad, tidak ada yang menyangka bakal terjadi pandemi yang merupakan masa-masa paling sulit sejak Bakpia Pathok 25 berdiri pada 1980. Bahwa ketika perusahaan memberikan yang terbaik untuk para pekerjanya, maka pekerja juga akan membalasnya dengan kesetiaan dan kemampuan terbaik yang mereka punya.
“Bisa saja karyawan kita pergi di saat situasi sulit begini. Tapi karena sejak awal kita juga kasih yang terbaik untuk mereka, maka mereka juga tetap setia menemani kami di saat-saat sulit begini,” ujar Ahmad Sudrajat.
ADVERTISEMENT
Menjadikan Masa Pandemi untuk Berbenah
Keramaian salah satu cabang Bakpia 25 di masa sebelum pandemi. Foto: YK-1
Memutuskan untuk tetap membuka beberapa tokonya, membuat manajemen perusahaan harus menyiapkan berbagai fasilitas seperti protokol kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah. Di awal-awal, mereka langsung menyiapkan tempat cuci tangan, pengukur suhu tubuh, penggunaan masker untuk semua pekerja, serta membuat tata ruang yang memungkinkan untuk menerapkan physical distancing.
Masa-masa awal pandemi juga menjadi momentum bagi perusahaan untuk berbenah. Misalnya menyiapkan fasilitas-fasilitas yang bertujuan untuk membuat pelanggan merasa lebih nyaman ketika nantinya situasi sudah mulai normal lagi.
“Kemudian mesin-mesin kalau tidak dipakai kan malah lebih cepat rusak, jadi tetap kita panasi, dibersihkan. Apa yang kurang kita lengkapi, supaya nanti kalau ramai lagi kita enggak terlalu repot,” ujar Ahmad Sudrajat.
ADVERTISEMENT
Alat-alat produksi seperti oven, mixer, dan sebagainya yang rusak namun selama ini belum sempat diperbaiki juga mulai diperbaiki. Atau menyiapkan kardus-kardus kemasan, apapun yang bisa dilakukan untuk menyiapkan untuk mendukung operasional perusahaan di masa yang akan datang.
Ahmad percaya, bahwa akan ada masanya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta akan meledak lagi, karena selama ini hasrat untuk berwisata sudah lama ditahan. Ketika selama ini perusahaan memanfaatkan waktu luang yang ada untuk bersiap-siap, maka mereka bisa melayani pelanggan seoptimal mungkin.
“Kita malah punya kesempatan untuk prepare. Prepare untuk menghadapi kalau nanti ramai lagi kita enggak kaget,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)