Zara Dihujat Warganet Saat Sampaikan Duka untuk Laura, Ini Kata Psikolog UGM

Konten Media Partner
19 Desember 2021 20:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adhisty Zara. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Adhisty Zara. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
ADVERTISEMENT
Ungkapan duka yang disampaikan mantan member JKT48, Adhisty Zara atas meninggalnya Laura Anna pada Rabu (15/12), justru mendapat kecaman dari warganet. Zara bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter gegara ucapannya itu. Pasalnya, warganet menilai ucapan bela sungkawa yang dituliskan oleh Zara melalui media sosial Instagramnya dinilai tidak etis dan tidak memiliki empati.
ADVERTISEMENT
Rest in peace Lora sayang. Sekarang kamu udah nggak sakit lagi! Nanti kit joget bareng lagi,” tulis pemeran film Dua Garis Biru itu di Instastory miliknya, Rabu (15/12).
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sutarimah Ampuni, mengatakan bahwa apa yang dituliskan oleh Zara kepada Laura di media sosialnya sebenarnya bukanlah ungkapan duka. Apa yang dia tuliskan, menurutnya lebih tepat disebut sebagai salam perpisahan kepada seorang teman.
“Menurut saya (Zara) bukan sedang mengucapkan bela sungkawa. Dia sedang mengucapkan farewell kepada temannya yang meninggal,” kata Sutarimah Ampuni ketika dihubungi, Kamis (16/12).
Hal itu menurut dia sah-sah saja diucapkan seseorang kepada temannya yang meninggal sebagai tanda keakraban. Karena itu, salam perpisahan kerap kali cenderung memasukkan kenangan atau pengalaman personal antara seseorang dengan temannya yang meninggal.
ADVERTISEMENT
“Tidak salah juga kalau seseorang mau mengucapkan farewell kepada yang meninggal. Kan banyak juga orang yang bilang misalnya, sampai ketemu lagi di surga ya,” lanjutnya.
Namun, publik luas memang sulit mengerti apa perbedaaan keduanya. Sehingga ucapan farewell semestinya diucapkan di lingkungan kecil saja karena bisa menimbulkan salah tafsir karena tidak mengerti konteks hubungan personal antara yang mengucapkan farewell dan yang meninggal.
Sementara itu, untuk ungkapan bela sungkawa menurut Sutarimah, bukan ditujukan kepada orang yang meninggal, melainkan kepada pihak yang ditinggalkan seperti keluarga. Pasalnya, jika ada seseorang yang meninggal, maka pihak yang akan paling berduka adalah keluarga atau orang-orang terdekatnya.
Ketika mengungkapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan, tentunya harus menunjukkan simpati, kepedulian, serta empati. Dengan begitu, ungkapan bela sungkawa yang disampaikan bisa sedikit membantu keluarga yang ditinggalkan untuk lebih tabah melepaskan anggota keluarganya yang telah meninggal.
ADVERTISEMENT
“Perlu juga memberi kata-kata dan gestur yang menguatkan dan menghibur meski sedikit,” ujar Sutarimah Ampuni. (Widi Erha Pradana / YK-1)