Ahmad Maufur Masuk 30 Besar Finalis Duta Tani Muda 2018

Konten Media Partner
20 Oktober 2018 20:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahmad Maufur Masuk 30 Besar Finalis Duta Tani Muda 2018
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Maufur saat pembuatan video berdurasi 3 menit untuk dipilih oleh masyarakat Indonesia. (foto: bentar)
ADVERTISEMENT
BOJONG - Ahmad Maufur, petani muda asal Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal masuk 30 besar finalis Duta Tani Muda 2018. Para finalis wajib mengirim video berdurasi 3 menit untuk dipilih oleh masyarakat Indonesia.
Video yang dibuat mengenai mengapa kamu memilih jadi petani? Persoalan petani Indonesia yang mendesak apa dan apa solusinya. Promosi dan voting video tersebut di laksanakan pada 15 – 21 Oktober 2018 pukul 24.00 WIB.
Maufur kepada panturapost.com kemarin menuturkan, dari vote tersebut akan dipilih 10 orang untuk diberikan Pelatihan Bisnis Inovatif dan Peningkatan Kapasitas Diri di Jakarta. Dan, satu peserta pelatihan terbaik berhak mendapat kesempatan kunjungan belajar sektor pertanian di Australia.
Petani muda yang hanya lulusan SMP itu optimis masuk dalam 10 besar. “Alhamdulillah sampe sekarang, saya dapat vote terbanyak. Semoga dengan sisa satu hari lagi, masih dalam 10 besar,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Dalam ajang itu, Maufur mengaku hanya ingin belajar dan mendapat pengalaman dalam pertanian bawang putih. “Saya cuma lulusan SMP. Mungkin di sana banyak yang sarjana,” ujarnya.
Baginya, petani bukan profesi rendahan. Petani menjadi jatung kehidupan bagi setiap manusia tanpa terkecuali. Petani yang bekerja secara profesional dan berintegritas bisa sejajar para petinggi.
Ahmad Maufur Masuk 30 Besar Finalis Duta Tani Muda 2018 (1)
zoom-in-whitePerbesar
Maufur
Maufur menceritakan, Desa Tuwel pernah mengalami kejayaan dalam bidang pertanian bawang putih, sekitar tahun 1980/1990-an. Kejayaan petani bawang putih tergambar dalam pembuatan masjid begitu besar. Dan, juga ada arisan haji.
"Pada tahun 1907-an, saat kran Impor dibuka, harga bawang putih jatuh,” kata dia.
Bawang putih impor lebih murah dan menarik. Akhirnya para petani bawang putih di Tuwel mengalami kerugian besar. Banyak yang gulung tikar dan menjual sawahnya. Para pemuda yang kehilangan mata pencarian akhirnya merantau ke luar kota.
ADVERTISEMENT
Putra H. Toip dan Hj Sani itu juga sempat merantau ke luar kota. Pada tahun 2002, ia berjualan nasi goreng. Namun hanya bertahan tiga bulan dan pulang ke kampung halaman. Maufur kembali bercocok tanam sayur sayuran. Menjadi petani seperti orang tuanya.
Pada tahun 2015, ada pengembangan budidaya bawang putih. Bank Indonesia (BI) membuat demplot 3000 meter di tanah/sawah untuk bawang putih. BI mendatangkan Prof Sobir dari IPB Bogor untuk mengecek tanah, dan air, apakah masih layak untuk budidaya bawang putih.
“Prof Sobir mengajari proses budidaya, cara cari benih yang bagus, standar operasional, pengolahaan pasca panen dan pembuatan benih dll,” tutur Maufur.
Didampingi Prof Sobir, demplot berhasil panen yang memuaskan. Dari 3000 meter lahan demplot, berhasil panen 6,2 ton.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu Maufur dan teman-teman kekurangan tenaga kerja dalam budidaya bawang putih yang merupakan kerjasama BI, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Tan-KP) Kab. Tegal dan KODIM.
Setelah demplot tahun 2015 berhasil, pada tahun 2016, demplot ditambah 20 hektar dengan jumlah 70 petani bawang putih. Namun karena musim kemarau basah, akhirnya gagal panen dan para petani banyak yang rugi besar.
Maufur dan teman-teman dalam kelompok "Berkah Tani", yang didirikan tahun 2007, tidak menyerah. Pada tahun 2017 mendapatkan bantuan lagi dari BI dalam bentuk bibit bawang putih dari Sembalun NTB Lombok. Saat itu Maufur mengambil bibit bawang putih dengan pihak BI di Lombok pas ada gempa. Jumlah bibit 1,5 ton. Hasil panennya sangat bagus.
ADVERTISEMENT
“Semua hasil panen buat pembibitan untuk penanaman bawang putih pada tahun 2018.”
Pada tahun 2018, Maufur bekerja sama dengn importir. Penanaman bawang putih di tahun 2018 mencapai 172 hektar. Jumlah petani yang aktip mencapai 270 petani dengan lahan di Desa Tuwel dan Rembul.
“Tahun ini sudah banyak yang panen. Dari 172 hektar, yang belum proses penanaman sekitar 13 hektar,” pungkasnya. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh