Alami Gangguan Jiwa, Ibu Satu Anak di Tegal Menolak Dibelenggu

Konten Media Partner
11 Februari 2020 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakonah dan ibunya Wasmirah saat kedatangan petugas medis dari Puskesmas Kaligangsa, di kediamannya Selasa (11/2/2020). (Foto: Setyadi)
zoom-in-whitePerbesar
Wakonah dan ibunya Wasmirah saat kedatangan petugas medis dari Puskesmas Kaligangsa, di kediamannya Selasa (11/2/2020). (Foto: Setyadi)
ADVERTISEMENT
TEGAL - Wakoyah (36), warga Kelurahan Kaligangsa, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, yang mengalami gangguan jiwa akhirnya terlepas dari belenggunya, Selasa (11/2/2020).  Sebelumnya, keluarga terpaksa mengurung Wakoyah dalam kamar, karena khawatir akan pergi meninggalkan rumah dan membahayakan jiwanya. Kondisi kejiwaan Wakoyah, oleh petugas medis disebut sudah mulai membaik.
ADVERTISEMENT
Ditemui di kediamannya, ibu satu anak ini wajahnya nampak segar dan bersih. Layaknya orang normal, wajahnya penuh senyum ramah. Dilihat sekilas ia, seperti tak mengalami gangguan jiwa.
Bahkan, sesekali Wakoyah turut menyambung pembicaraan saat petugas medis dari Puskesmas Margadana melakukan wawancara dengan ibunya, Wasmirah, didampingi Darto, ayahnya.
"Keningapa nyong dirante? pada bae menungsane ka (Kenapa saya dirantai? sama-sama manusia kok)" kata Wakoyah (36), dalam bahasa Tegal dihadapan ibunya, Wasmirah, dan petugas Puskesmas.
Wakoyah mengaku tak nyaman dengan kondisinya saat dikurung di dalam kamar dan kakinya harus dibelenggu dengan rantai besi dan digembok. Meski tak aktif berbicara, namun ia tampak menyimak dengan seksama pembicaraan orang. "Kadang jenuh di rumah, penginnya pergi jalan-jalan," kata Wakoyah.
Wakonah dan ibunya Wasmirah saat kedatangan petugas medis dari Puskesmas Kaligangsa, di kediamannya Selasa (11/2/2020). (Foto: Setyadi)
Sementara menurut Wasmirah, anaknya tersebut sempat mengalami stres cukup berat setelah rumahnya tangga pertamanya kandas. Pernikahan kedua kembali kandas membuat kejiwaannya kembali tergoncang. Setidaknya peristiwa itu sejak 10 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Suami keduanya pergi sejak anaknya berusia 40 hari. Itu yang bikin anak saya kemudian bicaranya sering ngelantur dan maunya pergi-pergi dari rumah," kata Warkonah, sambil meneteskan air mata.
Kata Wasmirah, ia tak mau kembali kehilangan anaknya itu. Dulu anaknya pernah pergi cukup lama dan baru kembali. Itulah yang menjadi alasannya untuk mengawasi anaknya lebih ketat. "Takutnya pergi pergi lagi," kata Wasmirah.
Sedangkan rantai besi dan gembok, disiapkan jika kondisinya di luar kendali. Karena emosionalnya yang masih berubah-ubah. Bahkan pernah sesekali mengamuk.
Wasmirah dan suaminya, Darto, yang usianya semakin rentan tak mampu menghalangi jika anaknya tersebut sampai mengamuk. "Tidak selalu di rantai. Hanya disiapkan jika sewaktu-waktu mengamuk. Itu juga baru-baru saja," aku Wasmirah.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Wasmirah mengaku enggan merujuk anaknya ke rumah sakit. Ia akan berusaha sekeras mungkin agar anaknya sembuh. Selain menjalani terapi pengobatan, siraman kasih sayang seorang ibu menjadi hal yang ia yakini bisa mengobati jiwanya. "Saya maunya anak saya dirawat di rumah saja. Saya ikhlas," kata Wasmirah.
Sementara itu, Programer Jiwa dari Puskesmas Kaligangsa, Laila Riza mengatakan, kondisi kejiwaan Wakoyah sudah kunjung membaik. Hal itu berdasarkan rekam medis dan kunjungan yang dilakukan pihak Puskesmas setiap sebulan sekali.
"Kita berikan obat semacam penenang rekomendasi tiga obat dari dokter spesialis kejiwaan. Memang (tidak maksal) pengobatannya terkendala banyak hal karena tidak mungkin sekomplit di rumah sakit," kata Laila. (*)