Berbagi Kebahagiaan Bersama Sopir Bus hingga PKL Terdampak COVID-19 di Brebes

Konten Media Partner
21 Mei 2020 23:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyaluran bantuan kepada 25 sopir bus di Brebes yang terdampak COVID-19. (Foto: Syaifullah)
zoom-in-whitePerbesar
Penyaluran bantuan kepada 25 sopir bus di Brebes yang terdampak COVID-19. (Foto: Syaifullah)
ADVERTISEMENT
BREBES - Senyum bahagia tampak di wajah Feriyono (42) saat menerima rezeki tak terduga. Dia bersama 24 rekan sejawatnya yang berprofesi sebagai sopir bus, Kamis sore (21/5) di salah satu agen bus mendapatkan bingkisan lebaran berupa sembako.
ADVERTISEMENT
Pandemi corona saat ini dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat secara luas di berbagai sektor. Salah satu yang terdampak yakni sopir bus. dengan adanya larangan mudik, membuat armada bus tak beroperasi. Hal ini membuat mereka sama sekali tidak ada pemasukan.
Feriyono mengungkapkan, biasanya dia mendapat pemasukan Rp 300 ribu per hari. Namun setelah wabah corona dan pemerintah melarang mudik dia tak lagi memiliki tak berpenghasilan karena armada bus tak beroperasi.
"Sudah hampir dua bulan kami para sopir bus nganggur saja di rumah," ungkapnya.
Karena tidak ada pemasukan, Feriyono terpaksa menggunakan uang tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski demikian selama hampir dua bulan itu habislah sudah simpanannya.
"Tabungan tak seberapa, harus digunakan untuk makan, sekolah anak, bayar listrik dan lain-lain, semua habis mas," terangnya. 
Penyaluran bantuan kepada 25 sopir bus di Brebes yang terdampak COVID-19, Kamis (21/5/2020). (Foto: Syaifullah)
Dia bersama rekan seprofesinya sebisa mungkin bertahan dalam kondisi seperti ini. Pekerjaan apapun dilakoninya untuk sekadar dapur bisa mengepul. Namun demikian, pekerjaan apapun juga terkena dampak pandemi ini.
ADVERTISEMENT
"Nukang saya lakoni, derep (potong padi) jadi kuli bongkar muat juga saya kerjakan. Tapi semua sepi tidak seramai kondisi normal," kata Feriyono.
Hal serupa diungkapkan Chaerudin (57) yang merasakan dampak pandemi ini. Dia terpaksa menjual apa saja yang ada di rumahnya hanya untuk bisa bertahan hidup. "Motor saya gadaikan. Entah kapan bisa saya tebus," ungkapnya.
Pembagian sembako yang tak disangka oleh para sopir bus itu membuat mereka tak bisa berucap banyak. Hanya rasa syukur saja yang terus mengalir. Saat itu, tim PanturaPost menyalurkan 25 paket sembako yang merupakan donasi kerjasama DCODE dan kumparan.
"Alhamdulillah ini sangat berarti dan bermanfaat bagi kami. Sekali lagi terimakasih dan semoga barokah. Aamiin," ungkap Feriyono dibarengi rekan lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada 210 paket sembako yang disiapkan dibagikan dalam aksi sosial ini. Untuk tiap paketnya senilai Rp 150 ribu yang berisi 2,5 kg beras, 1 kg gula pasir, 1 liter minyak goreng, 3 kaleng sarden, 4 bungkus mie instan, 1 bungkus kecap, 1 pak teh dan satu kaleng wafer.
PanturaPost menyalurkan paket sembako itu kepada masyarakat yang terdampak pandemi corona. Selain paket sembako kepada sopir bus, ada juga paket sembako kepada PKL di Alun-alun Brebes.
Sejak diterapkannya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) di Kabupaten Brebes, sejumlah fasilitas umum termasuk Alun-alun Brebes dibatasi kegiatan masyarakatnya. Para PKL yang setiap harinya berjualan di Alun-alun dibatasi jam bukanya lantaran lampu penerangan dimatikan pukul 20.00 WIB.
PKL di Brebes yang terdampak COVID-19 membawa bantuan sembako, Kamis (21/5/2020). (Foto: Irsyam Faiz)
Salah satu PKL, Triyono (38) warga Kelurahan Pasarbatang mengatakan, penghasilannya turun drastis. Sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia yang membuka jasa permainan mandi bola itu merasakan dampak yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
"Selain waktu yang dibatasi, mandi bola kan sasarannya anak-anak, sejak wabah corona ini sangat jarang anak-anak datang main ke sini. Karena ketakutan orang tua," jelasnya. 
Biasanya, Triyono sehari-hari bisa mengantongi Rp 200 ribu. Namun saat ini hanya bisa mendapat Rp50 ribu saja. Itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama istri dan tiga anaknya.
Karena sepi dan hanya lelah yang didapat, Triyono dan PKL lainnya memutuskan untuk tidak membuka dagangannya. Karena itu, di tengah masa sulit itu, para PKL tersebut merasa senang dan berucap syukur karena mendapat bingkisan lebaran.
Penyaluran bantuan kepada 25 PKL di Brebes yang terdampak COVID-19, Kamis (21/5/2020). (Foto: Syaifullah)
Kelompok terdampak lainnya yang juga mendapat 25 paket sembako yakni para nelayan rajungan di Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari. Sejak merebaknya virus corona, harga daging rajungan anjlok, sehingga tak bisa menutup ongkos solar apalagi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Sebelum ada corona, 1 kilogram daging rajungan dihargai Rp150 ribu. Tapi sekarang anjlok jadi Rp60 ribu. Buat beli solar saja tidak cukup karena sekali berangkat 2 jerigen," ungkap Warman (60) salah satu nelayan.
Kedatangan tim PanturaPost membawa paket sembako dari donasi DCODE kerja bareng kumparan ini membuat mereka senang. Paket sembako dibagikan kepada 25 nelayan.
Penyaluran bantuan kepada 25 PKL di Brebes yang terdampak COVID-19, Kamis (21/5/2020). (Foto: Syaifullah)
"Terimakasih tak terhingga, semoga berkah dan yang ngasih dapat ganjaran yang banyak," ucap Warman.
Selain tiga kelompok penerima di Brebes tersebut, bantuan sembako juga dibagikan kepada para 50 pedagang asongan yang juga pegiat literasi di Taman Baca Salila Kerti Terminal Kota Tegal dan 50 paket untuk komunitas difabel di Slawi, Kabupaten Tegal. (*)
---------
Artikel ini bentuk kerjasama antara DCODE dan Kumparan. Saatnya kita beraksi bukan berpangku diri #MauGerakWithDCODE more info click Dcode.id
ADVERTISEMENT