Berkunjung ke Kampung Martabak Lebaksiu, Tegal

Konten Media Partner
1 Maret 2019 13:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Desa Lebaksiu Kidul, Kabupaten Tegal, yang dikenal sebagai Kampung Martabak. (Foto: Irsyam Faiz)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Desa Lebaksiu Kidul, Kabupaten Tegal, yang dikenal sebagai Kampung Martabak. (Foto: Irsyam Faiz)
ADVERTISEMENT
SLAWI - Sejumlah rumah mewah berderet di Desa Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Bangunan yang rata-rata memiliki dua lantai tersebut berdiri kokoh di sekitar kantor desa setempat. Rumah-rumah itu kebanyakan memiliki pagar baik dari besi maupun tembok.
ADVERTISEMENT
“Itu rumah yang bagus-bagus, milik pedagang martabak semua itu,” kata Kepala Desa Lebaksiu Kidul, Ahrodin kepada PanturaPost, Rabu (27/2).
Ahrodin mengatakan regenerasi pedagang martabak di desanya sampai saat ini masih berlanjut. Di desa Lebaksiu Kidul saja, ada sekitar 3.200 warga menjadi pedagang dari martabak. Jumlah itu mencapai 50 persen dari 7.786 jiwa penduduk desa setempat.
"Di sini hampir setengahnya merupakan pedagang martabak," kata dia.
Saat ini ribuan pedagang tersebut, hampir seluruhnya merantau ke luar daerah. Kebanyakan ke luar Pulau Jawa. "Ada di Manado, Kalimantan. Mereka tersebar. Selain itu ada di Jabodetabek," ungkap dia.
Pintu gerbang Desa Lebaksiu. (Foto: Irsyam Faiz)
Kendati demikian, kata dia, kini muncul tren para pedagang martabak 'pulang kampung' dan berjualan di Lebaksiu. Di mana saat ini ada belasan gerobak yang berjualan di sepanjang jalan raya Lebaksiu-Balapulang.
ADVERTISEMENT
"Sekitar tahun 2015-an ada tren kini penjual martabak kembali berjualan di Lebaksiu. Ada belasan gerobak di Jalan Raya Lebaksiu-Balapulang. Padahal dahulu ada 1-2 gerobak saja," ungkap dia.
Selain itu, muncul juga tren pedagang martabak dari kalangan pendidikan sarjana. Dengan mulai berinovasi, mereka bahkan juga berani merantau.
"Sekarang ada tren lulusan sarjana meneruskan atau memulai baru menjadi pedagang martabak. Tentunya dengan manajemen dan marketing yang lebih rapih," bebernya.
Hal itu juga disampaikan Asrofi, pedagang martabak yang sudah cukup senior di desa tersebut. Asrofi mengatakan banyak anak muda Lebaksiu yang ingin menjadi pedagang martabak. Padahal dahulu, yang merantau berjualan martabak itu lulusan pendidikan SD hingga SMP saja.
“Sekarang itu banyak yang lulusan sarjana berminat berjualan martabak. Karena bagi mereka berjualan martabak ini cukup menjanjikan. Bahkan, mereka punya inovasi rasa dan cara berjualan," katanya.
ADVERTISEMENT
Ahrodin mengaku, munculnya tren tersebut merupakan sinyal akan masih tingginya minat generasi muda terhadap martabak. Kendati, kebanyakan di antara pedagang martabak, membebaskan keluarga untuk melanjutkan usaha martabaknya.
Sumbang Pembangunan Desa
Lebih lanjut ia menuturkan, banyak di antara mereka yang sukses telah merambah usaha lainnya. Semisal usaha warung makan, mini market hingga dealer kendaraan.
Banyak sumbangsih yang diberikan pedagang martabak yang sudah sukses terhadap pembangunan desa. Salah satunya pembangunan masjid besar di tengah permukiman warga. Jumlah total anggarannya tidak main-main. Yakni mencapai Rp 7 miliar.
Masjid di Lebaksiu Kidul yang pembangunannya banyak dibantu oleh pedagang martabak. (Foto: Irsyam Faiz)
Saat ini, masjid dua lantai tersebut masih tahap pembangunan dan baru mencapai 50 persen. "Mereka membangun masjid desa yang megah. Semoga sumbangsih mereka tidak hanya fisik, tetapi membangun ekonomi baru di sekitar desa juga," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Mewakili pemerintah desa, Ahrodin berterima kasih kepada pedagang martabak yang telah turut membangun kampung halaman. Pihaknya berjanji akan terus memfasilitasi kegiatan-kegiatan paguyuban pedagang sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat desa.
Reporter: Reza Abineri
Editor: Irsyam Faiz